Anda di halaman 1dari 11

Manajemen Pakan

Kelompok 1
200110160011 Yunisa Widia Pengastu
200110160033 Inggit Fitria Adi Tantika
200110160040 Rifa Maghfira Risyana
200110160049 Sagufta Sahar
200110160074 Sriana
200110160091 Titin patimah
200110160093 SitiFauziah
200110160103 Weni sundari
200110160129 Sintia Wulansari
Penyediaan Hijauan dan Konsentrat
Penyediaan hijauan dapat berupa:
 Penanaman sendiri di ladang penggembalaan
 Pemanfaatan Limbah Pertanian Tanaman Pangan
 Pemanfaatan hijauan pakan dalam bentuk segar
 Pengawetan hijauan pakan ternak untuk mengantisipasi kebutuhan pakan pada musim kekurangan
pakan
 Penyimpanan hijauan pakan ternak dalam bentuk silase

Untuk menetapkan persentase kandungan protein konsentrat yang akan diberikan, perlu diketahui lebih
dahulu jenis dan kualitas hijauan. Henderson, (1963) menyarankan sebagai berikut :
 Apabila hijauan yang diberikan berupa "hay" atau silase leguminosa yang berkualitas tinggi, maka
Persentase Protein Dapat Dicerna PRDD konsentrat berkisar antara 9-10%.
 Sedangkan apabila hijauan yang diberikan berupa leguminosa yang berkualitas sedang, persentase
PRDD konsentrat itu adalah sekitar 13%.
 Apabila hijauan yang diberikan setengahnya berupa leguminosa dan setengahnya lagi terdiri dari
silase batang jagung dan daunnya, maka persentase PRDD konsentrat adalah sekitar 15%
 Dan apabila hijauan yang diberikan berkualitas rendah, persentase PRDD konsentrat itu berkisar antara
17-20%
Completed Feed pada Pakan Sapi
Perah

Kebutuhan Nutrisis Sapi Laktasi


Kebutuhan Energi
Kebutuhan Protein
Kebutuhan Mineral, Vitamin, Feed aditif

Komposisi Ransum Komplit


 Ransum komplit adalah formulasi pakan yang mencampur bahan pakan yang
terdiri dari hijauan (limbah pertanian) dan kosentrat yang dicampur menjadi
satu atau hanya sedikit tambahan rumput segar, selain itu ransum komplit juga
telah lengkap untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak, baik untuk
pertumbuhan, perawatan jaringan maupun produksi (Pamuji, 2012).
Pembuatan Ransum Komplit

Bahan-bahan
 Jerami : 52kg
 Ampas singkong : 8kg
 Dedak : 38kg
 Mineral (feed supplement): 0,5kg
 Garam : 2kg
 Urea : 1,25kg
 Probiotik (EM4) : 0,5kg
 Molasses : 2,8kg
Cara Pembuatan
 Jerami padi dicacah (semakin kecil semakin baik), kemudian dihamperkan diatas terpal dan diatasnya
ditaburi dedak, ampas singkong, dan mineral.
 Buat larutan garam, urea molasses, dan probiotik dengan air secukupnya.
 Semprotkan atau percikkan larutan tersebut ke atas hamparan jerami, dedak, ampas singkong dan
mineral selanjutnya diaduk-aduk hingga merata dan bila perlu tambahkan air hingga kadar air
campuran mencapai 60%.
 Masukan adonan tersebut kedalam drum plastic, dipadatkan dan tutup rapat (tidak ada udara luar
yang masuk)
 Ransum komplit hasil fermentasi ini dapat digunakan setelah 3 hari proses fermentasi berlangsung.
Manajemen Pemberian Pakan pada Sapi Perah
Bahan Pakan Sapi Perah
Konsentrat
Konsentrat dapat diberikan sapi perah laktasi sebanyak 50% dari tampilan
produksi susunya (Sudono et al., 2003).
Hijauan
Pakan hijauan yang diberikan untuk sapi perah laktasi pada umumnya
diberikan sebanyak 10% dari bobot badan (BB) (Laryska dan Nurhajati, 2013).
Feed supplement
Feed supplement diberikan pada sapi perah laktasi umumnya sebanyak 1 - 2%
dari BB (Laryska dan Nurhajati, 2013).
 Feed additive
Feed additive sering ditambahkan ke dalam pakan yang berfungsi sebagai
pemacu pertumbuhan. Feed additive contohnya yaitu vitamin mix, mineral mix,
premix, dan antibiotik. Selain itu, penggunaan feed additive dibatasi sampai 0,5 -
1% dalam ransum (Setyono et al., 2013).
Pengelolaan Pakan untuk Sapi Perah

