Anda di halaman 1dari 13

Menjadi Calon Legislatif adalah Hak

Seluruh Warga Negara


Oleh:
Tia Karunia / 111.160.027
Rina Puspita / 111.160.028
Choirunissa Sonia / 111.160.045
Antonius Krisna/ 111.160.056
Ilham Faturohman / 111.160. 071
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara demokratis
dimana sistem pemerintahannya adalah dari
rakyat untuk rakyat. Hal ini sesuai dengan UUD
pasal 1 ayat 2 yang berbunyi “Kedaulatan berada
di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut
Undang- Undang Dasar”.
Salah satu yang penting dalam ketatanegaraan Indonesia
adalah pemilu. Pada umumnya kami melaksanakan Pemilihan
Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD. Calon legislatif yang
mengikuti pemilu seharusnya merupakan pribadi yang
berkelakuan baik. Hal ini juga diterangkan oleh KPU RI
yangmana menyamakan mantan pidana narkoba, kejahatan
seksual, dan tindak pidana korupsi pada tingkatan yang sama,
tidak diijinkan untuk mendaftar sebagai calon legislatif. Hal
ini diperkuat dengan adanya pasal 7 ayat 1 huruf h rancangan
Peraturan KPU (PKPU) pencalonan anggota DPR, DPRD
provinsi, dan DPRD kabupaten/ kota.
Penegasan pro eks narapidana
menjadi calon legislatif
Dalam hukum, terdapat dukungan kepada eks
narapidana dengan prinsip bahwa “Apabila eks
narapidana berkelakuan baik, kenapa masih
distigmatisasi” yang mana mengacu kepada perbolehan
eks pidana untuk mencalonkan diri lagi sebagai calon
legislatif. Hal ini diperkuat dengan adanya hak politik eks
narapidana yang tidak boleh dikekang karena disebut
melanggar Hak Asasi Manusia(HAM).
Permasalahannya
Bawaslu meloloskan eks koruptor untuk
menjadi calon legislatif. KPU membenarkan
pernyataan tersebut. Keputusan Bawaslu diambil
dari UU Pemilu no 7 tahun 2017 yang mana
membolehkan eks narapidana untuk mencalonkan
diri kembali menjadi anggota legislatif.
(http://m.tribunnews.com/amp/nasional/2018/09/03/mantan
-napi-koruptor-ini-melenggang-jadi-caleg?page=4)
 Diberitakan sebelumnya, MA telah memutus uji materi Pasal 4 Ayat 3
Peraturan KPU (PKPU) Nomor 20 Tahun 2018 tentang Pencalonan Anggota
DPR, DPRD Provinsi, Kabupaten dan Kota, serta uji materi Pasal 60 huruf j
PKPU Nomor 26 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua atas PKPU Nomor
14 Tahun 2018 tentang Pencalonan Anggota DPD. Dalam putusannya, MA
menyatakan bahwa larangan mantan narapidana kasus korupsi menjadi
caleg bertentangan dengan Undang-Undang Pemilu Nomor 7 Tahun 2017.
Putusan tersebut berakibat pada berubahnya status Tidak Memenuhi Syarat
(TMS) bakal caleg napi korupsi menjadi Memenuhi Syarat (MS). Artinya,
mantan napi korupsi diperbolehkan untuk maju sebagai calon wakil rakyat.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Warga: Apa Jaminannya Mantan
Koruptor yang Nyaleg Enggak Korupsi
Lagi?", https://megapolitan.kompas.com/read/2018/09/22/06534311/warga-apa-jaminannya-
mantan-koruptor-yang-nyaleg-enggak-korupsi-lagi.
Penulis : Sherly Puspita
Editor : Robertus Belarminus
Pelaksanaan Pemilu Legislatif di
Indonesia
 Indonesia adalah salah satu Negara di dunia yang menerapkan sistem
politik demokrasi. Demokrasi di Indonesia ini, mempunyai sebuah
slogan yang cukup singkat, akan tetapi mempunyai makna yang cukup
dalam. Slogan yang dimaksud adalah dari rakyat, oleh rakyat, dan
untuk rakyat.
 Calon legislatif yang sudah terdaftar di partai politik, wajib melakukan fit and
proper test. Uji kelayakan dan kepatutan dilakukan masing-masing partai politik
yang mengusung calon legislatif dengan tujuan mendapatkan figur yang bersih
dan kredibel.
 Ketua umum PDI-P, Megawati Soekarnoputri meminta calon anggota legislatif
asal PDI-P harus lolos uji urine dan psikologi: “Kami ingin kader-kader PDI-P
berkualitas dan sehat. Bukan kader bermasalah. Kita antisipasi dari awal, caleg
yang terindikasi pengguna nakoba takkan direkomendasikan di pemilu 2014”
(Tribunnews, 2012).
 Tahapan selanjutnya adalah uji publik Pada tahap ini daftar calon
legislatif sementara diumumkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU)
sekurang-kurangnya muncul melalui satu media massa cetak harian dan
media massa elektronik nasional dan satu media massa cetak harian dan
elektronik daerah serta sarana pengumuman lainnya selama lima hari
(UU No. 8 Tahun 2012 pasal 62 ayat 4).
 Uji publik ini dilakukan untuk memastikan supaya masyarakat bisa
mengetahui secara langsung siapa saja daftar calon sementara untuk
pemilu legislatif. Masyarakat diberikan hak untuk memberikan
masukan dan tanggapan terhadap daftar calon sementara kepada KPU
paling lama 10 hari sejak daftar calon sementara diumumkan (UU No.
8 Tahun 2012 pasal 62 ayat 5).
 Menurut ketentuan tersebut, masyarakat dapat menyampaikan
keberatan jika terdapat nama calon anggota yang tidak layak maju
sebagai calon legislatif. Artinya, keberatan masyarakat seharusnya
menjadi pertimbangan sungguh-sungguh kepada partai politik dalam
memutuskan caleg yang diusungnya akan diloloskan atau malah
dicoret.
Action Plan
 Sebagai mahasiswa seharusnya lebih peduli dan peka terhadap
dunia politik di Indonesia
 Pembekalan dan pengarahan dalam penerapan Pendidikan
Kewarganegaraan dan Pancasila dalam semua kalangan untuk
meningkatkan kualitas rakyat yang bermoral.
 Melakukan protes/ pengaduan terhadap partai- partai yang
mendukung pencalonan kembali eks koruptor dalam legislatif.
 Kembali kepada masing- masing individu dimana harus bijak
dalam memilih wakil rakyat itu sendiri dengan melihat aspek
secara keseluruhan agar tidak salah dalam memilih.
Pertanyaan???

Anda mungkin juga menyukai