Anda di halaman 1dari 11

KASUS HUKUMAN MATI Andra Reka P.

(08)
Avicena Taufik N.K (10)

‘GOMBONG NARKOBA FREDDY BUDIMAN’ Fadlan Ashrofi (17)


Faisal Ardiansyah (19)
Metrotvnews.com, Jakarta: Gembong narkoba Freddy Budiman akhirnya
meregang nyawa. Dia dinyatakan tewas usai peluru penembak Brimob menerjang tubuhnya
pada pelaksanaan eksekusi mati jilid III di LP Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah.
Seperti dilansir Antara, Freddy Budiman merupakan terpidana mati pertama yang
dieksekusi pada Jumat (29/7/2016). Hal ini dilakukan setelah permohonan Peninjauan
Kembali (PK) ditolak Mahkamah Agung. Tingkah polah Freddy Budiman menjadi pusat
perhatian saat Vanny Rossyane, model majalah pria dewasa, blak-blakan menceritakan
Freddy mendapatkan ruangan mewah di Lembaga Pemasyarakatan Cipinang.
Terungkapnya masalah ini berujung pada pencopotan Kalapas Cipinang Thurman Hutapea.
Freddy pertama kali diciduk pada Maret 2009 di Apartemen Taman Surya,
Cengkareng, Jakarta Barat. Dari tangannya disita 500 gram sabu dan dia diganjar 3 tahun
dan 4 bulan penjara.Sempat bebas, dia terus berulah sampai akhirnya ditangkap lagi pada
27 April 2011. Ketika itu, dia bahkan baru menyerah setelah ban dan kaca mobilnya
ditembak. Polisi mendapati 300 gram heroin, 27 gram sabu, dan 450 gram bahan pembuat
ekstasi dari dalam mobil Freddy. Freddy pun divonis sembilan tahun penjara.
Alih-alih kembali ke jalan yang benar, Freddy justru makin liar. Dia nekat
mengorganisasi penyelundupan dan peredaran 1.412.475 pil ekstasi asal Tiongkok serta 400
ribu ekstasi produk Belanda, dari dalam LP Narkotika Cipinang.
Aksi jahat Freddy terbongkar berbarengan dengan kedatangan sebuah kontainer bernomor
TGHU 0683898 pada 8 Mei 2012 di Pelabuhan JITC Tanjung Priok. Kontainer diangkut kapal
YM Instruction Voyage 93 S yang angkat jangkar dari Pelabuhan Lianyungan, Shenzhen,
Tiongkok, pada 28 April 2012.
Di antara tumpukan barang kontainer tersisip 12 kardus paket teh dari Tiongkok. Paket
tak bertuan, tapi tertuju untuk Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI. Itu hanya samaran. Saat
dibongkar paket ternyata berisi jutaan ekstasi. Delapan orang ditangkap, salah satunya tentara
berinisial S.
Cukup lama ditelusuri, Badan Narkotika Nasional akhirnya mendapati pengiriman
paket ekstasi itu digerakkan tiga napi di LP Cipinang. Salah satunya, Freddy Budiman.
Pada Juni 2013, Freddy ketahuan pula membangun pabrik ekstasi di dalam LP tersebut.
Hukuman berat akhirnya dijatuhkan kepada Freddy. Pengadilan Negeri Jakarta Barat
memvonis mati Freddy pada Senin 15 Juli 2013. Dia terbukti dan meyakinkan melanggar
Pasal 114 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
Freddy tak ciut. Dia bahkan sempat melempar senyum dan mengacungkan
jempol ke arah Hakim Haswandi. Freddy saat itu masih yakin hukumannya bisa dikorting.
Tapi, dia salah. Vonis tak berkurang barang sehari pun mulai dari tingkat banding hingga
kasasi. Dia pun mengajukan peninjauan kembali namun ditolak.
Akhirnya, pada eksekusi jilid III, Freddy menemui akhir perjalanannya. Jaksa Agung Muda
Tindak Pidana Umum (JAM Pidum) Noor Rochmad di Cilacap menyatakan salah satu dari
empat narapidana yang dieksekusi adalah Freddy Budiman.
"Pertama (dieksekusi) Freddy Budiman," kata Noor.
Selanjutnya jenazah Freddy Budiman akan dibawa ke kampung halamannya di
Surabaya. Sebelumnya, pengacara terpidana mati Freddy Budiman, Untung Sunaryo,
mengatakan kliennya menyampaikan permintaan untuk dimakamkan di Surabaya.

