Anda di halaman 1dari 43

Kemiskinan dan

Distribusi Pendapatan

Ahmad Rifai
Ekonomi Makro TM #08
PS. Agribisnis UR
Dilema Pembangangunan
Lebih dari empat
dekade terakhir, debat
mengenai hubungan
antara pertumbuhan
ekonomi (economic
growth), ketimpangan
(inequality), dan
kemiskinan (poverty)

2
Konsep lama
Kemiskinan
Pembangunan
&
Ketimpangan

Konsep Baru Growth with


distribution
Kemiskinan
Pembangunan
&
3
Ketimpangan
 Fakta menarik yang diungkapkan oleh Bank Dunia
dalam World Development Report disebutkan bahwa
sejumlah negara yang laju pertumbuhan ekonominya
cukup baik ternyata , pertumbuhan ekonomi tersebut
tidak serta merta mereduksi kemiskinan.
Kesenjangan distribusi pendapatan bahkan tetap
tak terkoreksi.
Disebutkan bahwa sedikitnya 3 (tiga) milyar
penduduk bumi masih berada dalam kemiskinan
(hanya memperoleh pendapatan kurang dari US$ 2
per hari).
Fakta ini setidaknya dimaknai sebagai bentuk
divergensi antara pertumbuhan ekonomi dengan
perbaikan taraf hidup dan distribusi pendapatan.

4
DISTRIBUSI PENDAPATAN
Jenispendapatan

Property Income,
meliputi sewa (rent),
bunga tabungan (interest
Labor income,
paid on saving account),
meliputi upah
(wages) dan gaji laba perusahaan
(salaries), benefit (corporate profit), dan
serta berbagai jenis proprietors income atau
labor income disebut juga sebagai
lainnya laba perusahaan
perseorangan.
5
DISTRIBUSI PENDAPATAN
(Pembagian Pendapatan)

Menggambarkan bagian dari pendapatan yang


diterima oleh para pemilik faktor produksi.

Menggambarkan variabilitas atau dispersi


(penyebaran) pendapatan.

6
SUMBER-SUMBER KETIMPANGAN
Ketidak merataan dalam:

◦ Kepemilikan kekayaan

◦ Labor Income, karena: kemampuan dan keahlian,


intensitas kerja, bidang pekerjaan, dan faktor
lainnya(lingkungan,gizi buruk, tingkat pendidikan, dsb).

◦ Property Income, karena: life cycle saving,


kewirausahaan (entrepreneurship), warisan dan lain-lain.

7
Contoh
Rumah tangga Pendapatan yang diterima rumah tangga
Kelompok % % Kum. % % Kum. % % Kum. % % Kum.
Pendapatan
Termiskin 20 20 20 20 0 0 3.6 3.6
Miskin 20 40 20 40 0 0 9 12.6
Sedang 20 60 20 60 0 0 15 27.6
Kaya 20 80 20 80 0 0 23 50.8
Terkaya 20 100 20 100 100 100 49 100
Absolute Absolute Actual
equality inequality inequality

8
Distribusi Pendapatan... (lanjutan)
% seluruh % total pendptn
Kelompok yg diterima
Interval rumah tangga
Pendapatan rumah tangga
Pendapatan pd kelompok
Rumah Tangga
ini pd kelompok ini

Rendah < $16,116 20 3.6

Agak rendah $16,117 - $30,408 20 9.0

Sedang $30,409 - $48,337 20 15.0

Agak tinggi $48,338 - $75,000 20 23.2

Tinggi $75,001 > 20 49.2

5% tertinggi $132,200 > 5 21.4

9
Kebijakan Mengurangi Kemiskinan dan Ketimpangan Pendapatan

a) Mengubah distribusi pendapatan fungsional melalui


kebijakan yang ditujukan untuk mengubah harga relatif faktor.
Hal ini terutama dimaksudkan untuk mengurangi/
menghilangkan distorsi harga faktor yang merugikan kelompok
miskin.

b) Memperbaiki distribusi pendapatan melalui redistribusi


pemilikan aset secara progresif, yang antara lain dilakukan
melalui land reform, dan pemberian kredit lunak bagi usaha
kecil.

10
Lanjutan
c) Mengurangi bagian pendapatan penduduk golongan atas
(kaya) melalui pajak pendapatan dan pajak kekayaan yang
progresif. Dengan demikian, peningkatan penerimaan negara
hasil pajak itu akan dapat ditujukan pada perbaikan
kesejahteraan kelompok miskin.

d) Meningkatkan bagian pendapatan penduduk golongan


bawah (melarat) melalui pembayaran transfer secara
langsung serta penyediaan barang dan jasa publik atas
tanggungan pemerintah. Hal ini antara lain dilakukan melalui
pembebasan/keringanan pajak bagi kelompok miskin,
tunjangan atau subsidi pangan, bantuan pelayanan kesehatan,
bantuan pelayanan umum lainnya.

