Anda di halaman 1dari 64

NOURMA YUNITA SIGIRO

03006181
Cicely Williams pada tahun 1933 melukiskan suatu sindrom yang sering
ditemukan pada anak di Ghana. Dimana diduga terdapat defisiensi bahan makanan
yaitu defisiensi protein.
Penyakit ini terdapat pada: Anak dari golongan penduduk yang berpenghasilan
rendah.

Pengetahuan yang kurang tentang nilai bahan


makanan.
Cara pemeliharaan anak.
Ketakhayulan.
Kwashiorkor adalah suatu bentuk kurang gizi disebabkan oleh
kekurangan protein. Istilah "kwashiorkor" berasal dari kata yang
digunakan di Ghana yang berarti "disease of a baby deposed from the
breast when the next one is born”.
1. Peranan Diet
2. Peranan Faktor Sosial
3. Peranan Kepadatan Penduduk
4. Peranan Infeksi
5. Peranan Kemiskinan
 Pada negara berkembang
 Pada area tropik dan subtropik
 Kelaparan
 Persediaan makanan yang terbatas
 Pengetahuan yang kurang
 Prevalensi: - Anak-anak dibawah umur 5 tahun (balita)
- Ibu yang sedang mengandung dan
menyusui
 Klasifikasi kualitatif Menurut Wellcome Trust

Berat Badan (%) Edema


Tidak ada Ada
> 60 % Gizi Kurang Kwashiorkor

< 60 % Marasmus Marasmus – Kwashiorkor


 Klasifikasi menurut Waterlow

Kategori Stunting (Tinggi menurut umur) Wasting (Berat menurut tinggi)

0 >95 % >90 %

1 90 – 80 % 90 -80 %

2 80 – 70 % 80 – 70 %

3 < 70 % < 70 %
 Klasifikasi menurut Jelliffe

Kategori BB/ U (%)


KEP I 90 – 80

KEPII 80 – 70

KEP III 70 – 60

KEP IV < 60

 Klasifikasi Bengoa
Kategori BB/ U (%)

KEP I 90 -76

KEP II 75 -61

KEP III Semua penderita dengan edema


Klasifikasi Gomez (1956)

Kategori BB/ U (%)

(Derajat KEP)

0 = Normal < 90 %

1 = Ringan 89 – 75 %

2 = Sedang 74 – 60 %

3 = Berat < 60 %
Gejala Klinis/ Laboratoris Angka

Edema 3

Dermatosis 2

Edema disertai Dermatosis 6

Perubahan pada rambut 1

Hepatomegali 1

Albumin serum atau protein total serum/ g % 7

< 1.00 < 3.25 6

1. – 1.49 3.25 – 3.99 5

1.50 – 1.99 4.00 – 4.75 4

2.00 – 2.49 4.75 – 5.49 3

2.50 – 2.99 5.50 – 6.24 2

3.00 – 3.49 6.25 – 6.99 1

3.50 – 3.99 7.00 – 7.74 0

> 4.00 > 7.75


1. Gejala terpenting ialah pertumbuhan yang terganggu

2. Perubahan mental

3. Pada sebagian besar penderita ditemukan edema baik ringan maupun yang berat.

4. Gejala gastrointestinal

5. Perubahan rambut sering dijumpai

6. Kulit penderita biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis kulit yang lebih
mendalam dan lebar

7. Pembesaran hati

8. Anemia ringan

9. Kelainan kimia darah

10. Biopsi hati ditemukan perlemakan


OEDEMA
CRAZY PAVEMENT DERMATOSIS
FLAK SIGN
 Defisiensi vitamin A
 Tuberculosis paru
 Bronkopneumonia
 Askariasis
KWASHIORKOR MARASMUS

-Edema -Tampak sangat kurus, tinggal tulang


-Wajah membulat dan sembab terbungkus kulit
-Pandangan mata sayu -Wajah seperti orang tua
-Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut -Cengeng, rewel
jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit, rontok -Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat
-Perubahan status mental, apatis, dan rewel sedikit sampai tidak ada (baggy pant/pakai
-Pembesaran hati celana longgar)
-Otot mengecil (hipotrofi) -Perut cekung
-Kelainan kulit berupa crazy pavement -Iga gambang
dermatosis -Sering disertai penyakit infeksi
-Sering disertai : - penyakit infeksi - diare kronik atau konstipasi/ susah buang air
- anemia
- diare.
Marasmik-Kwashiorkor
Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa
gejala klinik Kwashiorkor dan Marasmus, dengan BB/U
<60% baku median WHO-NCHS disertai edema yang
tidak mencolok.
Pemeriksaan Fisik: Laboratorium: Penunjang:
-Kadar albumin serum -Biopsi hati
-Pedal edema
yang rendah -Radiologi
-Perut yang buncit
-Kadar globulin yang -Pemeriksaan sumsum
-Rambut rontok normal atau sedikit tulang
-Gangguan meninggi -SADT

pertumbuhan -Kadar kolesterol serum


merendah
-Depigmentasi kulit
-Uji turbiditas timol
dan dermatitis
meninggi
-Iritabilitas dan -Kekurangan asam amino
anoreksia. -Penurunan kalium
OEDEMA KULIT

Gagal Jantung Pellagra


Gagal Ginjal
Marasmus Kwashiorkor
1. Atasi/ cegah hipoglikemia
2. Atasi/ cegah hipotermia
2. Atasi/ cegah dehidrasi
3. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
5. Obati/ cegah infeksi
6. Mulai pemberian makanan
7. Fasilitasi tumbuh - kejar (catch up growth)
8. Koreksi defisiensi nutrien mikro
9. Lakukan stimulasi sensorik dan dukungan emosi/ mental
10. Siapkan dan rencanakan tindak lanjut setelah sembuh
No FASE STABILISASI TRANSISI REHABILITA
SI
Hari ke 1-2 Hari ke 2-7 Minggu ke-2 Minggu ke 3-7

1 Hipoglikemia -----------------

2 Hipotermia -----------------

3 Dehidrasi -----------------

4 Elektrolit --------------------------------------- -----------------

5 Infeksi -------------------- ----------------- -----------------

6 Mulai Pemberian makanan -------------------------------------- -----------------

7 Tumbuh kejar (Meningkatkan ----------------- ----------------


Pemberian Makanan)
8 Mikronutrien ------------------Tanpa Fe -------------------------------dengan Fe-------

9 Stimulasi ------------------------------------------ -------------------- -----------------

10 Tindak lanjut -----------------


1. Pengobatan atau pencegahan hipoglikemia (kadar gula dalam darah
rendah)

- Hipoglikemia merupakan salah satu penyebab kematian.


- Anak terlihat lemah, suhu tubuh rendah.
- Makanan saring/ cair 2 - 3 jam sekali (sadar).
- Berikan air gula dengan sendok (masih mau minum).
- Berikan infus cairan glukosa dan segera rujuk (gangguan
kesadaran).
2. Pengobatan dan pencegahan hipotermia (suhu tubuh rendah)
  Hipotermia ditandai dengan suhu tubuh yang rendah dibawah 360C.

  Anak harus dihangatkan:


-Ibu atau orang dewasa lain mendekap anak di dadanya lalu ditutupi selimut
(Metode Kanguru). Perlu dijaga agar anak tetap dapat bernafas.
-Membungkus anak dengan selimut tebal, dan meletakkan lampu didekatnya.
  Dilakukan pengukuran suhu anak pada dubur setiap setengah jam sekali.
 Suhu normal& stabil  tetap bungkus (selimut/ pakaian rangkap)  
HIPOTERMI
3. Pengobatan dan Pencegahan kekurangan cairan

`Tanda klinis yang sering dijumpai pada anak penderita KEP berat/ Gizi buruk dengan dehidrasi
adalah :

 Ada riwayat diare sebelumnya Anak sangat kehausan

 Mata cekung Nadi lemah

 Tangan dan kaki teraba dingin Anak tidak buang air kecil dalam waktu cukup lama.

Tindakan yang dapat dilakukan adalah :

 Jika anak masih menyusui, teruskan ASI dan berikan setiap ½ jam sekali tanpa berhenti.

 Rehidrasi oral dengan memberi minum anak 50 ml (3 sendok makan) setiap 30 menit dengan
sendok  Jika masih mau minum. (ReSoMal -> Oralit, encerkan 2x)

 Rehidrasi intravena (infus) cairan Ringer Laktat/ Glukosa 5 % dan NaCL dengan
perbandingan 1:1  Tidak dapat minum
4. Lakukan pemulihan gangguan keseimbangan elektrolit

Gangguan keseimbangan elektrolit diantaranya :


 Kelebihan natrium (Na) tubuh, walaupun kadar Na plasma rendah.
 Defisiensi kalium (K) dan magnesium (Mg)
 Ketidakseimbangan elektrolit ini memicu terjadinya edema

Berikan :
 Makanan tanpa diberi garam/ rendah garam
 Untuk rehidrasi, berikan cairan oralit 1 liter yang diencerkan 2 X ( dengan
penambahan 1 liter air ) ditambah 4 gr KCL dan 50 gr gula
 Bila balita KEP bisa makan berikan bahan makanan yang banyak mengandung
mineral dalam bentuk makanan lumat/ lunak
5. Lakukan Pengobatan dan pencegahan infeksi
UMUR KOTRIMOKSASOL AMOKSISILIN

ATAU (Trimetoprim + Sulfametoksazol)  Beri 3 kali

BERAT BADAN  Beri 2 kali sehari selama 5 hari sehari untuk 5


hari
Tablet dewasa Tablet Anak Sirup/5ml Sirup

80 mg 20 mg 40 mg 125 mg/5 ml
trimetoprim + trimetoprim + trimetoprim +
400 mg 100 mg 200 mg
sulfametoksazol sulfametoksazol sulfametoksazol
2 sampai 4 bulan

(4 - < 6 kg) ¼ 1 2,5 ml 2,5 ml


4 sampai 12
bulan ½ 2 5 ml 5 ml
(6 - < 10 Kg)
12 bln s/d 5 thn
6. Pemberian makanan balita KEP berat/ Gizi buruk

Fase Stabilisasi ( 1-2 hari )


 -Pada awal fase stabilisasi perlu pendekatan yang sangat hati-hati,
karena keadaan faali anak sangat lemah dan kapasitas homeostatik
berkurang.
 -Pemberian makanan harus dimulai segera setelah anak dirawat dan
dirancang sedemikian rupa sehingga energi dan protein cukup
untuk memenuhi metabolisma basal saja.

 -Formula khusus seperti Formula WHO 75/ modifikasi/ Modisco ½


yang dianjurkan dan jadwal pemberian makanan harus
 disusun sedemikian rupa
Pantau dan catat :
 Jumlah yang diberikan dan sisanya
 Banyaknya muntah
 Frekwensi buang air besar dan konsistensi tinja
 Berat badan (harian)
Selama fase ini diare secara perlahan berkurang pada
penderita dengan edema , mula-mula berat badannya
akan berkurang kemudian berat badan naik
7. Perhatikan masa tumbuh kejar balita (catch- up growth)
 Pada fase ini meliputi 2 fase yaitu fase transisi dan fase rehabilitasi :
Fase Transisi (minggu ke 2)
 Pemberian makanan diberikan secara perlahan-lahan.
 Ganti formula khusus awal (energi 75 Kkal dan protein 0.9-1.0 g per 100
ml) dengan formula khusus lanjutan (energi 100 Kkal dan protein 2.9 gram
per 100 ml) dalam jangka waktu 48 jam.
 Kemudian naikkan dengan 10 ml setiap kali, sampai hanya sedikit formula
tersisa, biasanya pada saat tercapai jumlah 30 ml/kgbb/kali pemberian (200
ml/kgbb/hari).
Pemantauan pada fase transisi:
1. Frekuensi nafas
2. Frekuensi denyut nadi
Bila terjadi peningkatan detak nafas > 5 kali/menit dan
denyut nadi > 25 kali /menit dalam pemantauan setiap 4
jam berturutan, kurangi volume pemberian formula.
Setelah normal kembali, ulangi menaikkan volume seperti
di atas.
3.Timbang anak setiap pagi sebelum diberi makan
Setelah fase transisi dilampaui, Fase rehabilitasi (minggu ke 3-7) anak
diberi :
anak diberi:
-Formula WHO-F
-Formula WHO
135/pengganti/Modisco 1½ dengan
100/pengganti/Modisco 1 dengan jumlah tidak terbatas dan sering
jumlah tidak terbatas dan sering. -Energi : 150-220 kkal/kgbb/hari
-Energi : 150-220 Kkal/kg -Protein 4-6 g/kgbb/hari
Bila anak masih mendapat ASI,
bb/hari
teruskan ASI, ditambah dengan
-Protein 4-6 gram/kg bb/hari
makanan Formula karena energi dan
Bila anak masih mendapat ASI, protein ASI tidak akan mencukupi
teruskan, tetapi juga beri untuk tumbuh-kejar.

formula WHO Secara perlahan diperkenalkan


makanan keluarga
100/Pengganti/Modisco 1, karena
Pemantauan fase rehabilitasi
 Kemajuan dinilai berdasarkan kecepatan pertambahan
badan :
 Timbang anak setiap pagi sebelum diberi makan.
 Setiap minggu kenaikan bb dihitung.
 Baik bila kenaikan bb  50 g/Kg bb/minggu.
 Kurang bila kenaikan bb < 50 g/Kg bb/minggu, perlu
re-evaluasi menyeluruh.
TAHAPAN PEMBERIAN DIET

FASE STABILISASI : FORMULA WHO 75 ATAU


PENGGANTI
FASE TRANSISI : FORMULA WHO 75
FORMULA WHO 100 ATAU
PENGGANTI
FASE REHABILITASI : FORMULA WHO 135 (ATAU
PENGGANTI)

MAKANAN KELUARGA
8. Lakukan penanggulangan kekurangan zat gizi mikro
 Semua pasien KEP berat/Gizi buruk, mengalami kurang vitamin dan
mineral.
 Walaupun anemia biasa terjadi, jangan tergesa-gesa memberikan preparat
besi (Fe)  tunggu hingga mau makan& berat badan mulai naik

 Berikan setiap hari :


 Tambahan multivitamin lain
 Bila berat badan mulai naik berikan zat besi dalam bentuk tablet besi folat

atau sirup besi dengan dosis sebagai berikut :


UMUR TABLET SIRUP BESI

DAN BESI/FOLAT Sulfas ferosus 150 ml


Sulfas ferosus 200 mg  Berikan 3 kali
BERAT BADAN
+ 0,25 mg Asam Folat sehari
 Berikan 3 kali
sehari

6 sampai 12 bulan ¼ tablet 2,5 ml (1/2 sendok teh)

(7 - < 10 Kg)

12 bulan sampai 5 ½ tablet 5 ml (1 sendok teh)


tahun
 Bila anak diduga menderita kecacingan
 berikan Pirantel Pamoat dengan dosis tunggal
 sebagai berikut

UMUR ATAU BERAT BADAN PIRANTEL PAMOAT (125mg/tablet)

(DOSIS TUNGGAL)

4 bulan sampai 9 bulan (6-<8 Kg) ½ tablet

9 bulan sampai 1 tahun (8-<10 Kg) ¾ tablet

1 tahun sampai 3 tahun (10-<14 Kg) 1 tablet

3 Tahun sampai 5 tahun (14-<19 Kg) 1 ½ tablet


Umur Kapsul Vitamin A Kapsul Vitamin A

200.000 IU 100.000 IU

6 bln sampai 12 bln - 1 kapsul

12 bln sampai 5 Thn 1 kapsul -


9. Berikan stimulasi sensorik dan dukungan emosional
Pada KEP berat/gizi buruk terjadi keterlambatan perkembangan mental dan
perilaku, karenanya berikan :
 -Kasih sayang
 -Ciptakan lingkungan yang menyenangkan
 -Lakukan terapi bermain terstruktur selama 15 – 30 menit/hari
 -Rencanakan aktifitas fisik segera setelah sembuh
 -Tingkatkan keterlibatan ibu (memberi makan, memandikan, bermain dsb)
 Bila berat badan anak sudah berada di garis warna kuning
anak dapat dirawat di rumah dan dipantau oleh tenaga
kesehatan puskesmas atau bidan di desa.
 Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap
dilanjutkan dirumah setelah pasien dipulangkan dan ikuti
pemberian makanan dan aktifitas bermain.
Nasehatkan kepada orang tua untuk :
 Melakukan kunjungan ulang setiap minggu, periksa secara teratur di
Puskesmas
 Pelayanan di PPG untuk memperoleh PMT-Pemulihan selama 90 hari. Ikuti
nasehat pemberian makanan dan berat badan anak selalu ditimbang setiap
bulan secara teratur di posyandu/puskesmas.
 pemberian makan yang sering dengan kandungan energi dan nutrien yang
padat
 penerapan terapi bermain dengan kelompok bermain atau Posyandu
 Pemberian suntikan imunisasi sesuai jadwal
 Anjurkan pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 SI atau
100.000 SI ) sesuai umur anak setiap Bulan Februari dan Agustus.
A.Tingkat Rumah Tangga
 Ibu memberikan aneka ragam makanan dalam porsi
kecil dan sering kepada anak sesuai dengan
kebutuhan
 Teruskan pemberian ASI sampai anak berusia 2
tahun
B. Tingkat Posyandu /PPG
 Anjurkan ibu memberikan makanan kepada anak di
rumah sesuai usia anak, jenis makanan yang
diberikan mengikuti anjuran makanan
 Perlu mendapat makanan tambahan pemulihan
(PMT-P) dengan komposisi gizi mencukupi minimal
1/3 dari kebutuhan 1 hari, yaitu :
Energi 350 – 400 kalori
Protein 10 -15 g
 Bentuk makanan PMT-P
Makanan yang diberikan berupa :
-Kudapan (makanan kecil) yang dibuat dari bahan
makanan setempat/lokal.
-Bahan makanan mentah berupa tepung
beras,atau tepung lainnya, tepung susu, gula
minyak, kacang-kacangan, sayuran, telur dan lauk
pauk lainnya
 Lama PMT-P
Pemberian makanan tambahan pemulihan (PMT-P)
diberikan setiap hari kepada anak selama 3 bulan (90 hari)
 Cara penyelenggaraan
-Makanan kudapan diberikan setiap hari di Pusat Pemulihan Gizi
(PPG) atau
-Seminggu sekali kader melakukan demonstrasi pembuatan
makanan pendamping ASI/makanan anak, dan membagikan
makanan tersebut kepada anak balita KEP, selanjutnya kader
membagikan paket bahan makanan mentah untuk kebutuhan 6
hari.
C. Tingkat Puskesmas
 Tata laksana diet pada balita KEP berat/gizi buruk ditujukan untuk memberikan
makanan tinggi energi, tinggi protein, dan cukup vitamin mineral secara
bertahap, guna mencapai status gizi optimal. Ada 4 (empat) kegiatan penting
dalam tata laksana diet, yaitu : pemberian diet, pemantauan, dan evaluasi,
penyuluhan gizi, serta tindak lanjut.
 Pemberian diet balita KEP berat/gizi buruk harus memenuhi syarat sebagai
berikut :
 Melalui 3 fase yaitu : fase stabilisasi, fase transisi, dan fase rehabilitasi
 Kebutuhan energi mulai 100-200 kal/Kgbb/hari
 Kebutuhan protein mulai 1-6 g/Kgbb/hari
 Pemberian suplementasi vitamin dan mineral khusus, bila tidak tersedia
diberikan bahan makanan sumber mineral tertentu
 Jumlah cairan 130-200 ml/kgbb/hari, bila ada edema dikurangi menjadi 100
ml/Kg bb/hari
 Jumlah pemberian peroral atau lewat pipa nasogastrik
 Porsi makanan kecil dan frekwensi makan sering
 Makanan fase stabilisasi harus hipoosmolar, rendah laktosa, dan rendah serat
 Terus memberikan ASI
 Makanan padat diberikan pada fase rehabilitasi dan berdasarkan berat badan,
yaitu : bb < 7 kg diberikan kembali makanan bayi dan bb > 7 Kg dapat
langsung diberikan makanan anak secara bertahap
 Timbang berat badan sekali seminggu, bila tidak naik kaji penyebabnya (asupan gizi

tidak adequat, defisiensi zat gizi, infeksi, masalah psikologis).

 Bila asupan zat gizi kurang, modifikasi diet sesuai selera.

 Bila ada gangguan saluran cerna (diare, kembung,muntah) menunjukkan bahwa

formula tidak sesuai dengan kondisi anak, maka gunakan formula rendah atau bebas

lactosa dan hipoosmolar, misal: susu rendah laktosa, formula tempe yang ditambah

tepung-tepungan.

 Kejadian hipoglikemia : beri minum air gula atau makan setiap 2 jam
 Menggunakan leaflet khusus yang berisi jumlah, jenis, dan frekuensi
pemberian bahan makanan
 Selalu memberikan contoh menu
 Mempromosikan ASI bila anak kurang dari 2 tahun
 Memperhatikan riwayat gizi
 Mempertimbangkan sosial ekonomi keluarga
 Memberikan demonstrasi dan praktek memasak makanan balita untuk
ibu
 Merencanakan kunjungan rumah
 Merencanakan pemberdayaan keluarga
KOMPLIKASI
 Noma
 Kecacatan Fisik dan Mental yang permanen
 Koma
 Syok
 Semakin muda usia anak mengalami malnutrisi
maka prognosis buruk.
 Penanganan secara  prognosis baik.
 Jika pengobatan tidak diberikan atau terlambat,
kondisi ini bisa mengancam jiwa.
Tindakan pencegahan penyakit KEP bertujuan untuk
mengurangi insidensi KEP dan menurunkan angka kematian
sebagai akibatnya.
Tujuan yang lebih luas dalam pencegahan KEP ialah
memperbaiki pertumbuhan fisik dan perkembangan mental anak-
anak Indonesia sehingga dapat menghasilkan manusia Indonesia
yang dapat bekerja baik dan memiliki kecerdasan yang cukup.
 Ada berbagai macam cara intervensi gizi, masing-masing untuk
mengatasi satu atau lebih dari satu factor dasar penyebab KEP
 Meningkatkan hasil produksi pertanian

 Penyediaan makanan formula yang mengandung tinggi

protein dan tinggi energy untuk anak-anak yang disapih

 Memperbaiki infrastruktur pemasaran

 Subsidi harga bahan makanan

 Pemberian makanan suplamenter

 Pendidikan gizi

 Pendidikan dan pemeliharaan kesehatan


Tujuan intervensi gizi meliputi:

 Peningkatan kapasitas kerja manusia

 Peningkatan kesejahteraan rakyat

 Pemerataan pendapat yang lebih baik


 Diperbaiki dengan: -Terapi dietetik

-Pemberian antibiotika setempat

maupun sistemik

-Membersihkan jaringan-jaringan

yang sudah nekrotis

-Rekonstruksi plastik
 Berikan vitamin A oral pada hari 1, 2, 14 ( usia < 6 bulan, 50.000 IU: usia 6-12
bulan 100.000 IU: anak-anak 200.000 IU). Jika dosis pertama sudah diberikan,
obati pada hari 1 dan 14 saja. Jika mata menunjukkan tanda-tanda peradangan
atau ulserasi, berikan perawatan tambahan berikut untuk mata yang terkena
untuk mencegah pecahnya kornea dan ekstraksi lensa:
 Tetes mata kloramfenikol atau tetrasiklin, 2-3 jam selama 7-10 hari
 Tetes mata atropine 1 tetes 3 kali sehari selama 3-5 hari
 Tutup dengan bantalan mata
 Perban mata
 Kwashiorkor merupakan gangguan bentuk akut anak malnutrisi protein ditandai dengan edema, moon face,
iritabilitas, anoreksia, ulserasi dermatosis, dan pembesaran hati dengan infiltrat lemak dimana prevalensinya
paling banyak terdapat pada anak dibawah lima tahun, ibu yang sedang mengandung serta menyusui dan pada
negara berkembang, area tropik serta subtropik (seperti Africa, Asia dan Amerika Selatan), di area dimana
terdapat kelaparan, persediaan makanan yang terbatas serta pengetahuan yang kurang.

 Salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia adalah kematian anak usia bawah lima tahun (balita). Angka
kematian balita di negara-negara berkembang khususnya di Indonesia masih cukup tinggi. Salah satu penyebab
yang menonjol diantaranya karena keadaan gizi yang kurang baik atau bahkan buruk.

 Malnutrisi energy protein merupakan masalah gizi yang multifaktorial, sehingga tindakan pencegahan
mengurangi insiden dan menurunkan angka kematian, maka untuk mencegah bisa dilakukan beberapa langkah
antara lain: Penyuluhan pada masyarakat mengenai gizi seimbang, Pemantauan tumbuh kembang dan
penentuan status gizi secara berkala, Mencari kemungkinan adanya pantangan makanan, Perlunya bahan
makanan bergizi baik disamping kuantitas, Mengobati infeksi karena adanya interaksi sinergis antara malnutrisi
energy protein dengan infeksi, Mengadakan kerjasama antara pemerintah dengan dinas kesehatan setempat
untuk mendidik tenaga-tenaga kesehatan, Melakukan penyuluhan tentang Keluarga Berencana kepada
masyarakat, Penyediaan bahan makanan di Puskesmas untuk perbaikan gizi terutama kepada keluarga dengan
gizi buruk, Mengadakan kerjasama dengan dinas pertanian untuk mengajari masyarakat cara bercocok tanam.
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai