Anda di halaman 1dari 36

ANTI DIABETES MELITUS

Kelompok 2 : Nur Cahyani


Lya Marlianti B.
Reka Lapali
Wanti Alya Ningrum
Estin Nur Misrani
Kasus 1
› Pasien seorang wanita bernama Hannah berusia 54 tahun
memiliki riwayat diabetes mellitus tipe 2 selama 5 tahun. Dia
bercerai, memiliki 2 orang anak, dan bekerja sebagai
headhunter . Beratnya 82 kg dan memiliki BMI sebesar 32,2
kg/m2 termasuk kategori obesitas. Meskipun Hannah
menunjukkan keinginan dan kesiapan untuk menurunkan berat
badan serta telah mengikuti konseling mengenai gizi, dia tidak
dapat mengubah kebiasaan hidupnya. Penyakit yang diderita
meliputi hipertensi, dislipidemia, dan osteoarthritis. Tingkat
glukosa darah puasa yaitu 174 mg/dL, kadar glukosa postprandial
240 mg/dL, dan kadar A1C 8,6%
› Objektif :
› - Ny.Hannah 54 tahun
› -Memiliki riwayat diabetes mellitus tipe 2 selama 5 tahun, hipertensi,
dislipidemia, dan osteoarthritis.
› -Bekerja sebagai headhunter .
› Beratnya 82 kg dan memiliki BMI sebesar 32,2 kg/m2 termasuk kategori
obesitas
› Tingkat glukosa darah puasa yaitu 174 mg/dL, kadar glukosa postprandial
240 mg/dL, dan kadar A1C 8,6%
Pengobatan yang diberikan
› Metformin
› Glyburide
› Lyraglutide
› Lisinopril
› Atorvastatin
1. Metformin
Pada kasus ini pasien diresepkan metformin dengan dosis 1000 mg sekali
sehari selama 4 tahun.
Dosis yang disarankan dimulai dari 500 mg per hari sampai dengan
kemampuan fungsional ginjal pasien, dosis maksimum yang diperbolehkan
dalam terapi menggunakan metformin yaitu 2550 mg/hari.
Metformin biasanya digunakan pada pasien yang memiliki kelebihan berat
badan atau obesitas.
Mekanisme kerjanya yaitu menekan produksi glukosa hepatik,
meningkatkan sensitivitas insulin, meningkatkan penyerapan glukosa oleh
fosforilasi faktor GLUT-enhancer, meningkatkan oksidasi asam lemak dan
mengurangi penyerapan glukosa dari saluran pencernaan (Dipiro, 2015)
› Efek samping : mual , muntah , diare , nyeri perut .
› Kontraindikasi : gangguan fungsi ginjal , wanita hamil dan menyusui.
Farmakodinamik
› Kerja metformin berbeda dengan obat oral anti diabetik lainnya,
yaitu:
– Menurunkan produksi glukosa hepatik
– Menurunkan absorpsi glukosa pada intestinal
– Memperbaiki sensitivitas insulin, dengan cara meningkatkan pengambilan
dan penggunaan glukosa perifer
› Penggunaan metformin tidak menjadikan pasien diabetik tipe 2,
atau orang normal mengalami hipoglikemia
– Kecuali, dalam hal tertentu, yaitu metformin dikombinasikan pemberiannya
bersamaan dengan insulin, atau obat lain yang memiliki efek hipoglikemia
› Metformin juga tidak menyebabkan hiperinsulinemia
– Dengan terapi metformin, sekresi insulin tidak berubah
– Hal ini berkenaan dengan menurunnya kadar insulin puasa, dan respon
insulin plasma harian
› Kecil kemungkinan bahwa metformin meningkatkan berat badan
– Sebaliknya, berat badan dapat menurun pada terapi dengan metformin ini
› Hal yang kontras untuk pengobatan diabetes tipe 2, di mana tidak
demikian halnya dengan menggunakan obat antidiabetik yang lain,
termasuk golongan sulfonilurea
Farmakokinetik
Absorpsi
› Bioavailabilitas absolut dari metformin hidroklorida tablet 500 mg, diberikan pada
kondisi pasien berpuasa, adalah sekitar 50% ‒ 60%
› Makanan menurunkan kecepatan absorpsi metformin
Distribusi
› Ikatan metformin dengan protein plasma adalah minimal, dan dapat diabaikan
› Volume distribusi: 650 L, pada obat kerja reguler
› Metformin dapat terdistribusi masuk ke dalam eritrosit
› Waktu puncak konsentrasi plasma:
– Tablet metformin reguler: sekitar 2 ‒ 3 jam
