Anda di halaman 1dari 32

Disusun Oleh :

1. Elga Handayani
2. Isra Nabila
3. Sri Fadillah Saragih
4. Muhammad Defri Ramadhoni
5. Syahrina Suhdi

Fakultas Kedokteran Gigi


Universitas Andalas
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang
merupakan kesatuan pikiran. Dalam bahasa lisan
kalimat diawali dan diakhiri dengan kesenyapan, dan
dalam bahasa tulis diawali dengan huruf kapital dan
diakhiri dengan tanda titik, tanda seru, atau tanda
tanya (Widjono, 2012: 186). 7

Contoh kalimat: Di tempat itu dijadikan tempat


pertemuan bagi pihak yang bertikai di Poso.
 Sebagai satuan bahasa atau satuan gramatikal;
 Terdiri atas satu kata atau lebih (tidak
terbatas)/terdiri atas klausa;
 Secara relatif dapat berdiri sendiri;
 Mempunyai atau mengandung pikiran yang
lengkap;
 Memiliki pola intonasi akhir;
 Dalam konvensi tulis, ditandai oleh awal huruf
capital dan diakhiri tanda baca (tanda titik untuk
kalimat deklaratif, tanda tanya untuk kalimat
interogatif, dan tanda seru untuk kalimat
interjektif)
Kridalaksana (2011:134) mengartikan konteks
adalah (1) aspek-aspek lingkungan fisik atau sosial
yang kait mengait dengan ujaran tertentu, (2)
pengetahuan yang sama-sama memiliki pembicara
dan pendengar sehingga pendengar paham apa yang
dimaksud pembicara.
Salah satu unsur konteks yang cukup penting ialah waktu
dan tempat.
Contohnya: “Waktu pukul enam sore, desa Tirtomoyo sudah
tampak sunyi seperti kuburan. Terpaksa aku menutup pintu
rumah. Masuk dan tiduran. Aku terbangun jam tiga pagi. Tidak
dikira ternyata di jalan sudah banyak orang lalu lalang.”

Contoh tersebut memberi informasi tentang ‘keadaan


suatu desa berdasarkan konteks tempat dan
waktu’. Pemahaman tentang keadaan dan keramaian desa
umumnya berbeda dengan kondisi diperkotaan.
Informasi tersebut bahkan bisa bermakna sebaliknya.
Jam 18.00 petang di desa, terutama di daerah pelosok,
barangkali sudah dianggap malam (indikasinya sudah gelap,
karena belum ada penerangan listrik, dan sebagainya.)
sementara di kota, konteks waktu seperti itu masih dianggap
sore. Sebaliknta jam 03.00 pagi buta, di desa sudah dianggap
pagi-kerja, sementara di kota, bahkan masih sangat malam.
Penafsiran itu semata-mata berdasarkan pada kondisi dan
kebiasaan saja. Bila hal itu dikaitkan dengan kesibukan kerja,
misalnya di terminal, di pasar, di diskotik, atau di tempat-
tempat lain, tentu pemahaman tentang makna dan informasinya
juga akan mengalami perubahan.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat
disimpulkan bahwa konteks adalah ruang dan
waktu yang meliputi lingkungan fisik dan
sosial tertentu dalam memahami suatu teks.
Teks yang dimaksud dalam hal ini tidak hanya
teks-teks yang dilisankan dan yang ditulis,
melainkan termasuk pula kejadian-kejadian
yang nirkata (nonverbal) lainnya atau
keseluruhan lingkungan teks itu.
1) SUBJEK

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, subjek


merupakan suatu bagian klausa yang menandai apa yang
hendak dibicarakan oleh pembicara atau pengarang. Secara
sederhana, subjek disebut dengan pokok kalimat. Subjek
sendiri dapat berbentuk jenis-jenis kata benda, atau bisa
juga berbentuk contoh frasa nomina.

Contoh:
 Ibu sedang berbelanja ke pasar. (Ibu= subjek yang
berbentuk kata kerja).
 Ayah Andi bekerja di perusahaan multinasional. (Ayah
Andi= subjek yang berbentuk frasa nomina).
2) Predikat

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, predikat


merupakan bagian kalimat yang menandai apa yang
hendak diucapkan oleh pembicara atau penulis tentang
subjek. Predikat biasanya diletakkan setelah subjek.
Biasanya, predikat dapat berupa jenis-jenis kata kerja
atau contoh frasa verba dalam bahasa Indonesia.

