IRIGASI
Peta Layout / Peta Petak Irigasi
• Layout jaringan irigasi, direncanakan pada peta situasi skala 1 :
5.000 untuk Peta Petak Detail dan skala 1 : 5.000 atau 1 : 2.000
untuk Peta Petak Tersier.
• Peta Petak secara umum dibuat dengan mempertimbangkan
kondisi medan lapangan dan kendala atau permasalahan yang
terjadi. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan hasil
perencanaan yang akurat, yaitu mampu memberikan
penjatahan air secara proporsional dan sekaligus sebagai
bentuk antisipasi terhadap kendala yang dihadapi.
Dasar Pertimbangan
Dasar-dasar pertimbangan yang dipakai dalam perencanaan
layout jaringan irigasi adalah sebagai berikut :
• Kondisi geologi (secara visual)
• Kondisi hidrolis sungai
• Tinjauan hidrolis yang dijadikan sebagai pertimbangan dalam
perencanaan meliputi : tinggi muka air sungai (muka air
rendah, normal dan banjir), kestabilan aliran, luas penampang
basah, elevasi dan rerata kemiringan serta karakteristik aliran
lainnya yang diperlukan.
• Luas daerah yang dapat terairi
• Perkiraan awal mengenai luas areal yang dapat terairi
dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang sejauh
mana optimalisasi manfaat yang akan diperoleh.
1. Bangunan Utama
• Bangunan utama (head works) dapat didefinisikan sebagai
kompleks bangunan yang direncanakan di dan sepanjang
sungai atau aliran air untuk membelokkan air ke dalam
jaringan saluran agar dapat dipakai untuk keperluan irigasi.
• Bangunan utama bisa mengurangi kandungan sedimen yang
berlebihan, serta mengukur banyaknya air yang masuk.
• Bangunan utama terdiri dari bendung dengan peredam energi,
satu atau dua pengambilan utama pintu bilas kolam olak dan
(jika diperlukan) kantong lumpur, tanggul banjir pekerjaan
sungai dan bangunan-bangunan pelengkap.
2. Rencana Pembagian Petak
Petak tersier terdiri dari beberapa petak kuarter masing-masing seluas
kurang lebih 8 sampai dengan 15 hektar.
Petak tersier sebaiknya mempunyai batas-batas yang jelas, misalnya jalan,
parit, batas desa dan batas-batas lainnya.
Ukuran petak tersier berpengaruh terhadap efisiensi pemberian air.
Beberapa faktor lainnya yang berpengaruh dalam penentuan luas petak
tersier antara lain jumlah petani, topografi dan jenis tanaman.
Apabila kondisi topografi memungkinkan, petak tersier sebaiknya
berbentuk bujur sangkar atau segi empat. Hal ini akan memudahkan
dalam pengaturan tata letak dan pembagian air yang efisien.
Kriteria umum pengembangan petak tersier :
Ukuran petak tersier : 50-100 hektar
Ukuran petak kuarter : 8-15 hektar
Panjang saluran tersier : 1500 meter
Panjang saluran kuarter : 500 meter
Jarak antar saluran kuarter dan pembuang : 300 meter
Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang kesemuanya
dilayani oleh satu saluran sekunder.
Biasanya petak sekunder menerima air dari bangunan bagi yang
terletak di saluran primer atau sekunder.
Batas-batas petak sekunder pada umumnya berupa tanda topografi
yang jelas misalnya saluran drainase. Luas petak sukunder dapat
berbeda-beda tergantung pada kondisi topografi daerah yang
bersangkutan.
Saluran sekunder pada umumnya terletak pada punggung mengairi
daerah di sisi kanan dan kiri saluran tersebut sampai saluran
drainase yang membatasinya.
Saluran sekunder juga dapat direncanakan sebagai saluran garis
tinggi yang mengairi lereng-lereng medan yang lebih rendah
Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder, yang mengambil
air langsung dari saluran primer. Petak primer dilayani oleh satu
saluran primer yang mengambil airnya langsung dari sumber air,
biasanya sungai.
3. Saluran Irigasi
a. Jaringan irigasi utama
• Saluran primer membawa air dari bendung ke saluran sekunder
dan ke petak-petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer
adalah pada bangunan bagi yang terakhir.