"Freddy mengucapkan permintaan maaf di antaranya kepada Kepala


Kejaksaan Agung Pak Prasetyo, Kapolri Pak Tito, dan Kepala BNN Pak Budi Waseso,"
kata Untung di dermaga Wijaya Pura, Cilacap, Rabu 27 Juli.

Dia telah bertemu kliennya tersebut dan kondisinya dalam keadaan sehat dan
tobat nasuha. "Saya menemani keluarga Freddy. Yang menjeguk mamanya, kakaknya,
dan anaknya Freddy. Dia sudah betul-betul siap dan menyerahkan bulat-bulat kepada
Allah SWT," kata Untung.
PASAL YANG DILANGGAR

Pasal 114 ayat 2 Pasal 132 ayat 1


UU No. 35 Tahun UU No. 35 Tahun
2009 2009
tentang Narkotika tentang Narkotika
PASAL YANG DILANGGAR
Pasal 114 ayat 2 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

Dalam hal perbuatan menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menjadi


perantara dalam jualbeli, menukar, menyerahkan, atau menerima Narkotika
Golongan I sebagaimana dimaksudpada ayat (1) yang dalam bentuk tanaman
beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau melebihi 5(lima) batang pohon atau
dalam bentuk bukan tanaman beratnya 5 (lima) gram, pelaku dipidanadengan
pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 6
(enam)tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum
sebagaimanadimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga). (Pasal 114
ayat [2] UU Narkotika)
Pasal 132 ayat 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

Percobaan atau permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana Narkotika dan
Prekursor Narkotika sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111, Pasal 112, Pasal 113,
Pasal 114, Pasal 115, Pasal 116, Pasal 117, Pasal 118, Pasal 119, Pasal 120, Pasal
121, Pasal 122, Pasal 123, Pasal 124, Pasal 125, Pasal 126, dan Pasal 129,
pelakunya dipidana dengan pidana penjara yang sama sesuai dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal Pasal tersebut.
SOLUSI
Solusi agar kita terhindar dari pelanggaran UU Narkotika:
-Dari diri sendiri:
1. Jangan pernah mencobanya, walaupun untuk iseng atau untuk alasan lain, kecuali
perintah dokter/alasan medis.
2. Kuatkan iman, mantapkan pribadi, pakailah rasio (pemikiran, pertimbangan) lebih
banyak dari pada emosi.
3. Pilihlah pergaulan yang aman jangan yang berbahaya.
4. Buatlah keluarga, rumah tangga, menjadi tempat yang paling menyenangkan, paling
menenangkan sehingga membuat "betah" tinggal bersama "sahabat".
5. Ingat bahwa Narkoba akan merusak kerja otak, susunan syaraf pusat, merusak ginjal,
lever dan sebagainya.
-Dari Pemerintah:

1. Pertama, Kementerian Hukum dan HAM harus melakukan evaluasi total di lingkungan lembaga
pemasyarakatan (lapas) sehingga para narapidana narkotika tidak lagi bebas menggunakan
alat komunikasi di dalam penjara. Alat komunikasi menjadi kunci arus kasus peredaran narkotika
yang dikendalikan oleh mereka.

2. Kedua, integritas dan kapasitas aparat penegak hukum yang menangani masalah narkotika
wajib dibenahi. Pasalnya, tak sedikit oknum aparat yang seharusnya memberantas narkotika
justru acapkali menjadi bagian dari sindikat peredaran.

3. Ketiga, pemerintah harus mampu menumbuhkan semangat semua pemangku kepentingan untuk
melakukan pencegahan dan pemberantasan narkotika secara bersama-sama.

4. keempat, pelibatan masyarakat dalam pencegahan dan pemberantasan narkotika wajib


digalakkan. Pemerintah harus memberi ruang cukup bagi semua komponen untuk ikut membantu
dan berpartisipasi mengatasi masalah narkotika di Indonesia. Pelibatan masyarakat bisa
dilakukan dengan cara membuat relawan kampanye antinarkotika.

Anda mungkin juga menyukai