Anda di halaman 1dari 29

Rheumatoid arthriti

s
MONIKA RAMADHANI MARDILA
1611012020
PENDAHULUAN
Rheumatoid arthritis merupakan suatu keadaan kronik at
au penyakit autoimun yang mengakibatkan inflamasi da
lam waktu yang lama pada sendi. Berdasarkan studi, lebi
h banyak terjadi pada wanita dibandingkan pria dengan
rasio 3 : 1.
Juvenile Rheumatoid Arthritis ( JRA) or Juvenile Idi
opathic Arthritis is the most commont form of chil
dhood arthritis. The cause remains unknown. For mo
st patients, the immunogenic associations, clinica
l pattern, and functional outcome are different fr
om adult onset rheumatoid arthritis (RA).
Mengenali Rheumatoid Arthritis

 Kekakuan di pagi hari yang berlangsung lebih dari 1 jam


(selama minimal 6 minggu)
 Peradangan (artritis) pada 3 atau lebih sendi (selama
minimal 6 minggu)
 Arthritis pada persendian tangan, pergelangan tangan
atau jari tanan (selama minimal 6 minggu)
 Faktor rematoid di dalam darah
 Perubahan yang khas pada foto rontgen.
penyakit ini timbul akibat dari banyak faktor mulai dari geneti
k (keturunan) sampai pada gaya hidup kita (merokok). Salah
satu teori nya adalah akibat dari sel darah putih yang berpi
ndah dari aliran darah ke membran yang berada disekitar s
endi.

Gejala dan Tanda :


Gejala dan tanda dari AR dapat dilihat sebagai berikut;
◦ Nyeri sendi
◦ Pembengkakan sendi
◦ Nyeri sendi bila disentuh atau di tekan
◦ Tangan kemerahan
◦ Lemas
◦ Kekakuan pada pagi hari yang bertahan sekitar 30 menit
◦ Demam
◦ Berat badan turun
PATOFISIOLOGI
 Rheumatoid Arthritis merupakan akibat da
ri disregulasi komponen humoral dan dim
ediasi sel sistem imun.
 Immunoglobulin dapat mengaktivasi siste

m komplemen yang melipatgandakan resp


on imun dengan meningkatkan kemotaksis
dan pelepasan limfokin oleh sel mononukl
ear yang disajikan pada limfosit T, sehingg
a aktivasi sel T dan B.
 Sel T yang teraktivasi menghasilkan sitoto
ksin yang secara langsung toksis terhadap j
aringan dan sitokin.
 Sel B yang teraktivasi menghasilkan sel pla

sma yang membentuk antibodi dan kombi


nasi dengan komplemen.
 Inflamasi kronik pada jaringan lapisan sino

vial kapsul sendi menghasilkan proliferasi


jaringan.
Manifestasi klinik
a. Gejala prodromal klinik yang berkembang s
elama beberapa minggu hingga bulan meliputi
kelelahan, capek, demam, rasa sakit pada pe
rsendiaan.
b. Pergerakan sendi cenderung menjadi simetr
ik dan mempengaruhi sendi-sendi kecil pada
siku, kaki, dll
c. Kekakuan persendiaan umumnya memburuk pad
a pagi hari.
d. Pada pemeriksaan, pembengkakan sendi dapa
t terlihat hanya dengan perabaan.
Faktor risiko yang akan meningkatkan risiko terkena
nya artritis reumatoid adalah;

 Jenis Kelamin.
Perempuan lebih mudah terkena AR daripada laki-laki. Per
bandingannya adalah 2-3:1.
 Umur.
 Artritis reumatoid biasanya timbul antara umur 40 sampa
i 60 tahun. Namun penyakit ini juga dapat terjadi pada de
wasa tua dan anak-anak (artritis reumatoid juvenil)
 Riwayat Keluarga.
Apabila anggota keluarga anda ada yang menderita penya
kit artritis rematoid maka anda kemungkinan besar akan t
erkena juga.
 Merokok.
Merokok dapat meningkatkan risiko terkena artritis reuma
toid.
DIAGNOSIS
 Pemeriksaan darah
9 dari 10 penderita memiliki laju endapan eritrosit yan
g meningkat, sebagian besar menderita anemia, kadan
g jumlah sel darah putih berkurang, 7 dari 10 penderit
a memiliki antibodi yang disebut faktor rheumatoid.
 Pemeriksaan cairan sendi
 Rontgen, bisa menunjukkan adanya perubahan khas pa
da sendi.
tujuan terapi
a. Mengurangi nyeri
b. Mengurangi inflamasi
c. Menghentikan kerusakan sendi
d. Mencegah cacat
e. Memperbaiki fungsi sendi
f. Memperbaiki kualitas hidup
g. Mencegah kematian dini
Pengobatan Rheumatoid Arthri
tis
Prinsip dasar dari pengobatan artrtitis rematoid adalah
mengistirahatkan sendi yang terkena, karena
pemakaian sendi yang terkena akan memperburuk
peradangan. Mengistirahatkan sendi secara rutin
seringkali membantu mengurangi nyeri.
Pembidaian bisa digunakan untuk imobilisasi dan
mengistirahatkan satu atau beberapa sendi, tetapi
untuk mencegah kekakuan, perlu dilakukan beberapa
pergerakan sendi yang sistematis.
penatalaksanaan terapi
Non-Farmakologi :
a. Istirahat yang cukup
b. Mengurangi berat badan jika obesitas
c. Terapi fisik
d. Penggunaan alat pembantu untuk menjaga fu
ngsi sendi
e. Pasien dengan penyakit yang parah me
ndapatkan keuntungan dari prosedur operasi seperti
tenosinovektomi, perbaikan tendon dan penggantian s
endi.
f. Pendidikan pasien tentang penyakit dan pe
mbatasan terapi obat
FARMAKOLOGI
Pemberian obat-obat :
1. Golongan imunosupressan
2. Golongan NSAID
3. Golongan Kortikosteroid
4. Golongan emas
5. Agen biologi
6. Golongan rheumatoid arthritis lainnya
OBAT-OBAT YANG
DIGUNAKAN
Anti Inflamasi Non-Steroid (NSAID)

NSAID adalah obat-obat yang dapat mengurangi


peradangan jaringan, nyeri dan bengkak.
Dalam dosis penuh yang lazim, NSAID memperlihatkan
efek analgesik yang bertahan lama dan membuatnya s
angat berguna pada pengobatan nyeri berlanjut atau
nyeri berulang akibat radang.
NSAID dikontra indikasikan untuk pasien dengan riw
ayat hipersensitivitas terhadap asetosal atau NSAI
D lainnya.
NSAID sebaiknya tidak diberikan kepada pasien
yang mengidap tukak lambung aktif.
NSAID harus digunakan dengan hati-hati pada
pasien usia lanjut, pada gangguan alergi, selama
kehamilan dan menyusui, dan pada gangguan
koagulasi
Pemberian NSAID harus hati-hati pada pasien
gagal ginjal, payah jantung, atau gagal hati.
Efek samping : Pada saluran cerna, mual, diare,
pendarahan, tukak, reaksi hipersensitivitas, sakit
kepala, pusing, vertigo, gangguan pendengaran
( Tinnitus, fotosensitivitas, dan hematuria).
NSAID dapat juga menyebabkan kerusakan hati,
alveolitis, pankreatitis, dan perubahan pada mata.
Contohnya : Ibuprofen. Asam mefenamat,
Naproxen.
Golongan Imunosupresan (Metotreksa
t)
Metotreksat menghambat reduktase asam
dihidrofolat dan bertentangan dengan sintesis,
perbaikan, dan replikasi DNA.
Kadar serum puncak dicapai selama 1- 2 jam.
Bioavailabilitas kira – kira 60 %
Untuk pengobatan rheumatoid arthritis aktif yang
berat dan tidak memberikan respon terhadap
terapi konvensional.
Kontra indikasi : Kerusakan signifikan pada ginjal,
fungsi hati yang abnormal, kehamilan dan
menyusui, sindrom imunodefisiensi.
Metotreksat adalah anti metabolit yang toksik
terhadap darah, paru, saluran cerna dan lainny
a.

Efek samping : Mengurangi kesuburan pria dan w


anita, harus sangat hati-hati pada ulkus pepti
kum, kolitis ulseratif, diare dan stomatitis u
lseratif.

Golongan imunosupresan lain :


Siklosporin
Azatioprin
Sulfasalazin
Kortikosteroid
Memiliki aktivitas glukokortikoid dan mineralkortik
oid sehingga memperlihatkan efek yang beragam sebag
ai anti inflamasi.
Kerja obat ini sangat rumit dan bergantung pada
kondisi hormonal seseorang.
Kortikosteroid bekerja melalui interaksinya den
gan protein reseptor yang spesifik di organ tar
get, untuk mengatur suatu ekspresi genetik yang
selanjutnya akan menghasilkan perubahan dalam s
intesis protein lain.
Kontra Indikasi : Infeksi sistemik, kecuali bila di
berikan antibiotik sistemik.

Pengunaan kortikosteroid jangka lama akan menimbulk


an efek samping akibat khasiat glukokortikoid maupu
n khasiat mineralkortikoid, meliputi : Diabetes dan
osteoporosis.

Pemberian dosis tinggi dapat menyebabkan nekrosis a


vaskular
dan sindrom Cushing yang sifatnya berpulih dan
dapat juga terjadi gangguan mental, euphoria, dan
miopati.

Contoh : Dexametason, Hidrokortison, Kortison dan Tri


amsinolon
Golongan Emas (Aurothioglucose)
Diabsorpsi melalui injeksi intramuskular dengan
konsentrasi serum puncak dicapai dalam 3-6 jam.

Kontra indikasi dengan pasien dengan kerusakan


fungsi renal / hepatitik, colitis yang memiliki
sejarah hepatitis atau dermatits.

Efek samping : GI (nausea, muntah, diarrhea),


dermatologi, renal dan hematologi (anemia,
leukopenia, trombositopenia).
Agen biologi (Etanercept)

Etanercept terikat dan mengaktivasi TNF,


mencegahnya permukaan sel reseptor dan dengan
demikian mengaktivasi sel.
Bioavailabilitas dengan pemberian subkutan sekitar 60
%.
Didistribusikan kedalam cairan dan jaringan
Pengobatan sebaiknya dihentikan temporal apabila
infeksi terjadi selama terapi
Efek samping meliputi reaksi lokal pada bagian injeksi.
Contoh lain : Infliximab, Anakinra, Adalimumab
Penisilamin
Diabsorpsi dengan baik dari saluran gastro
intestinal setelah pemberian oral (40-70%)
Kadar plasma puncak dicapai dalam 1-3 jam.
80% penisilamin terikat protein terutama p
ada albumin
Penisilamin cepat diekskresi dalam urin da
n 50% diekskresikan lewat feses.
Kontra indikasi pada pasien anemia aplasti
k yang berhubungan dengan penisilamin atau
agranulositosis dan insufisiensi renal, ke
hamilan.
• Efek samping meliputi ruam kulit,
stomatitis, anoreksia, nausea, muntah dan
dispepsia.

• Waktu paruh atau T ½ berkisar 1,7 – 3,2 jam

• Metabolit mungkin terdeteksi dalam urin


setelah 3 bulan penghentian pemakaian
obat.
Prognosis Aktivitas Prognosis
buruk? rendah penyakit tinggi buruk?

Methotrexate, Hidroksiklorokuin Kombinasi Methotrexate,


leflunomid, atau minosiklin DMARD leflunomid,
sulfasalazine, atau TNF sulfasalazine,
atau inhibitor atau
kombinasi dengan atau kombinasi
DMARD tanpa MTX DMARD

Algoritma terapi awal artritis reumatoid < 6 bulan


Prognosis rendah Aktivitas tinggi Prognosis
buruk? penyakit buruk?

Respon buruk
Ya Tidak
Methotrexate,
Kombinasi leflunomid, DMARD
DMARD sulfasalazine, nonbiologis
nonbiologis atau kombinasi
atau anti-TNF DMARD

Respon buruk

Anti-TNF, Anti-TNF
rituximab, atau kombinasi
atau abatacept nonbilogik

Algoritma terapi awal artritis reumatoid > 6 bulan


Evaluasi Hasil Terapi

Ciri-ciri klinis perbaikan meliputi reduksi,


pembengkakan sendi, pengurangan rasa sakit
pada sendi yang aktif terkait dan penurunan urat
sampai ke palpasi sendi
Perbaikan gejala meliputi pengurangan sakit sendi
dan kekakuan di pagi hari
Radiograf sendi bisa menjadi penilaian dalam
menaksir progress penyakit
Pengamatan laboratorium memberikan nilai yang
kecil terhadap pengamatan respon terapi namun
sangat penting untuk mendeteksi efek samping
obat.
GAMBAR ILUSTRASI
Thank You

Anda mungkin juga menyukai