KEFARMASIAN KELOMPOK 4 : 1. DAMAS FERDYAN S 152210101106 2. NUR HUDA 152210101112 3. MERANTI BEKTI PERTIWI 152210101117 4. FIRDATUS SHOLEHAH 152210101144 5. SHAFIRA PUTRI PERTIWI 152210101150 POKOK BAHASAN
1. Bagaimana pendapat anda tentang Apotek Rakyat ditinjau dari
peraturan dan etika kefarmasian ? 2. Bagaimana pendapat anda tentang Go-Med ditinjau dari peraturan dan etika kefarmasian ? 3. Bagaimana pendapat Anda tentang slogan “No Pharmacist No Service” serta implementasinya di lapangan ? 1. APOTEK RAKYAT DITINJAU DARI PERATURAN DAN ETIKA KEFARMASIAN
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 284 Tahun 2007 :
Apotek Rakyat merupakan sarana kesehatan tempat dilaksanakannya pelayanan kefarmasian dimana dilakukan penyerahan obat dan perbekalan kesehatan dan tidak melakukan peracikan. Apotek rakyat yang beredar saat ini banyak yang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku, banyak apotek rakyat di berbagai daerah yang melanggar aturan, contohnya seperti : 1. menjual obat-obat ilegal serta menjual obat keras tanpa resep dari dokter 2. pelayanannya tidak sesuai dengan etika kefarmasian yang berlaku. 3. penjualan obat di apotek yang tidak sesuai dengan apa yang sudah ditetapkan. Di dalam pasal 5 sudah dijelaskan bahwa apotek rakyat dalam pelayannanya harus mengutamakan obat generik, serta dilarang meracik obat dan menyerahkan dalam jumlah yang besar Dalam pasal 6 juga dijelaskan bahwa : Setiap apotek rakyat harus memiliki 1 apoteker sebagai penanggung jawab apotek dibantu oleh asisten apoteker.
Tetapi pada kenyataannya :
1. banyak apotek rakyat yang memiliki apoteker penanggung jawab tapi wujudnya tidak nyata secara langsung (artinya apoteker tidak pernah ada di apotek dan melayani secara langsung pasiennya) 2. Beberapa pelayan apotek yang hanya lulusan SMA biasa bukan tenaga teknis kefarmasian. Hal ini membuat pelayanan kefarmasian secara langsung pada pasien tidak dapat maksimal. Karena pada dasarnya keahlian yang dimiliki oleh lulusan SMA sangat berbeda dengan keahlian yang dimiliki oleh seorang tenaga teknis kefarmasian. Apotek Rakyat dibuat dengan tujuan sbb menurut PerMenKes RI No 284 Th 2007 : Memberikan pedoman bagi toko obat yang ingin meningkatkan pelayanan dan status usahanya menjadi Apotek Rakyat. Pedoman bagi perorangan atau usaha kecil yang ingin mendirikan Apotek Rakyat. Melindungi masyarakat untuk dapat memperoleh pelayanan kefarmasian yang baik dan benar. Sudah seharusnya pendiri apotek rakyat mendirikan dan menjalankan apotek sesuai dengan tujuan dan semata-mata hanya untuk melindungi dan memenuhi kebutuhan masyarakat akan obat yang diperlukan bagi kesehatannya. 2. GO-MED DITINJAU DARI PERATURAN DAN ETIKA KEFARMASIAN Ditinjau dari peraturan dan etika kefarmasian : Tidak setuju dengan adanya Go-Med, memang Go- Med memberikan kemudahan bagi kita dalam membeli dan menebus resep obat dari dokter. Namun, berdasarkan beberapa aturan kode etik yang ada, seperti : ☼Keputusan Kongres Nasional XVIII/2009 Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia pasal 7 ☼PERMENKES Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2014 pasal 1 ayat 3 ☼Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2009 pasal 1 ayat 4 Semua aturan tersebut membahas tentang pelayanan kefarmasian. dimana pelayanan kefarmasian dilakukan secara langsung dan bertanggung jawab kepada pasien dan juga harus disertai dengan pelayanan informasi obat yang dilakukan oleh seorang apoteker. ALASAN : 1. adanya Go-Med akan mengurangi peran apoteker dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan aturan yang ada. dimana sulit terjadinya suatu pelayanan informasi obat secara langsung dan bertanggung jawab kepada pasien.
2. Go-Med juga rawan akan penyalahgunaan
obat SARAN :
Mungkin perlu pengkajian ulang terhadap
fitur ini, dimana dari aturan yang ada di tekankan pelayanan kefarmasian harus langsung dan bertanggung jawab kepada pasien oleh apoteker. Saran dari kami untuk semua Apoteker adalah : 1. Boleh mencari keuntungan tapi jangan terlalu berlebihan, laksanakan pelayanan sesuai dengan aturan yang ada. 2. Jangan hanya memberikan obat melalui kurir obat/ Go-Jek lalu lepas tangan dengan keadaan pasien. setelah obat sampai di tangan pasien lakukan pemantauan dengan cara menghubungi No telepon pasien untuk memberikan Informasi mengenai Obat tersebut dengan lengkap dan jelas. 3. “NO PHARMACIST NO SERVICE” menurut UU No 23/992 tentang kesehatan, pekerjaan kefarmasian meliputi: pembuatan termasuk pengendalian mutu farmasi, pengamanan pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.
pelayanan obat atas resep
dokter dan pelayanan informasi obat merupakan pekerjaan kefarmasian. Oleh karena itu, slogan
“No Pharmacist No Service”
memang harus segera diterapkan. Namun, fakta di lapangan dalam hal ini, pelayanan kefarmasian di apotik maupun rumah sakit ( Farmasi klinik dan komunitas) seringkali masih belum berfungsi secara maksimal dan masih sering dipertanyakan oleh pasien bahkan oleh tenaga kesehatan sendiri. FAKTOR-FAKTOR :
1. kesadaran dari diri apoteker
Sebagian besar apoteker merasa nyaman dengan posisi yang dimiliki saat ini, apoteker lebih memilih bersembunyi nyaman dibalik meja daripada menghabiskan waktu untuk duduk manis memberikan pelayanan kesehatan dan konsultasi kepada pasien, ini merupakan salah satu alasan mengapa peran apoteker tidak dikenali
2. Kurangnya ketegasan dari pemerintah mengenai peran dari
apoteker. 3. belum adanya ketegasan dari rumah sakit Peran dan fungsi apoteker dalam rumah sakit belum maksimal, contohnya apoteker yang bekerja satu kali dalam satu minggu mendapatkan gaji yang sama dengan apoteker yang bekerja setiap hari. Jumlah apoteker dirumah sakitpun banyak yang dalam hitungan jari, pemaksimalan konseling dan visite pasien dari apoteker kepada pasien pada beberapa rumah sakit masih belum berjalan. Bahkan beberapa rumah sakit berpikir bahwa SOLUSI :
Untuk itu perlu diadakan sebuah perubahan
yang posistif dalam menanggapi hal ini, mulai dari peningkatan kualitas lulusan sarjana apoteker serta pelayanan yang diberikan oleh apoteker yang telah bekerja. Tidak sedikit apoteker Indonesia yang memiliki kemampuan serta prestasi yang bagus, hanya saja dalam penerapan dan kontribusi yang diberikan oleh apoteker dalam dunia kerja masih belum maksimal. Bisa jadi apoteker Indonesia akan menghadapi AFTA dimana apoteker akan diimpor dari luar negeri dan apoteker Indonesia akan bersaing dalam mempertahankan dan medapatkan pekerjaan. INI PENDAPAT KAMI...
Dokumen Serupa dengan 29394_uu Dan Etika Kefarmasian Pendapat