– Tablet metformin kerja panjang: sekitar 4 ‒8 jam
› Konsentrasi plasma secara stabil dapat dicapai dalam waktu 24‒48 jam,
umumnya <1 µg/mL
› Pada uji klinis, pemberian metformin hidroklorida tablet, bahkan pada dosis
maksimum sekalipun, kadar plasma maksimum tidak melebihi 5 mcg/mL
› Pada dosis reguler, efek maksimum metformin dapat terjadi dalam dua minggu
Metabolisme
› Metformin tidak dimetabolisir
Eliminasi
› Renal clearance berkisar 3,5 kali lebih besar daripada creatinine
clearance
› Pada penggunaan tablet metformin kerja reguler, renal clearance
sekitar 450‒540 mL/menit
› Ekskresi metformin 90% terjadi di urin, dalam bentuk tidak berubah
› Sekitar 90% dari dosis obat yang diabsorpsi, diekskresikan ke urin
dalam waktu 24 jam pertama, setelah konsumsi metformin per oral
› Metformin dapat didialisis, yaitu hemodialisis
2. Glyburide
› Pada kasus ini pasien diresepkan glyburide dengan dosis 5 mg sekali sehari
selama 3 tahun. Dosis yang dianjurkan yaitu 5 mg/hari dengan dosis
maksimal 20 mg/hari.
› Glyburide masuk ke dalam golongan sulfonilurea, sulfonilurea umunya
dapat ditoleransi dengan baik tetapi sulfonilurea merangsang sekresi insulin
endogen yang menyebabkan adanya resiko hipoglikemia. Penggunaan
sulfonilurea long-acting harus dihindari pada pasien diabetes melitus tipe 2
usia lanjut, sebaiknya diberikan sulfonilurea dengan short-acting (Dipiro,
2015).
› Efek samping : Hipoglikemia, demam , mual, muntah, diare, gangguan
fungsi hati, penurunan jumlah sel darah, dan bertambahnya selera makan
dan berat badan
› Kontra Indikasi : adanya hipersensitifitas; alergi sulfa, diabetes tipe 1,
diabetic ketoacidosis, dan pemberian dengan bosentan
› Farmakodinamik
› Cara kerja
› Glibenklamid bekerja menurunkan kadar gula darah dengan cara
meningkatkan pelepasan insulin dari pankreas. Mekanisme ini bergantung
pada sel beta pankreas. Sulfonilurea menempel pada reseptor yang
spesifik di sel beta pankreas dan menyekat pemasukan kalium melalui
kanal ATP-dependent. Aksi ini kemudian mempengaruhi peningkatan
kalsium ke sel beta pankreas yang menyebabkan kontraksi filamen
aktomiosin yang bertugas untuk memicu eksositosis dari insulin. Sekresi
insulin ini tidak bergantung pada kadar gula, sehingga dapat
menyebabkan hipoglikemia.
› Karena kerja sulfonilurea yang berkaitan dengan sel beta pankreas,
penggunaan sulfonilurea dalam jangka panjang berisiko membuat
terjadinya penurunan regulasi reseptor sulfonilurea pada permukaan sel
beta pankreas. Fenomena ini dapat hilang dengan penghentian
pengobatan dalam jangka waktu tertentu.
› Efek penurunan gula darah pada pemberian glibenklamid jangka panjang
tetap terjadi walaupun terjadi penurunan respons fungsi sekresi insulin
terhadap obat. Kemungkinan efek ini timbul akibat efek dari
ekstrapankreas
› Efektivitas obat hipoglikemik pada setiap orang berbeda-beda. Orang
yang pada awalnya tidak sensitif pada obat golongan sulfonilurea lain
dapat menjadi responsif dengan pemberian glibenklamid. Sebaliknya,
mereka yang pada awalnya responsif terhadap obat hipoglikemik oral
dapat berubah menjadi tidak responsif seiring berjalannya waktu.
› Farmakokinetik
› Absorpsi
› Glibenklamid adalah obat yang bersifat lipofilik dengan kelarutan pada pH
yang rendah
› Bioavailabilitas bervariasi, berantung dari bentuk sediaan oral
› Pada umumnya, hiperglikemia dapat menurunkan absorpsi sulfonilurea karena
dapat mempengaruhi motilitas dari usus, sehingga sebaiknya sulfonilurea
dikonsumsi 30 menit sebelum makan