• Saluran sekunder membawa air dari saluran primer ke petak-
petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. Batas
ujung saluran ini adalah pada bangunan sadap terakhir.
• Saluran pembawa suplesi membawa air irigasi dari sumber air lain
(bukan sumber yang memberi air pada bangunan utama proyek)
ke jaringan irigasi primer.
• Saluran muka tersier membawa air dari bangunan sadap tersier ke
petak tersier yang terletak di seberang petak tersier lainnya.
Saluran ini termasuk dalam wewenang dinas irigasi dan oleh
sebab itu pemeliharaannya menjadi tanggung jawabnya.
b. Jaringan saluran irigasi tersier
• Saluran tersier membawa air dari bangunan sadap tersier di
jaringan utama ke dalam petak tersier lalu ke saluran kuarter.
Batas ujung saluran ini adalah boks bagi kuarter yang terakhir
• Saluran kuarter membawa air dari boks bagi kuarter melalui
bangunan sadap tersier atau parit sawah ke sawah-sawah
• Perlu dilengkapi jalan petani ditingkat jaringan tersier dan
kuarter sepanjang itu memang diperlukan oleh petani
setempat dan dengan persetujuan petani setempat pula,
karena banyak ditemukan di lapangan jalan petani yang rusak
sehingga akses petani dari dan ke sawah menjadi terhambat,
terutama untuk petak sawah yang paling ujung.
• Pembangunan sanggar tani sebagai sarana untuk diskusi antar
petani sehingga partisipasi petani lebih meningkat, dan
pembangunannya disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi
petani setempat serta diharapkan letaknya dapat mewakili
wilayah P3A atau GP3A setempat.
1 S a lu ra n p rim e r
10. 000 ha 2
S a lu ra n s e k u n d e r
6000 ha
4000 ha
B endung 1
B angunan bagi
t e r a k h ir
1
2
2
2
2 1000 ha
4000 ha 2000 ha
3000 ha
4. Saluran Pembuang
a. Jaringan saluran pembuang tersier
• Saluran pembuang kuarter terletak di dalam satu petak tersier,
menampung air langsung dari sawah dan membuang air
tersebut ke dalam saluran pembuang tersier.
• Saluran pembuang tersier terletak di dan antara petak-petak
tersier yang termasuk dalam unit irigasi sekunder yang sama
dan menampung air, baik dari pembuang kuarter maupun dari
sawah-sawah. Air tersebut dibuang ke dalam jaringan
pembuang sekunder.
b. Jaringan saluran pembuang utama
• Saluran pembuang sekunder menampung air dari jaringan
pembuang tersier dan membuang air tersebut ke pembuang
primer atau langsung ke jaringan pembuang alamiah dan ke
luar daerah irigasi.
• Saluran pembuang primer mengalirkan air lebih dari saluran
pembuang sekunder ke luar daerah irigasi. Pembuang primer
sering berupa saluran pembuang alamiah yang mengalirkan
kelebihan air tersebut ke sungai, anak sungai atau ke laut
5. Bangunan Bagi & Sadap
• Bangunan bagi dan sadap pada irigasi teknis dilengkapi dengan
pintu dan alat pengukur debit untuk memenuhi kebutuhan air
irigasi sesuai jumlah dan pada waktu tertentu.
• Namun dalam keadaan tertentu sering dijumpai kesulitan-
kesulitan dalam operasi dan pemeliharaan sehingga muncul
usulan sistem proporsional. Yaitu bangunan bagi dan sadap tanpa
pintu dan alat ukur tetapi dengan syarat-syarat sebagai berikut :
• Elevasi ambang ke semua arah harus sama
• Bentuk ambang harus sama agar koefisien debit sama.
• Lebar bukaan proporsional dengan luas sawah yang diairi.
• Tetapi sistem proporsional tidak bisa diterapkan dalam irigasi
yang melayani lebih dari satu jenis tanaman dari penerapan
sistem golongan.
• Bangunan bagi terletak di saluran primer dan sekunder pada
suatu titik cabang dan berfungsi untuk membagi aliran antara
dua saluran atau lebih.
• Bangunan sadap tersier mengalirkan air dari saluran primer
atau sekunder ke saluran tersier penerima.
• Bangunan bagi dan sadap mungkin digabung menjadi satu
rangkaian bangunan.
• Boks-boks bagi di saluran tersier membagi aliran untuk dua
saluran atau lebih (tersier, subtersier dan/atau kuarter)
6. Bangunan Ukur & Pengatur
Peralatan berikut dianjurkan pemakaiannya :
• Di hulu saluran primer
• Untuk aliran besar alat ukur ambang lebar dipakai untuk pengaturan dan pintu
sorong atau radial untuk pengatur
• Di bangunan bagi & bangunan sadap sekunder
• Pintu Romijn dan pintu Crump-de Gruyter dipakai untuk mengukur dan mengatur
aliran. Bila debit terlalu besar, maka alat ukur ambang lebar dengan pintu sorong
atau radial bisa dipakai seperti untuk saluran primer.
• Di bangunan sadap tersier
• Untuk mengatur dan mengukur aliran dipakai alat ukur Romijn atau jika fluktuasi di
saluran besar dapat dipakai alat ukur Crump-de Gruyter. Di petak-petak tersier kecil
di sepanjang saluran primer dengan tinggi muka air yang bervariasi dapat
dipertimbangkan untuk memakai bangunan sadap pipa sederhana, di lokasi yang
petani tidak bisa menerima bentuk ambang sebaiknya dipasang alat ukur parshall
atau cut throat flume.
• Alat ukur parshall memerlukan ruangan yang panjang, presisi yang tinggi dan sulit
pembacaannya, alat ukur cut throat flume lebih pendek dan mudah pembacaannya.
• Bangunan-bangunan pengatur muka air mengatur/mengontrol
muka air di jaringan irigasi utama sampai batas-batas yang
diperlukan untuk dapat memberikan debit yang konstan
kepada bangunan sadap tersier.
• Bangunan pengatur mempunyai potongan pengontrol aliran
yang dapat distel atau tetap. Untuk bangunan-bangunan
pengatur yang dapat disetel dianjurkan untuk menggunakan
pintu (sorong) radial atau lainnya.
7. Bangunan Pelengkap
• Bangunan Terjun
• Got Miring
• Bangunan Silang
• Gorong-Gorong
• Talang
• Siphon
• Terowongan
• Bangunan Lindung
• Bangunan Pembuang Silang
• Pelimpah
• Bangunan Penggelontor Sedimen
• Bangunan Penguras
• Saluran Pembuang Samping
• Saluran Gendong
• Jalan dan Jembatan
• Tanggul
• Dan lainnya
7. Standar & Tata Nama
• Nama-nama yang diberikan untuk saluran-saluran irigasi dan
pembuang, bangunan-bangunan dan daerah irigasi harus jelas
dan logis. Nama yang diberikan harus pendek dan tidak
mempunyai tafsiran ganda (ambigu).
• Nama-nama harus dipilih dan dibuat sedemikian sehingga jika
dibuat bangunan baru kita tidak perlu mengubah semua nama
yang sudah ada.
A. Nama Daerah Irigasi
BM 2
R M 3 R M 2 22 ha 3 1 l/ d t B angunan sadap
A = 20 31 ha A = 3184 ha
Q = 3 .5 1 4 m 3 /d t Q = 5 .5 0 8 m 3 /d t
B M 1
H 1 K i. 1
Q = 0 .8 5 6 m 3 /d t
19 ha 2 7 l/d t
Q = 0 .9 5 7 m 3 /d t
H 2 K . 3 H 2 K . 1 H 1 K . 2
A = 495 ha
1 1 6 h a 1 6 2 l/ d t 76 ha k 1 6 l/ d t 68 ha 9 5 l/ d t
A = 620 ha
RL 2
Q = 1 .3 4 9 m 3 /d t
H 2 K . 2
BK 2
RK 1
9 6 h a 1 3 4 l/ d t
A = 865 ha
K 2 ka
R K 2
1 1 0 h a 1 5 4 l/ d t B K 1 B L 2
KALI DO LO K
RS 1
A = 500 ha
Q = 0 .7 8 0 m 3 /d t H 1 K . 2 L2 ka L2 K i
68 ha 9 5 l/ d t 54 ha 7 6 l/ d t 17 ha 2 4 l/ d t
Q = 0 .6 0 8 m 3 /d t
B S 1
Q = 0 .7 3 4 m 3 /d t
K 1 K i. 1
S a lu r a n p r im e r L A M O G O
S 1 K a S 1 K i
A = 390 ha
50 ha 7 0 l/ d t
S a lu r a n s e k u n d e r K E D A W U N G
A = 424 ha
1 4 8 h a 2 0 7 l/ d t 57 ha 6 0 l/d t
RK 3
Q = 1 .0 3 0 m 3 /d t
RL 3
sekunder
SAMBAK
A = 560 ha
B L 3
S a lu r a n
B K 3
RS 2
L3 K i
K 3. K i 1 0 7 h a 1 5 0 l/ d t
1 2 5 h a 1 7 5 l/ d t
B S 2
Q = 0 .5 4 8 m 3 /d t
Q = 0 .4 1 3 m 3 /d t
S 2 K a S 2 K i
1 8 3 h a 2 5 6 l/ d t 9 7 h a 1 3 6 l/ d t
A = 317 ha
A = 255 ha
Q = 0 .5 9 0 m 3 /d t
RL 4
RK 4
A = 380 ha
RS 3
LEG EN D A
R M 1 R L 1
B L 1
S a lu r a n p rim e r M A K A W A
B endung B angunan bagi dengan
B A R AN G B L 2a p in tu s a d a p
BM 2a
BM 2a
BM 2d
BM 2b
BM 2c
BM 3
BM 2
R M 3
KA LI D O LO K
B M 1a
B L 2b B angunan sadap
B M 1
B L 2c G o r o n g - g o ro n g
RK 1
B L 2d
RL 2
B S 1a
BK 2a
T a la n g
BK 2
B K 1a
B S 1b R K 2 B K 1b S ip o n
S a lu r a n s e k u n d e r S A M B A K
B K 1 B L 2
B S 1c
B a n g u n a n te r ju n
B K 3a
RS 1
B S 1d B L 3a J e m b a ta n
B K 3b
S a lu r a n p r im e r L A M O G O
S a lu r a n s e k u n d e r K E D A W U N G
B S 1 J e m b a ta n o ra n g
B L 3b
RK 3
B K 3c
RL 3
B S 2a
B S 2b B L 3
B K 3
B S 2c B L 4a
B K 4a
RS 2
B L 4b
B S 2 B K 4b B L 4c
B K 4c
RL 4
RK 4
RS 3
• Saluran dibagi menjadi ruas-ruas yang berkapasitas sama.
Misalnya, RS 2 adalah Ruas saluran sekunder Sambak (S)
antara bangunan sadap BS 1 dan BS 2 (lihat juga Bab 2.2 dan
2.3).
• Bangunan pengelak atau bagi adalah bangunan terakhir di
suatu ruas. Bangunan itu diberi nama sesuai dengan ruas hulu
tetapi huruf R (Ruas) diubah menjadi B (Bangunan). Misalnya
BS 2 adalah bangunan pengelak di ujung ruas RS 2.
• Bangunan-bangunan yang ada di antara bangunan-bangunan
bagi sadap (gorong-gorong. jembatan, talang bangunan terjun,
dan sebagainya) diberi nama sesuai dengan nama ruas di
mana bangunan tersebut terletak juga mulai dengan huruf B
(Bangunan) lalu diikuti dengan huruf kecil sedemikian
sehingga bangunan yang terletak di ujung hilir mulai dengan
"a" dan bangunan-bangunan yang berada lebih jauh di hilir
memakai hurut b, c, dan seterusnya. Sebagai contoh BS2b
adalah bangunan kedua pada ruas RS2 di saluran Sambak
terletak antara bangunan-bangunan bagi BS 1 dan BS 2.
C. Jaringan Irigasi Tersier
C 2
T1 T2 T3 K2
K1 K3 C 3
A3 A2 D3 D2 D1 D C
D. Jaringan Pembuang
d R A
g -
33
a n
bu
32
m
30 Pe
31
29
A 3
28
d R
26
d 2
27
d 2 d 3
d 1
26
d 2
d 2
d 1
A 2
25
d 1
d R
25
d 1
d 1 d RA 1
d RM 2 d RM 3 d RM 4
d RM 1
P e m b u a n g p r im e r M A R A M B A
E. Tata Warna Petak