 Morrison (1959) menyatakan bahwa pemberian pakan dari satu kali


menjadi dua kali sehari pada sapi-sapi perah yang sedang berproduksi
susu akan berakibat pada konsumsi bahan kering hijauan meningkat 10%.
 Produksi susu meningkat sampai dengan 6% , Memberikan keuntungan
yang lebih besar di atas biaya pakan dan tenaga kerja lainnya
 Pemberian pakan dari satu kali menjadi 4 kali sehari akan dapat
meningkatkan kecernaan bahan kering dari 63,9% menjadi 67,1 % dan
penyediaan protein dalam rumen meningkat dari 2,2 g menjadi 3,19 g/
hari.
Manajemen Pemberian Pakan Pada
Pedet Sapih
 Pedet yang baru lahir dikandangkan bersama induk selama 40-72 jam
 Pedet kemudian ditempatkan dalam kandang khusus pedet serta dijaga
supaya pedet dan alas kandangnya tetap kering.
 Pemberian susu pasca kolostrum dapat dimulai sejak pedet berumur 3-
4hari. Pemberiannya perlu dibatasi berkisar 8- 10 % bobot badan pedet.
 Pemberian susu diberikan secara bertahap dalam 1 hari 2-3
kali pemberian.
 Jumlah air susu yang diberikan akan terus meningkat sampai menginjak
usia 2 bulan (8 minggu) disesuaikan bobot badan sapi dan akan terus
menurun sampai ke fase penyapihan di usia 3 bulan (12 minggu).
 Over feeding akan memperlambat penyapihan dan akan mengurangi
konsumsi bahan kering dan akan mengakibatkan diare.
Manajemen Pemberian Pakan Pada Pedet lepas Sapih

 Konsumsi susu pada pedet lepas sapih mulai dikurangi sedikit demi sedikit
secara bertahap,
 pengurangan pemberian susu diiringi dengan pemberian secara calf starter
(konsentrat untuk awal pertumbuhan yang padat akan gizi, rendah serat kasar
dan bertekstur lembut)
 dan tahap selanjutnya akan mencoba belajar mengkonsumsi hijauan berupa
rumput segar
 Pemberian calf starter dapat dimulai sejak pedet 2-3 minggu
 Penyapihan dilakukan
apabila pedet telah mampu mengkonsumsi konsetrat calf starter 0.5-0.7
kg/ekor/hari atau pada bobot pedet 60 kg atau sekitar umur 1-2 bulan.
 Tolak ukur kualitas calf starter yang baik adalah dapat
memberikan pertambahan bobot badan 0.5 kg/hari dalam kurun waktu 8 ming
gu.
 Kualitas calf starter yang dipersyaratkan : Protein Kasar 18%-20%, TDN 75% -
80%, Ca dan P (2:1), kondisi segar, palatable, craked.
Manajemen Pemberian Pakan Pada Sapi Dara

Fase 1, laktasi awal (early lactation), 0 - 70 hari setelah beranak.


 Selama periode ini, produksi susu meningkat dengan cepat, puncak produksi susu
dicapai pada 4-6 minggu setelah beranak.
 Setelah beranak, konsentrat perlu ditingkatkan 1-1,5 lb per hari.
 Tingkat serat kasar ransum tidak kurang dari 18% ADF, 28% NDF, dan hijauan harus
menyediakan minimal 21% NDF dari total ransum.
 Ransum dengan protein 19% atau lebih diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
selama fase ini
Fase 2, konsumsi BK puncak, 10 minggu kedua setelah beranak
 Selama periode ini sapi harus diberi makan hijauan berkualitas tinggi (minimal 40
sampai 45% dari bahan kering ransum)
 tingkat serat yang efektif harus dipertahankan pada tingkat yang sama dengan awal
laktasi
 Pemberian konsentrat tidak boleh melebihi 2,3% dari bobot badan
 kebutuhan protein pada masa pertengahan laktasi lebih rendah dari pada awal laktasi
Fase 3, pertengahan - laktasi akhir, 140 - 305 hari setelah beranak
 Selama periode ini produksi susu menurun, sapi dalam keadaan bunting, dan konsumsi
zat makanan dengan mudah dapat dipenuhi atau melebihi kebutuhan
Manajemen pemberian pakan pada sapi perah
kering

 Konsumsi BK yang diberikan pada kondisi ini tidak boleh melebihi 2% berat
badan, konsumsi hijauan minimal 1% BB (konsentrat) per hari biasanya
cukup untuk pemberian pakan sapi kering
 Kebutuhan protein yang dkonsumsi spai perah sebesar 12%
 Kebutuhan Ca tidak lebih dari 0,6% dan P 0,4% karena dikhawatirkan akan
menyebabkan milk fever.
 Sedikit konsentrat perlu diberikan dalam ransum sapi kering kandang mulai
2 minggu sebelum beranak, bertujuan :
1. Mengubah bakteri rumen dari populasi pencerna hijauan seluruhnya
menjadi populasi campuran pencerna hijauan dan konsentrat.
2. Meminimalkan stress terhadap perubahan ransum setelah beranak.

Anda mungkin juga menyukai