› Peningkatan serum insulin dimulai dari menit ke 15 – 60 setelah konsumsi
dengan durasi kurang dari 24 jam
› Waktu yang diperlukan untuk mencapai kadar puncak di plasma adalah 2–4
jam setelah dikonsumsi
› Pada penelitian di manusia sehat, pemberian makanan tidak berpengaruh
terhadap penyerapan glibenklamid
› Distribusi
› Sangat terikat pada albumin darah, seperti golongan sulfonilurea lainnya
› Pengikatan dengan protein: 99%
› Distribusi terbesar ke ruang ekstraselular. Jumlah yang masuk ke siklus
enterohepatik sangat sedikit hingga tidak ada
› Metabolisme
› Dimetabolisme di hati hingga menjadi metabolit yang
tidak aktif
› Metabolit: 4-trans-hydroxyglyburide, 3-cis-
hydroxyglyburide (aktif dan lemah) dan satu metabolit
yang tidak teridentifikasi
› Metabolit yang tidak aktif akan dieliminasi melalui rute
biliar dan renal secara imbang.
› Ekskresi
› Waktu paruh: berbeda-beda dan bergantung pada
sediaan oral
› Ekskresi: 50% melalui urin, 50% melalui feses
3. Liraglutide
› Liraglutide merupakan agonis reseptor glucagon like-peptide-1 (GLP-1).
Liraglutide disetujui oleh FDA di tahun 2010 sebagai terapi DM tipe 2.
› Pada kasus DM tipe 2, cukup diberikan injeksi liraglutide 1,2 mg atau 1,8
mg, sedangkan pada obesitas diberikan dengan dosis 3,0 mg (Lowes, 2014).
› GLP-1 mengatur kadar glukosa dengan merangsang sekresi dan biosintesis
insulin bergantung-glukosa, menekan sekresi glukagon, memperlambat
pengosongan lambung, serta memicu timbulnya rasa kenyang (Kalbe
Medical, 2012).
› Efek samping pada saluran cerna, terutama mual.
4. Lisinopril (ACE Inhibitor)
› Pada kasus ini pasien diresepkan lisinopril dengan dosis 12,5 mg
sekali sehari selama 8 tahun. Dosis yang dianjurkan yaitu 10-40
mg sekali sehari. Lisinopril masuk ke dalam golongan ACE
inhibitor , ACE inhibitor merupakan lini pertama dalam terapi
hipertensi atau tekanan darah tinggi. Selain itu, lisinopril juga
dapat mengatasi penyakit gagal jantung
› Golongan ACE inhibitor mencegah tubuh menghasilkan hormon
yang dikenal dengan nama angiotensin II. Obat ini melakukannya
dengan menghalangi unsur kimia bernama enzim pengubah
angiotensin. Pembuluh darah akan rileks dan membantu
mengurangi kadar air dalam darah yang dikembalikan oleh
ginjal. Akibatnya, tekanan darah akan berkurang dan
meningkatkan pasokan darah serta oksigen ke dalam jantung.
› Efek samping : bengkak , berat badan meningkat, rasa lelah ,
lemah otot , batuk, mual , muntah.
› Kontra indikasi : tidak diberikan pada pasien yang memiliki
riwayat hipersensitifitas lisinopril.
5. Atorvastatin
› Pada kasus ini pasien diresepkan atorvastatin dengan dosis 40 mg sekali
sehari selama 4 tahun. Dosis yang dianjurkan yaitu 10 mg/hari dengan
dosis maksimal 80 mg/hari.
› Atorvastatin merupakan obat yang digunakan untuk menurunkan LDL dan
trigliserida dalam darah, sekaligus mampu meningkatkan kadar HDL.
Atorvastatin termasuk ke dalam golongan statin atau HMG CoA reductase
inhibitors.
› Atorvastatin bekerja dengan cara menghambat 3-hydroxy-3-
methylglutaryl-coenzyme A (HMG-CoA) reductase, suatu enzim
yang berperan dalam pembentukan kolestrol. Dengan terhambatnya
kinerja enzim ini kadar kolestrol dalam darah akan berkurang.
› Efek sampping : sakit kepala , perut kembung, sembelit, dispepsia, mual,
muntah, diare, anoreksia.
› Kontra indikasi :Orang yang mengalami hipersensitivitas terhadap
atorvastatin Penyakit liver aktif atau peningkatan transaminase yang tidak
dapat dijelaskan Kehamilan (tidak boleh digunakan untuk ibu hamil) Ibu
menyusui
› Farmakodinamik
› Mekanisme
› Enzim HMG-CoA (3-hydroxy-3-methylglutaryl-coenzyme A) bekerja di
hepar, dengan mengkatalisis konversi HMG-CoA menjadi mevalonat
– Keadaan ini merupakan suatu proses permulaan dari biosintesis kolesterol
– Mevalonat adalah suatu pre-kursor sterol, termasuk kolesterol
› Kolesterol dan trigliserida bersirkulasi dalam peredaran darah,
sebagai bagian dalam kompleksitas lipoprotein
› Pada hewan percobaan, atorvastatin menurunkan kadar kolesterol
plasma darah, dan lipoprotein, dengan cara:
– Menginhibisi enzim reduktase HMG-CoA, dan sintesis kolesterol dalam hati
– Meningkatkan sejumlah reseptor LDL hepar pada permukaan sel, untuk
mempertinggi pengambilan, dan katabolisme LDL
– Mengurangi produksi LDL
– Menurunkan sejumlah partikel LDL
› Pada populasi yang kurang/jarang dapat merespon efek obat-obat
penurun lipid, contohnya pada beberapa pasien dengan riwayat
familial homozigot hiperkolesterolemia, atorvastatin dapat
menurunkan LDL-C
› Kerja atorvastatin yaitu dengan:
– Meningkatkan HDL-C pada para pasien dengan hipertrigliseridemia yang
terisolasi
– Memproduksi variabel untuk meningkatkan HDL-C, dan apolipoprotein A-1
– Menurunkan total-C, LDL-C, VLDL-C, apo B, trigliserida, atau non-HDL-C
– Menurunkan IDL-C pada pasien yang mengalami disbetalipoproteinemia
› Atorvastatin bersama dengan metabolit-metabolitnya secara
farmakologis adalah zat aktif dalam tubuh manusia
› Organ hati adalah tempat primer terjadinya proses sintesis kolesterol
dan clearance LDL
› Dosis obat lebih berperanan dalam menurunkan kadar LDL-C
dibandingkan konsentrasi obat secara sistemik
› Individualisasi dosis obat semestinya didasarkan pada respon terapi
PHARMACOKINETICS
› Suction
Setelah minum obat, penyerapannya tinggi. Cmax dalam plasma darah dicapai melalui 1-2 h.
Makanan agak mengurangi kecepatan dan durasi penyerapan obat (oleh 25% dan 9%, masing-
masing), tetapi penurunan kolesterol LDL mirip dengan atorvastatin tanpa makanan. Konsentrasi
atorvastatin ketika digunakan di malam hari lebih rendah daripada di pagi hari (sekitar 30%).
Hubungan linier antara tingkat penyerapan dan dosis obat telah terungkap.Bioavailabilitas - 12%,
bioavailabilitas sistemik dari aktivitas penghambatan terhadap HMG-CoA reduktase - 30%.
Bioavailabilitas sistemik rendah adalah karena metabolisme presistemik di mukosa saluran pencernaan
dan "lulus pertama" melalui hati.
› Distribusi
Mengikat protein plasma darah - 98%. Rata-rata Vd - 381 l.
› Меtabolisme
Dimetabolisme terutama di hati oleh aksi isoenzim CYP3A4, dan CYP3A5 CYP3A7 untuk
membentuk metabolit aktif secara farmakologi (orto dan paragidroksilirovannyh turunannya, produk
beta-oksidasi). In vitro dan orto metabolit paragidroksilirovannye memiliki efek penghambatan pada
HMG-CoA reduktase, sebanding dengan atorvastatin. Efek penghambatan obat terhadap HMG-CoA
reduktase sekitar 70% ditentukan oleh aktivitas metabolit yang beredar.
› Ekskresi
T1 / 2 - 14 h. Aktivitas penghambatan terhadap HMG-CoA reduktase dipertahankan sekitar 20-
30 h karena adanya metabolit aktif. Ini diekskresikan dengan empedu setelah metabolisme hati dan /
atau ekstrahepatik (ia tidak mengalami resirkulasi hati usus yang signifikan). Kurang dari 2% dari dosis
yang diambil secara internal ditentukan dalam urin.
› Farmakokinetik dalam kasus klinis khusus
Cmax wanita lebih tinggi dengan 20%, AUC lebih rendah dengan 10%; Cmax pada pasien
dengan sirosis alkoholik hati pada waktu 16, AUC - pada 11 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
pasien dengan fungsi hati normal.
Interaksi obat

Atorvastatin
DRP
NO KETERANGAN SOLUSI
( Drug Related Problem )
1 Ada obat tidak indikasi Tidak ada -

2 Ada indikasi tidak ada obat Tidak ada -

3 Pemilihan obat yang tidak tepat Ada Lisinopril berinteraksi dengan glyburide dan metformin dapat
menyebabkan kadar glukosa darah menurun dan terlalu
rendah.
Penggunaan lisinopril dapat diganti dengan obat golongan
ARB karena obat ARB merupakan obat yang dapat
mengurangi kompilkasi diabetes dan juga terapi pilihan utama
untuk mengontrol HT pada pasien dengan Diabetes
(Whalen,2008)
ARB juga memiiki efek samping yang lebih rendah darri Anti HT
lainnya dan batuk sangat jarang terjadi seperti inhibitor ACE
Sediaan yang beredar yaitu losartan.

4 Gagal terapi obat Tidak ada -

5 Dosis subterapeutik Tidak ada -


6 Overdosis atau dosis toksik Tidak ada -

7 Reaksi efek samping obat Ada Lisinopril = bengkak , berat badan meningkat, rasa lelah ,
lemah otot , batuk, mual , muntah.
Glyburide = Hipoglikemia, demam , mual, muntah, diare,
gangguan fungsi hati, penurunan jumlah sel darah, dan
bertambahnya selera makan dan berat badan.
Atorvasatin= Efek sampping : sakit kepala , perut kembung,
sembelit, dispepsia, mual, muntah, diare, anoreksia.
Metformin = Efek samping : mual , muntah , diare , nyeri perut .
Lyraglutide = mual
Kasus 2
› Pasien 62 tahun seorang laki laki afrika amerika
memiliki sejarah penyakit hipertensi dan DM tipe 2
.dia telah mengkonsumsi metformin 2x sehari . Dia
tidak mengkonsumsi alkohol dan merokok . Dia
olahraga 60 menit setiap 4x seminggu. Hasil lab :
Terapi farmakologi
› Metformin 1 g 2x sehari
› Lisinopril 20 mg/ hari
› Atorvastatin 10 mg / hari
› Glyburide 5 mg 2 x sehari
1. Metformin
Dosis yang disarankan dimulai dari 500 mg per hari sampai dengan
kemampuan fungsional ginjal pasien, dosis maksimum yang
diperbolehkan dalam terapi menggunakan metformin yaitu 2550
mg/hari. Metformin biasanya digunakan pada pasien yang memiliki
kelebihan berat badan atau obesitas. Mekanisme kerjanya yaitu
menekan produksi glukosa hepatik, meningkatkan sensitivitas insulin,
meningkatkan penyerapan glukosa oleh fosforilasi faktor GLUT-
enhancer, meningkatkan oksidasi asam lemak dan mengurangi
penyerapan glukosa dari saluran pencernaan (Dipiro, 2015)
› Efek samping : mual , muntah , diare , nyeri perut .
› Kontraindikasi : gangguan fungsi ginjal , wanita hamil dan menyusui.
2. Glyburide
Dosis yang dianjurkan yaitu 5 mg/hari dengan dosis maksimal 20
mg/hari. Glyburide masuk ke dalam golongan sulfonilurea,
sulfonilurea umunya dapat ditoleransi dengan baik tetapi sulfonilurea
merangsang sekresi insulin endogen yang menyebabkan adanya resiko
hipoglikemia. Penggunaan sulfonilurea long-acting harus dihindari
pada pasien diabetes melitus tipe 2 usia lanjut, sebaiknya diberikan
sulfonilurea dengan short-acting (Dipiro, 2015).
› Efek samping : Hipoglikemia, demam , mual, muntah, diare,
gangguan fungsi hati, penurunan jumlah sel darah, dan
bertambahnya selera makan dan berat badan
› Kontra Indikasi : adanya hipersensitifitas; alergi sulfa, diabetes tipe
1, diabetic ketoacidosis, dan pemberian dengan bosentan
3. Lisinopril
› Dosis yang dianjurkan yaitu 10-40 mg sekali sehari. Lisinopril masuk
ke dalam golongan ACE inhibitor , ACE inhibitor merupakan
lini pertama dalam terapi hipertensi atau tekanan darah tinggi.
› Golongan ACE inhibitor mencegah tubuh menghasilkan hormon yang
dikenal dengan nama angiotensin II. Obat ini melakukannya dengan
menghalangi unsur kimia bernama enzim pengubah angiotensin.
Pembuluh darah akan rileks dan membantu mengurangi kadar air
dalam darah yang dikembalikan oleh ginjal. Akibatnya, tekanan darah
akan berkurang dan meningkatkan pasokan darah serta oksigen ke
dalam jantung.
› Efek samping : bengkak , berat badan meningkat, rasa lelah , lemah
otot , batuk, mual , muntah.
› Kontra indikasi : tidak diberikan pada pasien yang memiliki riwayat
hipersensitifitas lisinopril.
4. Atorvastatin
› Dosis yang dianjurkan yaitu 10 mg/hari dengan dosis maksimal 80
mg/hari. Atorvastatin merupakan obat yang digunakan untuk
menurunkan LDL dan trigliserida dalam darah, sekaligus mampu
meningkatkan kadar HDL. Atorvastatin termasuk ke dalam
golongan statin atau HMG CoA reductase inhibitors. atorvastatin
bekerja dengan cara menghambat 3-hydroxy-3-methylglutaryl-
coenzyme A (HMG-CoA) reductase, suatu enzim yang berperan
dalam pembentukan kolestrol. Dengan terhambatnya kinerja enzim
ini kadar kolestrol dalam darah akan berkurang.
› Efek sampping : sakit kepala , perut kembung, sembelit,
dispepsia,mual, muntah, diare, anoreksia.
› Kontra indikasi :Orang yang mengalami hipersensitivitas terhadap
atorvastatin Penyakit liver aktif atau peningkatan transaminase
yang tidak dapat dijelaskan Kehamilan (tidak boleh digunakan
untuk ibu hamil) Ibu menyusui
Interaksi obat

Atorvastatin
DRP
NO KETERANGAN SOLUSI
( Drug Related Problem )
1 Ada obat tidak indikasi Ada Obat atorvastatin dan lisinopril penggunaannya dihentikan
karena kadal LDL normal , TG normal.
2 Ada indikasi tidak ada obat Tidak ada -

3 Pemilihan obat yang tidak tepat Ada Lisinopril berinteraksi dengan glyburide dan metformin dapat
menyebabkan kadar glukosa darah menurun dan terlalu
rendah.
Olehnya itu lisinopril diganti dengan obat golongan ARB karena
obat ARB merupakan obat yang dapat mengurangi kompilkasi
diabetes dan juga terapi pilihan utama untuk mengontrol HT
pada pasien dengan Diabetes (Whalen,2008)
ARB juga memiiki efek samping yang lebih rendah darri Anti HT
lainnya dan batuk sangat jarang terjadi seperti inhibitor ACE
Sediaan yang beredar yaitu losartan.

4 Gagal terapi obat Tidak ada -

5 Dosis subterapeutik Tidak ada -


6 Overdosis atau dosis toksik Tidak ada -

7 Reaksi efek samping obat Ada Lisinopril = bengkak , berat badan meningkat, rasa lelah ,
lemah otot , batuk, mual , muntah.
Glyburide = Hipoglikemia, demam , mual, muntah, diare,
gangguan fungsi hati, penurunan jumlah sel darah, dan
bertambahnya selera makan dan berat badan.
Atorvasatin= Efek sampping : sakit kepala , perut kembung,
sembelit, dispepsia, mual, muntah, diare, anoreksia.
Metformin = Efek samping : mual , muntah , diare , nyeri perut .
Kasus 3
› Ny. X 30 tahun, sedang hamil 8 minggu, seminggu
yang lalu periksa ke RS dengan keluhan mual muntah
di pagi hari. Oleh dokter diresepkan domperidon 2x1
tab . Sampai sekarang masih terasa mual-mual. Dari
riwayat keluarga diketahui ternyata ibunya
dulu pernah mengalami diabetes gestasional. Ny X
alergi terhadap Penicillin.
› Data laboratorium: TD : 110/70 mmHg TB : 165 cm
Suhu : 39°C BB : 55 kg HR : 75x/menit RR : 18x/menit
Glukosa plasma puasa: 120 mg/dl Glukosa 2 jam PP :
180 mg/dl
Terapi farmakologi
› Domperidon
Mekanisme kerja
Domperidone merupakan antagonis dopamin yang
mempunyai kerja antiematik. Efek antiematik dapat
disebabkan oleh kombinasi efek periferal
(gastrokinetik) dengan antagonis terhadap reseptor
dopamin di chemoreseptor “trigger zone” yang
terletak di luar sawar otak di area postrema (Irfan,
2011).
› Dosis Domperidon: 10-20 mg dengan interval waktu 4-8 jam. Pada
kasus diresepkan Domperidon 2x1 tab.
› Efek Samping : sakit kepala, diare, mulut kering, rasa haus, ruam
kulit, cemas,gatal.
› Kontra Indikasi : Hati-hati penggunaan domperidone pada wanita
hamil dan menyusui. Obat ini tidak dianjurkan digunakan pada
wanita hamil dan menyusui karena keamanan belum dapat
dipastikan
› Untuk interaksi antara obat-obat yang diberikan kepada pasien
tidak ada, tetapi interaksi obat Domperidon dengan beberapa
makanan atau obat lain yaitu sebagai berikut:
 Pemberian dengan antasida secara bersamaan dapat
menurunkan bioavailabilitas Domperidon.
 Pemberian obat anti kolinergik muskarinik dan analgetik opioid
secara bersamaan dapat mengantagonisir efek Domperidone.
 Domperidon mengurangi efek hipoprolaktinemia dan
bromokriptin.
 Efek bioavailabilitas dapat bertambah dari 13% menjadi 23%
bila diminum 1 jam setelah makan
Terapi Non Farmakologi
› Terapi nonfarmakologi dilakukan dengan cara
1. pengaturan diet
2. dukungan emosional
3. Akupuntur
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai