Anda di halaman 1dari 36

KEJANG,EPILEPSI,

STATUS EPILEPTIKUS

Oleh:

dr. Ni Nym Ayu Susilawati, M.Biomed, Sp.S


DEFINISI
 Kejang  perubahan aktivitas motorik abnormal yang tanpa atau disertai dengan
perubahan perilaku yang bersifat sementara yang disebabkan akibat perubahan
aktivitas listrik yang abnormal dan berlebih di dalam otak
 Epilepsi  keadaan neurologik yang ditandai oleh bangkitan epilepsi yang
berulang, yang timbul tanpa provokasi
 Bangkitan epilepsi  manifestasi klinik yang disebabkan oleh lepas muatan listrik
yang abnormal, berlebih dan sinkron dari neuron yang terletak pada korteks serebri
 Sindrom epilepsi  penyakit epilepsi yang ditandai oleh sekumpulan gejala yang
timbul bersamaan (termasuk tipe bangkitan, etiologi, anatomi, faktor presipitasi, usia
saat awitan, beratnya penyakit, siklus harian dan prognosis).
DEFINISI OPERASIONAL/KRITERIA
DIAGNOSIS

 Penyakit otak yang ditandai oleh gejala atau kondisi sbb:


 Setidaknya ada 2 kejang tanpa provokasi atau 2 bangkitan refleks yang
berselang lebih dari 24 jam
 Satu bangkitan tanpa provokasi atau 1 bangkitan refleks dengan adanya
kemungkinan berulang dengan resiko rekurensi sama dengan 2 bangkitan tanpa
provokasi (setidaknya 60%), yang dapat timbul hingga 10 th kedepan
 Dapat ditegakkannya diagnosis sindrom epilepsi
 Bangkitan refleks  bangkitan yang muncul akibat induksi oleh faktor
pencetus tertentu spt stimulasi auditorik, visual, somatosensitif, somatomotorik.
K L A S I F I K A S I I L A E 1 9 8 1 T I P E B A N G K I TA N
EPILEPSI

Bangkitan parsial/fokal
 1. Bangkitan parsial sederhana:
 1.1 Dengan gejala motorik
 1.2 Dengan gejala somatosensorik
 1.3 Dengan gejala otonom
 1.4 Dengan gejala psikis
 2. Bangkitan parsial kompleks:
 2.1 Bangkitan parsial sederhana yang diikuti dengan gangguan kesadaran
 2.2 Bangkitan parsial yang disertai gangguan kesadaran sejak awal bangkitan
 3. Bangkitan parsial yang menjadi umum sekunder
 3.1 Parsial sederhana yang menjadi umum
 3.2 Parsial kompleks menjadi umum
 3.3 Parsial sederhana menjadi parsial kompleks lalu menjadi umum
Bangkitan umum
 1. Lena (absence):
 1.1 Tipikal lena
 1.2 Atipikal Lena
 2. Mioklonik
 3. Klonik
 4. Tonik
 5. Tonik –klonik
 6. Atonik/astatik
Bangkitan tak tergolongkan
KLASIFIKASI ILAE 1989(PERDOSSI, 2014)
ETIOLOGI
 Idiopatik  tidak terdapat lesi struktural di otak atau defisit neurologi,
mempunyai predisposisi genetik, berhubungana dengan usia
 Kriptogenik  dianggap simptomatis tetapi penyebabnya belum diketahui ct
sindrom West, Lennox Gastaut, epilepsi moklonik, klinis sesuai ensefalopati
difus
 Simtomatis  bangkitan epilepsi disebabkan kelainan/lesi struktural di otak
ct trauma kepala, infeksi SSP, kel kongenital, tumor serebri, gangguan peredaran
darah otak, toksik (alkohol, obat), metabolik, kelainan neurodegeneratif
DIAGNOSIS

Anamnesis: (auto dan allo-anamnesis dari orang tua dan saksi mata) mengenai hal-hal dibawah ini:

 Gejala dan tanda sebelum, selama dan pasca bangkitan

 Sebelum bangkitan/gejala prodromal  kondisi fisik dan psikis akan terjadinya bangkitan 
perubahan prilaku, perasaan lapar, berkeringat, hipotermia, mengantuk, menjadi sensitif dan lain-lain.

