PEMICU 1 Zevan
PEMICU 1 Zevan
Pemicu 4
Penginderaan
Maxi
Learning Objective
1. MM anatomi, histologi, dan fisiologi
pengliahatan & aqueous humor.
2. MM definisi, etiologi, epidemiologi,
patofisiologi, diagnosis, pemeriksaan visus,
PP, DD, tatalaksana, KIE, komplikasi, dan
prognosis kelainan mata tenang penglihatan
menurun.
MM anatomi, histologi, dan fisiologi pengliahatan & aqueous humor.
LO 1
Lapisan Mata
Lapisan Luar / Tunika Fibrosa
• Sklera:
– 5/6 posterior
– Opak, tdk mengandung pembuluh darah
– Jar.ikat padat kuat, tdd berkas kolagen gepeng yg berselang seling
namun tetap paralel dengan permukaan bola mata, substansi dasar,
dan fibroblas
• Episklera:
– Permukaan luar sklera
– Berhubungan melalui jalinan serat kolagen halus longgar dengan
lapisan jaringan ikat padat yg disebut kapsula Tenon
• Lamina Suprakoroid:
– Diantara sklera dan koroid
– Lapisan jar.ikat longgar tipis yg kaya akan melanosit, fibroblas, dan
serat elastin
• Kornea:
– 1/5 anterior mata
– Tidak berwarna dan transparan, avaskuler
– Tdd 5 lapisan:
• Epitel
– epitel berlapis gepeng tak bertanduk (5 atau 6 lapisan)
• Membran Bowman
– Homogen
– tdd serat – serat kolagen yg tersusun menyilang secara acak, substansi
antarsel yg padat, tdk mengandung sel
– membantu stabilitas dan kekuatan kornea
• Stroma
– Byk lapisan berkas kolagen paralel yg saling menyilang tegak lurus
– Substansi kaya akan glikoprotein dan kondroitin sulfat
• Membran Descemet
– Struktur homogen tebal
– Susunan filamen kolagen halus yg membentuk jalinan 3 dimensi
• Endotel
– epitel selapis gepeng
Corneo-scleral Junction / Limbus
Lapisan Tengah / Vaskuler
• Tdd koroid, badan siliar, iris
• Dikenal jg sbg Traktus Uvea
Koroid
• Sangat vaskular
• Jar.ikat longgar diantara pembuluh darahnya
• Byk fibroblas, makrofag, limfosit, sel mast, sel plasma, serat
kolagen, dan serat elastin
• Banyak melanosit warna hitam
• Lapisan koriokapiler lapisan dalam koroid yg mengandung lbh
byk pembuluh darah kecil, utk nutrisi retina
• Membran Bruch membran hialin tipis yg memisahkan lapisan
koriokapiler dengan retina, dan meluas dari papila opticus ke ora
serrata
• Papila opticus tempat masuknya N.opticus ke dlm bola mata
• Koroid terikat pada sklera oleh lamina suprakoroid lapisan
jar.ikat longgar yg kaya akan melanosit
Badan Siliar
• Pelebaran koroid di tingkat lensa
• Jar.ikat longgar (kaya serat elastin, pembuluh
darah, melanosit) yang mengelilingi Muskulus
Siliaris
• Muskulus Siliaris penting dalam akomodasi
penglihatan
Iris
• Perluasana koroid yang menutupi sebagian lensa,
dan menyisakan lubang bundra di pusat pupil
• Permukaan anterior iris:
– tdk teratur dan kasar
– Tdk dilapisi oleh epitel
– Lapisan diskontiniu fibroblas dan melanosit
Sklera Lapisan luar mata yang kuat Lapisan jaringan ikat protektif;
membentuk bagian putih mata yang
tampak; di bagian anterior
membentuk kornea
Vitreous Antara lensa dan retina Zat semicair mirip gel yang
humor membantu mempertahankan
bentuk mata yang bulat
Refraksi Mata
• Refraksi adalah suatu mekanisme pembelokan cahaya
yang terjadi ketika berkas cahaya berpindah dari
suatu medium ke medium lain yang kepadatannya
berbeda.
• Mekanisme : cahaya masuk ke mata mengenai
permukaan melengkung lensa mata (densitas lebih
besar) arah refraksi tergantung sudut
kelengkungan (permukaan konveks dari lensa mata
menyebabkan konvergensi berkas-berkas cahaya
sehingga membawa bayangan ke satu titik fokus)
Daya Akomodasi
• Kemampuan mata mengubah kecembungan lensa mata
bayangan dapat tepat jatuh pada retina disebut daya
akomodasi.
• Mata melihat benda yang jauh, otot mata dalam keadaan
rileks, dan lensa mata manjadi lebih pipih(menipis)keadaan
tanpa akomodasi.
• Mata melihat benda yang dekat, otot mata dalam keadaan
mengencang dan lensa mata menjadi lebih cembung(tebal),
disebut keadaan akomodasi, jika keadaan lensanya cembung
maksimal disebut keadaan akomodasi maksimal.
Mekanisme Akomodasi
• Akomodasi → kemampuan mencembungkan lensa → akibat
kontraksi m. siliaris → relaksasi ligamen sunpensorius yang
memegang lensa, dan sebaliknya jika m. siliaris berelaksasi →
kekuatan dioptri lensa paling lemah.
• Makin bertambah usia, lensa kehilangan elastisitasnya dan
menjadi suatu massa yang relatif keras, mungkin karena
denaturasi protein secara progresif, sehingga daya akomodasi
menurun dari 14 dioptri setelah lahir menjadi 2 dioptri pada
usia 45 – 50 tahun
• Sesudah itu lensa mata dianggap hampir sama sekali tidak
dapat berakomodasi yang disebut : presbiopia
Akomodasi
• Proses dimana
kecembungan lensa
mata diperbesar krn
proses aktif otot mata
LO 2
• Deformitas berbentuk kerucut pd kornea.
Keratoconus • Penyakit degeneratif bilateral yg mungkin diturunkan
secara autosomal resesif atau autosomal dominan.
Tatalaksana Farmakologi :
•NSAIDs
•Antihistamines
•Mast cell stabilizing topical Prognosis
medications • Baik bila transplantasi kornea dilakukan sebelum
•Ophthalmic cyclosporine kornea terlalu tipis.
•Steroid drops • Perjalanan penyakit progresif lambat pd usia 20-
•Hyperosmotic agents 60 thn. Setelah keratoplasti masih diperlukan
•Topical antibiotics lensa kontak rigid.
Operasi :
• Superficial keratectomy with a blade
• Excimer laser phototherapeutic keratectomy
• Implantation of intrastromal corneal rings (u/
yg moderate)
• Lamellar keratoplasty Penetrating keratoplasty
Vaughan & Asbury’s General Ophtalmology 18th edition p.134-5
http://emedicine.medscape.com/article/1194693-overview
Strabismus
• A disorder which both eyes do not line up in the same direction,
more commonly known as "crossed eyes."
• Six different muscles surround each eye and work together in
strabismus, these muscles do not work together one eye looks at
one object, while the other eye turns in a different direction to
focus on another object 2 different images are sent to the brain.
• In children, the brain may learn to ignore the image from the
weaker eye if not treated, the eye that the brain ignores will
never see well (amblyopia). Sometimes amblyopia is present first,
and it causes strabismus.
• In most children with strabismus, the cause is unknown.
• Most of the time, the problem has to do with muscle control, and
not with muscle strength.
• A family history of strabismus is a risk factor. Farsightedness may be
a contributing factor, especially in children.
Strabismus
• Disorders associated with • Strabismus that develops
strabismus in children : in adults can be caused
– Apert syndrome by:
– Cerebral palsy – Botulism
– Congenital rubella – Diabetes
– Hemangioma near the eye – Graves' disease
during infancy – Guillain-Barré syndrome
– Incontinentia pigmenti – Injury to the eye
syndrome – Shellfish poisoning
– Noonan syndrome – Stroke
– Prader-Willi syndrome – Traumatic brain injury
– Retinopathy of prematurity – Vision loss from any eye
– Retinoblastoma disease or injury
– Traumatic brain injury
– Trisomy 18
Strabismus
• Symptoms : • Test :
– Crossed eyes – Corneal light reflex
– Double vision – Cover/uncover test
– Eyes that do not align in – Retinal exam
the same direction – Standard ophthalmic
– Uncoordinated eye exam
movements (eyes do not – Visual acuity
move together)
– Loss of vision or depth
perception
Strabismus
• Treatment
– Prescribe glasses, if
needed.
– A patch is placed over
the better eye (ablyopia
treatment)
– Eye muscle surgery.
– Adults with mild
strabismus glasses
and eye muscle
exercises. Severe
surgery
Katarak
Keterangan
Definisi Keadaan kekeruhan pada lensa kristalina (baik korteks
maupun intinya)
Epidemiologi Biasanya pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga
akibat kelainan kongenital, atau penyulit mata lokal
menahun
• Perjalanan penyakit
– Turunnya tajam pengllihatan mendadak intermiten (maksimal 2 minggu) &
sembuh kembali dgn sempurna atrofi papil saraf optik parsial/total
• Pada 1 mata terlihat defek pupil aferen relatif (Marcus Gunn pupil)
• Terdapat sel dalam badan kaca
• Edem papil dengan perdarahan lidah api (anak & pemuda)
– Papil normal pada proses retrobulbar
Neuritis Optik
DD
• Iskemik otak neuropati (tidak sakit, skotoma
altitudinal)
• Edema papil akut
• Hipertensi berat
• Toksik neuropati
Neuritis Optik
Tatalaksana
• Pengobatan sesuai kausa
– Kortikosteroid / ACTH
– + antibiotik
– Vasidiltasia & vitamin
• Characteristics
– full-thickness break in the sensory retina
– variable degrees of vitreous traction
– passage of liquefied vitreous through the break into
the subretinal space
• Characteristics
– has a more concave surface and is likely to be more localized,
usually not extending to the ora serrata
– tractional forces actively pull the sensory retina away from the
underlying pigment epithelium toward the vitreous base
• Traction is due to formation of vitreal, epiretinal, or subretinal
membranes consisting of fibroblasts and glial and retinal pigment
epithelial cells