Oleh:
Rena Mayusa (24030115130076)
Dessy Ria Findasari (24030115130095)
KARAKTERISASI
Spektrofotometer UV-Vis Spektrofotometer FTIR
PEMANFAATANNYA
TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui tahapan dalam sintesis dan karakterisasi senyawa kompleks nikel
(II) dan tembaga (II) dengan ligan amonia dan oksalat.
Untuk mengetahui pengaruh pelarut dalam sintesis dan karakterisasi senyawa
kompleks nikel (II) dan tembaga (II) dengan ligan amonia dan oksalat.
Untuk menentukan karakter dari hasil sintesis senyawa kompleks nikel (II) dan
tembaga (II) dengan ligan amonia dan oksalat.
SENYAWA KOMPLEKS
Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari ion logam pusat dengan
satu atau lebih ligan yang menyumbangkan pasangan elektron bebasnya kepada atom
logam pusat. Donasi pasangan elektron bebas dari ligan kepada atom pusat
menghasilkan ikatan kovalen koordinasi sehingga senyawa kompleks juga disebut
senyawa koordinasi (Cotton dan Wilkinson, 2007).
TEMBAGA
Tembaga adalah logam merah muda , yang lunak, dapat ditempa, dan liat. Ia melebur pada 1038⁰C. Bila larutan
tembaga (II) ditambahkan dengan larutan amonia dalam jumlah yang sangat sedikit maka dapat terbentuk endapan biru
suatu garam basa (tembaga sulfat basa), dengan reaksi:
2Cu2+ + SO42- + 2NH3 + 2H2O Cu(OH)2.CuSO4 + 2NH4+
Cu(OH)2.CuSO4 + 8NH3 2[Cu(NH3)4]2+ + SO42- + 2OH-
(Svehla, 1985)
Pada umumnya tembaga(II) membentuk kompleks dengan bilangan koordinasi 4 atau 6 dengan geometri segiempat
datar atau oktahedral. Tembaga dengan konfigurasi elektron 3d9 merupakan unsur transisi yang mempunyai bilangan
oksidasi +1 atau +2, tetapi tingkat oksidasi +2 lebih stabil, sehingga tembaga banyak dijumpai dalam bentuk tembaga(II)
(Lee, 1994).
NIKEL
Nikel merupakan salah satu logam transisi deret pertama yang terletak pada periode
empat dan golongan VIIIB, memiliki nomor atom 28 dan massa atom 58,71 g/mol
(Huheey and Keiter, 1993). Nikel dalam keadaan nikel(II) lebih stabil disbanding nikel
(0), nikel(I), nikel(III), dan nikel(IV). Nikel (I) dan nikel(0) tidak stabil karena mudah
teroksidasi, nikel(III) mudah tereduksi menjadi nikel (I) dan nikel(IV) jarang ditemukan
(Cotton et. Al., 1988). Bentuk kompleks nikel(II) yang paling umum adalah octahedral
dan bujur sangkar (square planar) (Lee, 1994).
METODE PENELITIAN
ALAT BAHAN
Alat gelas kimia Tembaga (II) sulfat pentahidrat (CuSO4.5H2O)
Neraca analitik Nikel (II) sulfat hexahidrat (NiSO4.6H2O)
Pompa vacum Amonium hidroksida (NH4OH)
Pelarutan NH4OH
Pelarutan garam
ke dalam pelarut Pencampuran Penstireran selama
kompleks ke dalam
(metanol, etanol, kedua larutan 30 menit
akuades
kloroform)
Pelarutan
Pelarutan garam H2C2O4.2H2O ke
Pencampuran kedua Penstireran selama 30
kompleks ke dalam dalam pelarut
larutan menit
akuades (metanol, etanol,
kloroform)
Senyawa Karakterisasi
kompleks hasil dengan FTIR Hasil
sintesis dan UV-Vis
REAKSI YANG TERJADI:
Cu(NH3)4SO4(s) Cu(C2O4)2SO4(s)
REAKSI YANG TERJADI:
Ni(NH3)4SO4(s) Ni(C2O4)2SO4(s)
HASIL SINTESIS SENYAWA KOMPLEKS
Berat Berat
No Pelarut kD No Pelarut kD
[Cu(NH3)4SO4] [Cu(C2O4)2SO4]
Spektrofotometer UV-Vis
1) CuSO4.5H2O
Spektrofotometer FTIR
a) Tetraamintembaga (II) sulfat
Bilangan
Serapan Literatur
Gelombang
Bilangan
Serapan Literatur
Gelombang
Pada senyawa kompleks [Cu(NH3)4SO4], pelarut yang paling baik adalah etanol.
Pada senyawa kompleks [Cu(C2O4)2SO4], pelarut yang paling baik adalah metanol.
Berdasarkan hasil analisis instrumen menggunakan spektrofotometer UV-Vis dan FTIR menunjukkan
bahwa senyawa kompleks [Cu(NH3)4SO4] dan [Cu(C2O4)2SO4] telah terbentuk dengan adanya
pergeseran panjang gelombang pada spektrum spektrofotometer UV-Vis dan terdapat puncak pada
bilangan gelombang dari ikatan senyawa kompleks [Cu(NH3)4SO4] dan [Cu(C2O4)2SO4] pada spektrum
spektrofotometer FTIR.
KESIMPULAN