 Selama bangkitan/iktal

Terdapat aura, gejala yang dirasakan awal bangkitan

Bentuk bangkitan, deviasi mata, gerakan kepala, gerakan tubuh, vokalisasi, automatisasi, gerakan pada
salah satu atau kedua lengan dan tungkai, bangkitan tonik/klonik, inkontinensia, lidah tergigit, pucat,
berkeringat dan lain-lain.

 Pasca bangkitan/post iktal  bingung, langsung sadar, nyeri kepala, tidur, gaduh gelisah, Todd’s
paresis.
 Faktor pencetus kelelahan, kurang tidur, hormonal, stres psikologis dan alkohol

 Usia awitan, durasi bangkitan, frekuensi bangkitan, interval terpanjang antar bangkitan,
kesadaran antar bangkitan

 Terapi epilepsi sebelumnya dan respon terhadap OAE sebelumnya.  jenis OAE, dosis OAE,
jadwal minum OAE, kepatuhan minum OAE, kadar OAE dalam plasma, kombinasi terapi OAE

 Penyakit yang diderita sekarang, riwayat penyakit neurologis, psikiatrik dan sistemik

 Riwayat epilepsi dan penyakit lain pada keluarga

 Riwayat saat berada dalam kandungan, kelahiran dan tumbuh kembang

 Riwayat bangkitan neonatal, kejang demam

 Riwayat trauma kepala, stroke, infeksi susunan saraf pusat (SSP), dll
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik umum
 Mencari tanda-tanda gangguan yang berkaitan dengan epilepsi misalnya:
 Trauma kepala
 Tanda-tanda infeksi
 Kelainan kongenital
 Kecanduan alkohol atau NAPZA
 Kelainan pada kulit (neurofakomatosis)
 Tanda-tanda keganasan
Pemeriksaan neurologis

 Mencari tanda-tanda defisit neurologis fokal atau difus yang


dapat berhubungan dengan epilepsi seperti:

- Paresis Todd

- Gangguan kesadaran pascaiktal

- Afasia pasca iktal


PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Pemeriksaan EEG (EEG rutin, EEG deprivasi rutin, EEG monitoring):

 Menunjang diagnosis

 Penentuan jenis bangkitan maupun sindrom epilepsi

 Penentuan prognosis

 Penentuan perlu/tidaknya pemberian obat anti epilepsi (OAE)

 Pemeriksaan penciteraan Rontgen toraks, MRI otak mendeteksi lesi epileptogenik di otak

 Pemeriksaan laboratorium  hematologis (Hb, WBC dan hitung jenis, HCT, PLT, apusan darah tepi,
elektrolit/Na, K, Ca, Mg, GDS/GDP/2jPP, fungsi hati, ginjal dan albumin, profil lipid, faal hemostasis, asam urat,
albumin) dan pemeriksaan kadar OAE

 Pemeriksaan penunjang lainnya: punksi lumbal, EKG, patologi anatomi

 Pemeriksaan neurobehaviour
DIAGNOSIS BANDING
 Sinkope  kesadaran menurun berlangsung singkat, saat berdiri
lama di terik matahari, nyeri akibat trauma, penyakit jantung, tekanan
pada sinus karotikus, overdosis obat hipotensi, sedatif, insulin dan
OAD, gejala: muka pucat, tensi menurun
 Aritmia jantung  kardiak output rendah  iskemia otak
 Hiperventilasi atau serangan panik  pCO2 darah otak menurun 
vasokonstriksi  anoksemia otak
 Gerak involunter
DIAGNOSIS BANDING(PERDOSSI, 2014)
PENATALAKSANAAN
 Medikamentosa: OAE
 Tergantung bentuk bangkitan dan sindrom epilepsi, penggunaan terapi
tunggal .
 OAE diberikan bila:
 Diagnosis epilepsi sudah dipastikan
 Terdapat minimun dua bangkitan dalam setahun
 Penyandang dan/atau keluarganya sudah menerima penjelasan tentang
tujuan pengobatan, efek samping OAE
 Bangkitan terjadi berulang walaupun faktor pencetus sudah dihindari
ANTIKONVULSAN
 Carbamazepin: dosis awal 400-600 mg/hari, dosis rumatan 400-1600 mg/hari(2-3x)
 Fenitoin: awal 200-300 mg/hari, rumatan 200-400 mg/hari (1-2x)
 Asam valproat: awal 500-1000 mg/hari, rumatan 500-2500 mg/hari (2-3x)
 Fenobarbital: awal 50-100 mg/hari, rumatan 50-200 mg/hari (1x)
 Clonazepam: awal 10 mg/hari, rumatan 4mg/hari (1 atau 2x)
 Oxcarbazepine: awal 600-900 mg/hari, rumatan 600-3000 mg/hari (2-3x)
 Levetiracetam: awal 1000-2000 mg/hari, rumatan 1000-3000 mg/hari (2x)
 Topiramat: awal 100 mg/hari, rumatan 100-400 mg/hari (2x)
 Gabapentin: awal 900-1800 mg/hari, rumatan 900-3600 mg/hari (2-3x)
 Lamotrigin: awal 50-100 mg/hari, rumatan 50-200 mg (1-2x)
 Zonisamid: awal 100-200 mg/hari, rumatan 100-400 mg/hari (1-2x)
 Pregabalin: awal 50-75 mg/hari, rumatan 50-600 mg/hari (2-3x).
OAE BERDASARKAN BENTUK KEJANG
(PERDOSSI, 2014)
D O SIS O A E( PERD O SSI , 2014)
EFEK SAMPING OAE
 Penyandang bangkitan tunggal dimulai terapi OAE bila :
 Dijumpai fokus epilepsi yang jelas pada EEG
Pada CT scan atau MRI kepala dijumpai lesi seperti meningioma, neoplasma
otak, AVM, abses otak, ensefalitis herpes
Riwayat epilepsi pada saudara kandung (bukan orang tua)
Riwayat bangkitan simtomatis
Terdapat sindrom epilepsi dengan risiko kekambuhan tinggi seperti JME
(Juvenile Myoclonic Epilepsy)
Riwayat trauma kepala disertai penurunan kesadaran, stroke, infeksi SSP
 Bangkitan pertama berupa status epileptikus.
T E R A P I N O N FA R M A K O L O G I S

 Fisioterapi
 Psikoterapi
 CBT (cognitive behaviour therapy)
 Operatif:
 Hipokampektomi sesuai indikasi
 Amigdalahipokampektomi
 Temproal lobektomi
 Lesionektomi
EDUKASI

 Minum obat teratur

 Menghindari faktor pencetus

 Kontrol ulang secara teratur

 Edukasi epilepsi pada kehamilan


PROGNOSIS

 Ad vitam: dubia ad bonam

 Ad functional: dubia ad bonam


STATUS EPILEPTIKUS
 Bangkitan yang berlangsung lebih dari 30 menit, atau adanya dua bangkitan
atau lebih dan di antara bangkitan tadi tidak terdapat pemulihan kesadaran.
Diagnosis
 Anamnesis  auto dan allo-anamnesis dari orang tua dan saksi mata
mengenai hal-hal dibawah ini:
 Adanya bangkitan yang berlangsung lebih dari 30 menit atau adanya dua
bangkitan atau lebih tanpa pulihnya kesadaran
 Pemeriksaan fisik: sama dengan epilepsi
 Pemeriksaan penunjang: sama dengan epilepsi
D E F I N I S I O P E R A S I O N A L S TAT U S
EPILEPTIKUS/KRITERIA DIAGNOSIS

 Status epileptikus konvulsif  adanya bangkitan dengan durasi


>5 menit atau bangkitan berulang 2x atau lebih tanpa pulihnya
kesadaran di antara bangkitan

 Status epileptikus non konvulsif  bangkitan epileptik berupa


perubahan kesadaran maupun prilaku tanpa disertai manifestasi
motorik yang jelas namun didapatkan aktivitas bangkitan
elektrogenik pada perekaman EEG.
PENATALAKSANAAN:

 SE Dini

 Stadium 1 (0-10 menit)

-Pertahankan patensi jalan napas dan resusitasi

-Berikan oksigen

-Periksa fungsi kardiorespirasi

-Pasang infus
 Stadium 2 (0-30 menit)
Monitor pasien
Pertimbangkan kemungkinan kondisi non epileptik
Terapi antiepilepsi emergensi
Pemeriksaan emergensi (gas darah, glukosa, fungsi hati dan ginjal, kalsium,
magnesium, DL, faal hemostasis, kadar OAE, pemeriksaan toksikologi, foto toraks
bila ada aspirasi, penciteraan otak dan punksi lumbal).
Berikan glukosa (D50% 50 ml) dan/atau thiamine 250 mg iv bila ada kecurigaan
penyalahgunaan alkohol atau defisiensi nutrisi
Terapi asidosis bila terdapat asidosis berat
 SE Menetap
 Stadium 3 (0-60 menit)
 Pastikan etiologi
 Siapkan untuk rujuk ke ICU
 Identifikasi dan terapi komplikasi medis yang terjadi
 Vasopressor bila diperlukan
 SE Refrakter
 Stadium 4 (30-90 menit)
 Pindah ke ICU
 Perawatan intensif dan monitor EEG
 Monitor tekanan intrakranial bila dibutuhkan
 Berikan antiepilepsi rumatan jangka panjang
DIAGNOSIS BANDING

 Sinkop

 Bangkitan non epileptik psikogenik

 Aritmia jantung

 Sindrom hiperventilasi/serangan panik


PENATALAKSANAAN
 Medikamentosa  OAE untuk status epileptikus konvulsif:
 SE Dini Lorazepam (intravena) 0,1 mg/kgBB, diulang satu kali setelah 10-20 menit
 SE Menetap  Phenytoin iv dosis 15-18 mg/kgBB kecepatan 50 mg/menit dan atau bolus Phenobarbital
10-15 mg/kgBB iv kecepatan 100 mg/menit
 SE Refrakter:
 Propofol 1-2 mg/kg bolus, dilanjutkan 2-10 mg/kg/jam titrasi naik sampai SE terkontrol
 Midazolam 0,1-0,2 mg/kg bolus, dilanjutkan 0,05-0,5 mg/kg/jam titrasi naik
 Thiopental sodium 3-5 mg/kg bolus, dilanjutkan 3-5 mg/kg/jam titrasi naik.
 Tindakan:
1. Operasi untuk epilepsi fokal intraktabel terhadap obat-obatan, sindrom epilepsi fokal dan simptomatik
2. Stimulasi nervus vagus
EDUKASI
 Penjelasan sebelum MRS (rencana rawat, biaya, pengobatan, prosedur, masa
dan tindakan, pemulihan dan latihan, risiko dan komplikasi)
 Penjelasan mengenai status epileptikus, risiko dan komplikasi selama
perawatan
 Penjelasan mengenai faktor risiko dan pencegahan rekurensi
 Penjelasan program pemulangan pasien
 Penjelasan mengenai gejala status epileptikus, dan apa yang harus dilakukan
sebelum dibawa ke RS
PROGNOSIS

 Ad vitam: dubia ad bonam

 Ad functionam: dubia ad bonam


DAFTAR PUSTAKA

 Perdossi. 2014. Pedoman Tatalaksana Epilepsi edisi


kelima.Surabaya: Airlangga University Press

 Ngoerah, IGNG. 2017. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Saraf.


Denpasar: Udayana University Press.hal 240-268.

 Kurniawan, M., Suharjanti, I., Pinzon, RT. 2016. Acuan Panduan


Praktis Klinis Neurologis.hal 136-149.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai