Anda di halaman 1dari 18

BAB 2

MEKANISME
REAKSI
Pokok Pembahasan
Reaksi sederhana dan
Reaksi Rumit

2
Mekanisme Reaksi

Formulasi Laju Reaksi berdasarkan


Mekanisme Reaksi
Pendahuluan
Persamaan reaksi total adalah menyatakan perubahan kimia total
yang terjadi jika reaksi telah selesai. Ini tidak berarti bahwa semua
pereaksi telah mengalami perubahan menghasilkan produk. Tetapi
perubahan kimia total biasanya merupakan jumlah dari serangkaian
reaksi-reaksi sederhana. Reaksi yang sederhana ini disebut proses
elementer. Rangkaian proses elementer yang akhirnya akan
menghasilakn produk inilah yang disebut dengan mekanisme reaksi.
Reksi Sederhana dan Reaksi Rumit
1) Reaksi sederhana
= persamaan stoikiometrinya menggambarkan apa yang sebenarnya
berlangsung
Contoh:
Persamaan Reaksi H2 + Br  HBr + H

1 mol H2 bertumbukan dengan 1 atom Br, sehingga terjadi pertukaran


”partner” dengan pembentukan HBr dan H

Laju Reaksi k = r [H2][Br]

4
Reksi Sederhana dan Reaksi Rumit
2) Reaksi rumit (kompleks)

Reaksi yang tersusun dari beberapa reaksi sederhana.


Oleh karena itu, pada umumnya persamaan laju reaksi rumit
tidak dapat diturunkan dari persamaan stoikiometrinya. Tetapi
sebaliknya tak selalu berlaku.
Artinya:
Jika persamaan laju ‘mengikuti’ persamaan stoikiometrinya 
reaksi tersebut belum tentu merupakan reaksi sederhana.

5

3 macam konfigurasi untuk
menyusun reaksi-reaksi sederhana
menjadi suatu reaksi rumit:
1. Susunan reaksi paralel
2. Susunan reaki berurutan/seri
3. Susunan reaksi berlawanan

6
Disebut berurutan yaitu jika salah satu produk dari
reaksi pertama (reaksi-1), berkelanjutan ke reaksi
berikutnya (reaksi-2). 1. Susunan Seri
Contoh:
Zat antara
(Berurut)
k1
C2 H6 + NO  C2 H5 + HNO ........... reaksi-1
k2
C2 H5  H + C2 H4 ........... reaksi-2 7

Laju Pembentukan C2 H5 :

𝑑[𝐶2 𝐻5 ]
= 𝑘𝑡 𝐶2 𝐻6 𝑁𝑂 − 𝑘2 [𝐶2 𝐻5 ]
𝑑𝑡

C2 H5 ini tak dapat diamati keberadaannya,  maka


konsentrasi zat antara ini tidak akan terdapat dalam
persamaan laju reaksi kompleks bersangkutan.
2. Susunan Paralel
Jika salah satu reaktan secara bersamaan
mengalami dua atau lebih reaksi berbeda
dengan produk yang berbeda pula.

Contoh:
k1 8
A + B  P1 + ...
k2
A + C  P2 + ...

Persamaan lajunya menjadi:


𝑑𝐴
▹ −
𝑑𝑡
= 𝑘1 𝐴 𝐵 + 𝑘2 𝐴 𝐵
= {k1[B] + k2[C]}.[A]
3. Susunan Berlawanan
Jika produk-produk reaksinya dapat bereaksi kembali menghasilkan reaktan mula-mula
Contoh:
k1
Br + H2  HBr + H
k2 Apa itu reaksi kesetimbangan?
HBr + H  Br + H2
Reaksi kesetimbangan adalah reaksi
Tetapi, bukan reaksi kesetimbangan. dimana zat-zat hasil reaksi ( produk ) dapat
Misalnya, bereaksi kembali membentuk zat-zat
k1 semula ( reaktan ). Jadi reaksi berlangsung
dua arah ( reversibel ) :
Br + H2  HBr + H

k2

Mengapa?
karena lajunya “tak harus sama” pada arah berlawanan itu !
Jadi: r1 tak sama dengan r2
9
2. MEKANISME REAKSI
 Kebanyakan reaksi tidak berlangsung satu tahap (single elementer),
melainkan beberapa tahap (multi elementer) yang berderet. Tiap tahap
itu disebut elementer.
 Deretan elementer ini dinamakan mekanisme reaksi.

Unimolekular Bimolekular Termolekular


Reaksi elementer unimolekular, dari satu macam reaktan sekurang-kurangnya dapat
terjadi melalui tahap “bimolekular”.

Contoh: Peristiwa pada reaksi reaksi penguraian N2O5 (gas)


Pertama, N2O5 (gas) + M  N2O5*
. (molekul N2O5 yang tereksitasi)

N2O5 bertabrakan dengan M, mengalami eksitasi menjadi  N2O5*

M ini boleh jadi N2O5 yang kedua atau spesies lain

Kemudian, N2O5* (terurai)  NO2 + NO3

Sehingga, Persamaan lajunya: r = k[N2O5*]

11
 Adapun elementer yang menyangkut antara
dua molekul  disebut: bimolekuler.

Misalnya: NO + O3  NO2 + O2

TtTabrakan
antar dua
buah molekul

▹ Bagaimana dengan termolekuler? Yaitu: 12

tiga molekul bertabrakan serentak


(meskipun ini sangat jarang terjadinya)
Misalnya:
I + I + Ar  I2 + Ar
maka persamaan laju:
r = k[I] 2[Ar]
Formula laju
(berdasarkan : mekanisme)
▹ Mekanisme : hanya sebuah dugaan
(hipotesis) yang menjelaskan fakta tentang
apa yang teramati selama percobaan
▹ Riset kinetika :
 Untuk menentukan persamaan laju
reaksi 13

 Untuk menjelaskan kemungkinan


mekanisme ( reaksi seperti apa
yang terjadi)

*Sehingga, seorang peneliti, sebelum


melakukan studi telah harus memiliki
gambaran umum mengenai mekanisme itu !*
Gambaran mekanisme,  (diturunkan, menjadi: persamaan LAJU prediktif)

yang kemudian dicocokkan


dengan persamaan laju
hasil percobaan.

Kadang-kadang, satu reaksi ditemukan (mekanisme-nya) memiliki lebih dari satu.

Dalam menurunkan menjadi persamaan laju dari hasil mekanisme yang terjadi itu
 seringkali melalui penyederhanaan dengan satu atau lebih pendekatan.

14
Pendekatan-pendekatan, bisa:
1. Menganggap bahwa reaksi yang dipelajari “irreversibel”. Anggapan ini dapat
direalisasikan bila pengamatan dilakukan pada awal reaksi (t=0)

1. Menganggap bahwa satu reaksi elementer berlangsung ‘lebih lambat’ dari reaksi
elementer lain-nya. Dalam hal ini ‘reaksi secara keseluruhan’ sesungguhnya
dikendalikan oleh tahap yang paling lambat ini,  yang dipahami berarti: laju reaksi
total = laju pengendali tersebut. Tahap lambat ini merupakan tahap pengendali atau
dikenal sebagai ‘rate controlling step’.

2. Menganggap bahwa, “konsentrasi produk senyawa antara” tidak berubah terhadap


waktu atau per satuan waktu. Cara ini  sangat baik ! Digunakan pada reaksi-reaksi
yang melibatkan senyawa antara yang reaktif.
Pendekatan nomor-3 ini dikenal dengan : pendekatan yang menganggap keadaan
tunak atau ‘’ pendekatan steady-state approximation”.

4. Pendekatan “kesetimbangan”, terutama untuk reaksi-reaksi yang berlangsung


setimbang (dalam kesetimbangan).
15
Contoh-1:

Misalnya kita tinjau reaksi sederhana berikut: 2N2O5  O2 + 4NO2

Mekanisme reaksi yang diusulkan adalah:


k1
N 2O5 NO2 + NO3 (2x) ......................... (tahap-1)
k-1

k2
NO2 + NO3 NO + O2+ NO2 (lambat) .................... (tahap-2) 16

k3
NO + NO3 2NO2 ............................ (tahap-3)

Solusi melalui/ dengan pendekatan nomor-3


Solusi melalui/ dengan pendekatan nomor-3

Hubungan antar ke-3 laju reaksi tadi dapat dinyatakan dengan persamaan:
2N2O5 O2 + 4NO2

𝑑[𝑂2 ] 1 𝑑[𝑁𝑂2 ] 1 𝑑[𝑁2 𝑂5 ]


= =−
𝑑𝑡 4 𝑑𝑡 2 𝑑𝑡

Dari 3-senyawa ini (N2O5, O2 , NO2), lebih mudah jika persamaan laju reaksi dinyatakan sebagai pembentukan
O2, (lihat reaksi nomor-2 lambat):

𝑑[𝑂2 ]
= 𝑘2 𝑁𝑂3 [𝑁𝑂2 ]
𝑑𝑡

• Senyawa berikut (N2O5, O2 , NO2) konsentrasinya dapat diukur !


• “Senyawa antara” seperti NO3, NO, konsentrasinya tak-dapat diukur (seringkali begitu!)
• Persamaan reaksi harus dinyatakan sebagai fungsi dari konsentrasi senyawa yang dapat diukur !

Dengan pendekatan nomor-3,  laju pembentukan “senyawa antara” = 0, maka:

17
18

Anda mungkin juga menyukai