Contoh:
 Adik bermain bola. (bermain= predikat yang
berbentuk kata kerja).
 Adik sedang bermain bola. (sedang bermain=
predikat yang berbentuk frasa verba).
3) Objek

Objek merupakan unsur kalimat yang diletakkan


setelah subjek. Dalam kalimat pasif, objek biasanya dileakkan
di awal kalimat menggantikan posisi subjek. Sementara itu,
dalam kalimat intransitif dan kalimat semitransitif, unsur
kalimat ini tidak digunakan sama sekali, dan fungsinya
digantikan oleh unsur pelengkap dan keterangan. Sama
seperti subjek, objek sendiri juga dapat berupa kata benda
ataupun frasa nomina.

Contoh:
 Agus sedang membacakan puisi. (puisi= objek yang
berbentuk kata kerja).
 Maya sedang mengerjakan PR Matematika. (PR
Matematika= objek yang berbentuk frasa nomina)
4) Pelengkap

Menurut laman Wikipedia, pelengkap atau komplimen


merupakan unsur kalimat yang letaknya berada di sebelah objek
atau bisa juga diletakkan di sebelah kalimat jika kalimat itu
merupakan kalimat intransitif dan semitransitif yang tidak
membutuhkan keberadaan objek di dalamnya. Pelengkap seringkali
disamakan dengan objek, bahkan dengan keterangan. Padahal,
pelengkap mempunyai perbedaan dengan objek maupun
keterangan.

Contoh:
 Andi mengatakan bahwa baju itu adalah kepunyaannya. (baju itu
adalah kepunyaannya= pelengkap yang berbentuk klusa).
 Wajah Andi terlihat begitu murung. (begitu murung= pelengkap
yang berbentuk frasa adjektiva).
5) Keterangan

Seperti yang dijelaskan di poin sebelumnya, bahwa


keterangan merupakan unsur kalimat yang dapat diletakkan
setelah pelengkap, objek, predikat, dan bahkan di awal
kalimat sekalipun. Adapun definisi keterangan sendiri–yang
dikutip dari KBBI–adalah jenis-jenis kata atau kelompok kata
yang menerangkan kata atau bagian kalimat lainnya.
Keterangan atau jenis-jenis kata keterangan dapat berupa
keterangan tempat, waktu, cara, dan sebagainya.

Contoh:
 Ibu membeli sayur-sayuran di pasar. (di pasar=
keterangan tempat).
 Amalia mengerjakan tugas sekolah di malam hari. (di
malam hari= keterangan waktu)
Berdasarkan Pengucapannya
1.1 Kalimat Langsung
Kalimat langsung merupakan kalimat kutipan dari ucapan seseorang tanpa
melalui perantara dan tanpa merubah sedikitpun apa yang ia utarakan. Kalimat ini
ditandai dengan penggunaan tanda petik untuk membedakan kalimat kutipan
dengan kalimat penjelas.

Contoh : “Riana akan pulang nanti sore,” Desti memberi kabar.

1.2 Kalimat Tidak Langsung


Kalimat tidak langsung merupakan kalimat yang menceritakan kembali isi
atau pokok ucapan yang pernah disampaikan seseorang tanpa perlu mengutip
keseluruhan kalimatnya.

Contoh :
Aku pernah mendengar Aisyah bercerita bahwa sebenarnya ia tidak terlalu senang
dengan kabarperjodohan yang diatur oleh orang tuanya.
◦ Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal merupakan kalimat yang hanya terdiri dari satu
klausa, yang terbentuk dari satu pola.Kalimat tunggal berdasarkan
jenis predikat yang digunakan, dibagi menjadi dua yakni kalimat
nomina dan kalimat verbal.

Kalimat Nomina
Kalimat nomina merupakan jenis kalimat yang menggunakan
kata benda (kata bilangan atau kata sifat) sebagai predikat
Contoh :
 Tentara itu tewas di medan perang.

Kalimat Verbal
Kalimat verbal merupakan jenis kalimat yang menggunakan
kata kerja sebagai predikat.
Contoh :
 Andi mengayuh sepedanya pelan.
◦ Kalimat Majemuk

Kalimat majemuk setara penggabungan, biasanya ditandai dengan


penggunaan kata hubung (konjungsi) “dan” atau “serta”

Contoh :
Saya bertanggungjawab atas kedatangan peserta hingga ke penginapan dan
andi akan mengambil tanggungjawab tentang keperluan peserta sesampainya
disana.

Kalimat majemuk setara pertentangan, biasanya ditandai dengan kata hubung


(konjungsi) “tetapi”, “sedangkan”, “melainkan”, “namun”, dan sebagainya.
Contoh :kelas kami akan mengadakan study tour ke Palembang, namun dia
memilih untuk tidak ikut.

Kalimat majemuk setara pemilihan, biasanya ditandai dengan kata hubung


“atau”.
Contoh :
Riana masih bingung menentukan antara ikut menemani ibunya kuliah di
Jerman atau tetap tinggal di sini bersama ayahnya.
Kalimat majemuk setara penguatan, biasanya ditandain dengan kata hubung
“bahkan”.
Contoh :
Dia memang pemuda yang cerdas, bahkan di usianya yang ke-17 ia sudah
mendapatkan gelar sarjana pertamanya.

Kalimat Majemuk Bertingkat


Kalimat majemuk bertingkat merupakan kalimat yang menggabungkan dua
kalimat tunggal atau lebih di mana satu sama lain memiliki kedudukan yang
berbeda, yakni sebagai induk kalimat dan anak kalimat.

Kalimat Majemuk Campuran


Kalimat majemuk campuran merupakan kalimat majemuk yang
menggabungkan kalimat majemuk setara dengan kalimat majemuk setingkat.
Kalimat majemuk campuran terdiri dari sekurang – kurangnya tiga kalimat
tunggal.
Contoh :
Patria sedang memasak dan Toni menonton TV di ruang keluarga, ketika aku
tiba di rumah mereka.
(kata hubung “dan” menyatakan kaimat majemuk setara, kata hubung “ketika”
menyatakan kalimat majemuk bertingkat.)
1) Kalimat Berita atau Pernyataan (Kalimat Deklaratif)

Merupakan kalimat yang bertujuan untuk


menyampaian suatu informasi. Kalimat ini dalam
penulisannya di akhiri dengan tanda baca titik (.).Dalam
pembacaannya, pada akhir kalimat biasanya memiliki
intonasi yang menurun.
Contoh :
Ari tengah berlari ke hutan. (memberitahu kepastian)

2) Kalimat Tanya (Kalimat Interogatif)

Merupakan kalimat digunakan untuk mencari tahu


suatu informasi atau jawaban atau respon dari lawan bicara.
Kalimat ini dalam penulisannya di akhiri dengan tanda baca
tanya (?).
Contoh :
Bagaimana kabarmu hari ini?
3) Kalimat Perintah (Kalimat Imperatif)

Kalimat perintah merupakan kalimat yang bertujuan untuk


memberikan perintah kepada seseorang untuk melakukan sesuatu.
Dalam penulisannya, kalimat perintah akan diakhiri dengan tanda
baca seru (!). Serta dalam pembacaannya, pada akhir kalimat
biasanya digunakan intonasi yang meninggi.

Contoh :
Tolong ambilkan kertas di meja itu! (permohonan)

4) Kalimat Seruan

Kalimat seruan digunakan untuk mengungkapkan perasaan.


Sama seperti kalimat perintah, dalam pelafalannya pada akhir
kalimat biasanya ditandai dengan intonasi yang tinggi. Dalam
penulisannya, kalimat seruan juga diakhiri dengan tanda seru (!).

Contoh :
Wah, indah sekali pantai!
5) Kalimat Pengandaian

Kalimat pengandaian bertujuan untuk menggambarkan


keinginan atau tujuan dari penulis atau pembicara yang belum atau
tidak terwujud. Kalimat pengandaian dalam penulisannya diakhiri
dengan tanda baca titik (.).

Contoh:
Andai saja aku bisa mengulang waktu kembali.
1) Kalimat Lengkap

Kalimat lengkap merupakan kalimat yang sekurang – kurangnya


terdiri atas sebuah subjek dan sebuah predikat. Kalimat majas dapat
dikategorikan sebagai kalimat lengkap.

Contoh:
Anak – anak bermain di lapangan
S P K

2) Kalimat Tidak Lengkap

Kalimat tidak lengkap merupakan kalimat yang tidak sempurna.


Kalimat dengan bentuk tidak sempurna kadang hanya memiliki sebuah
subjek saja, sebuah predikat, atau bahkan hanya terdiri atas objek dan
keterangan. Kalimat ini biasanya digunakan untuk kalimat semboyan,
salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan, larangan, sapaan,
dan kekaguman.

Contoh:
Hei, Diana!
1) Kalimat Versi

Kalimat versi merupakan kalimat yang sesuai dengan susunan pola kalimat
dasar pada Bahasa Indonesia (S – P) atau (S – P – O – K) atau (S – P – K ) dan lain
sebagainya.

Contoh:
Aku berjalan sejauh tiga kilometer.
S P K

2) Kalimat Inversi

Kalimat inversi merupakan kalimat yang memiki ciri khas adanya predikat
yang mendahului kata subjek. Kaliman versi biasanya digunakan untuk
menyampaikan penekanan atau ketegasan makna. Kata pertama yang muncul
merupakan kaa yang menjadi penentu makna kalimat sekaligus menjadi kata yang
menimbulkan kesan terhadap pembaca maupun pendengarnya.

Contoh :
Bawa gadis itu ke hadapanku!
P S K
1) Kalimat yang Melepas

Kalimat ini merupakan kalimat yang ditulis maupun diucapkan menggunakan


dengan gaya penyajian melepas. Gaya penulisan melepas ditandai dengan kalimat majemuk
di awali dengan induk kalimat atau kalimat utama serta diikuti oleh anak kalimatnya.

Contoh :
Putri tidak akan tertinggal kereta jika di jalan tadi tidak terjadi kecelekaan yang
menyebabkan kemacetan panjang.

(“Putri tidak akan tertinggal kereta” merupakan kalimat induk, “kereta jika di jalan tadi tidak
terjadi kecelekaan yang menyebabkan kemacetan panjang” merupakan anak kalimat.)

2) Kalimat yang Klimaks

Kalimat ini terbentuk ketika suatu kalimat majemuk disajikan dengan cara
menempatkan anak kalimat di depan kalimat induknya. Kalimat ini biasanya ditandai
dengan penggunaan tanda baca koma (,).
Contoh :
Jika dia dibawa ke rumah sakit lebih cepat, mungkin nyawanya masih bisa tertolong
(“Jika dia dibawa ke rumah sakit lebih cepat” merupakan anak kalimat, “mungkin nyawanya
masih bisa tertolong” merupakan kalimat utama)
3) Kalimat yang Berimbang

Kalimat yang berimbang biasanya tersusun


dalam bentuk kalimat majemuk setara atau kalimat
majemuk campuran. Gaya penyajian berimbang
bertujuan untuk menunjukan kesejajaran bentuk
dan informasinya.

Contoh :

Harga daging sapi menjelang Idul Adha melonjak,


pedagang dan konsumen mengeluhkan tingginya
kenaikan.
1) Kalimat Aktif

Kalimat aktif merupakan kalimat di mana unsur subjek di


dalamnya melakukan suatu tindakan (pekerjaan). Kalimat jenis
ini akan menggunakan predikat dengan awalan “me-” dan “ber-
” serta predikat yang berupa kata kerja yang tidak dapat
diberikan awalan “me-”, seperti mandi, pergi, tidur, dan lain
sebagainya.

Contoh :
Ani pergi ke pasar.
Surya merangkak di kegelapan agar tidak terlihat musuh.
2) Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan atau
tindakan. Kalimat pasif biasanya memiliki predikat berupa kata kerja berawalan “di-”
dan “ter-” serta diikuti kata depan “oleh”. Kalimat pasif dibedakan kembali menjadi
dua bentuk, yakni,

Kalimat Pasif Biasa

Kalimat pasif ini merupakan kalimat hasil dari transformasi kalimat aktif transitif.
Kalimat pasif ini memiliki predikat yang memilki imbuhan “di-”, “ter-”, “ke-an”.
 Contoh:
 Bola ditendang Adnan.
 Kertas itu tertiup angin.

Kalimat Pasif Zero

Kalimat pasif ini memiliki objek pelaku yang berdekatan dengan objek
penderita tanpa adanya sisipan kata lain. Predikat pada kalimat ini menggunakan
akhiran “-kan” dan tanpa disertai awalan “di-”. Selain itu, predikatnya juga dapat
berupa kata dasar dari kata kerja.
Contoh :
 Akan aku tunjukan kemampuanku disini.
 Akan saya sampaikan pesanmu padanya.
Kalimat dasar ialah kalimat yang berisi
informasi pokok dalam struktrur inti, belum
mengalami perubahan
1) S-P
Pola ini terhitung pola kalimat yang paling
dasar dan sederhana. Sebab, pola ini hanya berupa
subjek (S) dan predikat (P) saja. Adapun beberapa
contoh kalimat yang menggunakan pola ini adalah
sebagai berikut.
 Ayah Bekerja.
(S= Ayah, P= bekerja)
 Petani bercocok tanam. (S= Petani, P= bercocok
tanam )
 Ibu Guru sedang mengajar. (S= Ibu Guru (subjek
berbentuk frasa nomina), P= sedang mengajar)
2) S-P-O
Pola yang terdiri dari subjek (S), predikat
(P), dan objek (O) ini biasanya dipakai
pada contoh kalimat aktif deklaratif
transitif dan kalimat aktif transitif. Adapun
beberapa contoh kalimat dengan pola ini adalah
sebagai berikut:
 Ibu menanak nasi. (S= Ibu, P= menanak, O=
nasi)
 Adik sedang memainkan piano. (S= adik, P=
sedang memainkan, O= piano)
 Anak-anak sedang mengerjakan soal-soal
ujian. (S= anak-anak, P= sedang
mengerjakan, O= soal=soal ujian)
3) S-P-Pel
Pola ini terdiri atas subjek (S), predikat (P),
dan pelengkap (Pel). Biasanya, pola ini digunakan
dalam contoh kalimat deklaratif aktif
intransitif, contoh kalimat deklaratif
semitransitif, kalimat akti intransitif, dan contoh
kalimataktif semitransitif.

Contoh:
 Tubuhnya berlumuran keringat. (S= tubuhnya,
P= berlumuran, Pel= keringat)
 Langit malam ini bertaburan bintang-bintang.
(S= langit malam ini, P= bertaburan, Pel=
bintang-bintang)
 Anak-anak sedang bermain layang-layang. (S=
anak-anak, P= sedang bermain, Pel= layang-
layang)
4) S-P-K

Merupakan pola yang terdiri atas subjek (S),


predikat (P), dan Keterangan (K). Pola ini biasanya
dapat dijumpai pada kalimat deklaratif aktiif
intransitif dan kalimat aktif intransitif. Adapun
contoh pola ini adalah sebagai berikut:

 Anak-anak bermain di lapangan. (S= anak-anak,


P= bermain, K= di lapangan)
 Burung-burung bersahutan di pagi hari. (S=
burung-burung, P= bersahutan, K= di pagi hari)
 Paman sedang bercukur dengan menggunakan
pisau cukur. (S= Paman, P= sedang bercukur, K=
dengan menggunakan pisau cukur)
5) S-P-O-K

Pola ini merupakan pola yang paling umum


dan paling dikenal di masyarakat. Sebagaimana
yang telah diketahui, bahwa pola ini terdiri atas
subjek (S), predikat (P), objek (O), dan keterangan
(K). Adapun contohnya adalah sebagai berikut:

 Ibu membeli sayur-sayuran di pasar tradisional.


(S= Ibu, P= membeli, O= sayur-sayuran, K= di
pasar tradisional)
 Dimas mengerjakan tugas sekolah dengan
sungguh-sungguh. (S= Dimas, P= mengerjakan,
O= tugas, K= dengan sungguh-sungguh)
 Para petani menanam padi di pagi hari. (S= para
petani, P= menanam, O= padi, K= di pagi hari)
6) S-P-O-Pel

Pola ini terdiri atas subjek (S), predikat (P), objek (O),
dan pelengkap (Pel). Adapun contohnya adalah sebagai
berikut:

 Ibu membelikan adik pakaian baru. (S= Ibu, P=


membelikan, O= adik, Pel= pakaian baru)
 Adik membelikan kucingnya makanan kucing. (S= Adik,
P= membelikan, O= kucingnya, Pel= makanan kucing)

7) S-P-Pel-K

Adalah pola yang terdiri atas subjek (S), predikat (P),


pelengkap (Pel), dan keterangan (K). Contoh:

 Tubuhnya berlumuran keringat karena bekerja keras


seharian. (S= tubuhnya, P= berlumuran, Pel= keringat, K=
karena bekerja keras seharian)
 Anak-anak bermain bola di tanah lapang. (S= anak-anak,
P= bermain, Pel= bola, K= di tanah lapang)
8) S-P-O-Pel-K
Merupakan pola kalimat yang paling
kompleks dan lengkap karena semua unsur
kalimat terkandung di dalamnya. Contoh:

 Ibu membelikan adik sepatu baru pada hari


Minggu kemarin. (S= Ibu, P= membelikan,
O= adik, Pel= sepatu baru, K= pada hari
Minggu kemarin)
 Adik membelikan kucingnya makanan kucing
dengan uang sakunya sendiri. (S= adik, P=
membelikan, O= kucingnya, Pel= makanan
kucing, K= dengan uang sakunya sendiri)

Anda mungkin juga menyukai