11
Daftar orang terkaya Indonesia yang masuk ke
dalam daftar orang kaya Forbes:

146. R Budi Hartono (Djarum, BCA) 6,5 miliar dollar AS


157. Michael Hartono (Djarum, BCA) 6,3 miliar dollar AS
304. Low Tuck Kwong (Bayan Resources) 3,6 miliar dollar AS
377. Martua Sitorus (Wilmar International) 3 miliar dollar AS
418. Sukanto Tanoto (Raja Garuda Mas) 2,8 miliar dollar AS
464. Peter Sondakh (Rajawali Group) 2,6 miliar dollar AS
578. Achmad Hamami & keluarga 2,2 miliar dollar AS
634. Sri Prakash Lohia (Indorama) 2 miliar dollar AS
634. Chairul Tanjung (CT Group) 2 miliar dollar AS
764. Kiki Barki (Harum Energy) 1,7 miliar dollar AS
854. Murdaya Poo (Central Cipta Murdaya) 1,5 miliar dollar AS
913. Edwin Soeryadjaya (Saratoga, Adaro) 1,4 miliar dollar AS
960. Tahir (Mayapada) 1,3 miliar dollar AS
960. Hary Tanoesoedibjo (Bhakti Investama, MNC) 1,3 miliar dollar AS
1015. Garibaldi Thohir (Adaro) 1,2 miliar dollar AS
1075. Theodore Rachmat (Adaro) 1,1 miliar dollar AS
1153. Djoko Susanto (Alfamart) 1 miliar dollar AS

12
Kemiskinan
Kemiskinan
Kondisi dimana seseorang tidak memiliki
cukup pendapatan, utamanya untuk
membeli barang-barang kebutuhan dasar
seperti makan, minum, pakaian, papan dsb.
Menurut kriteria Bank Dunia penghasilan
minimal per hari $2.

14
Kondisi Kemiskinan
Selalu menjadi momok bagi perekonomian dunia, termasuk Indonesia
Dulu hampir semua penduduk Indonesia hidup miskin (share poverty),
sedangkan sekarang kemiskinan terjadi di tengah masyarakat modern dan
berkelimpahan (affluent society)
Kemiskinan di Indonesia
Tingkat kemiskinan mutlak menurun drastis dalam
dua dasawarsa sebelum krisis ekonomi 1997;
◦ Jumlah penduduk miskin pada 1976 mencapai 54,2 juta
jiwa (40,1 %),
◦ menurun menjadi 40,6 juta jiwa (26,9 %) pada tahun
1981,
◦ 35 juta jiwa (21,64 %) pada tahun 1984,
◦ 27,2 juta jiwa (15,1 %) pada tahun 1990, dan
◦ 22,5 juta jiwa (11,3) pada 1996.
The Vicious Circle of Poverty
Kekurangan Modal

Investasi Rendah Produktivitas


Rendah

Tabungan Rendah Pendapatan Rendah


Indikator Kemiskinan
Terdapat beberapa indikator kemiskinan yang biasa digunakan, yaitu
indikator:
◦ Kemiskinan relatif
◦ Kemiskinan absolut
◦ Kemiskinan kultural, dan
◦ Kemiskinan struktural
Kemiskinan Relatif
Seseorang dikatakan berada dalam kelompok
kemiskinan relatif, jika pendapatannya berada di bawah
pendapatan di sekitarnya, atau dalam kelompok
masyarakat tersebut, ia berada di lapisan paling bawah.
Bisa jadi meskipun pendapatannya cukup untuk
memenuhi kebutuhan pokok, namun karena dibanding
masyarakat di sekitarnya, pendapatannya dinilai rendah,
ia termasuk miskin.
Amerika Serikat menggunakan indikator kemiskinan
semacam ini.
Kemiskinan Absolut
Dilihat dari kemampuan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan pokok
(sandang, pangan, pemukiman, pendidikan dan kesehatan).
Jika pendapatan seseorang di bawah pendapatan minimal untuk memenuhi
kebutuhan pokok, maka ia disebut miskin.
Indonesia menggunakan indikator kemiskinan jenis ini.
Kemiskinan Kultural
Dikaitkan dengan budaya masyarakat yang “menerima”
kemiskinan yang terjadi pada dirinya, bahkan tidak
merespons usaha-usaha pihak lain yang membantunya
keluar dari kemiskinan tersebut.
Kemiskinan Struktural
Kemiskinan yang disebabkan struktur dan sistem ekonomi yang timpang dan
tidak berpihak pada si miskin, sehingga memunculkan masmalah-masalah
struktural ekonomi yang makin meminggirkan peranan orang miskin.
Beberapa Pengertian
Kemiskinan
Garis Kemiskinan (Poverty
Line)
Badan Pusat Statistik (BPS) mengukur garis
kemiskinan dengan pendekatan konsumsi sejalan
dengan pendekatan Bank Dunia.
Garis kemiskinan tersebut diukur dari kemampuan
membeli bahan makanan ekuivalen dengan 2100
kalori per kapita per hari dan biaya untuk
memperoleh kebutuhan minimal akan barang/jasa,
pakaian, perumahan, kesehatan, transportasi, dan
pendidikan.
Garis Kemiskinan VV. Bhanoji Rao

Rao menghitung garis kemiskinan dengan memperhitungkan kebutuhan


kalori per hari minimum yang diperlukan seseorang untuk hidup layak
sebagai dasar, kemudian diambah lagi dengan keperluan untuk
kehidupan dasar yang sifatnya sosial, misalnya untuk pemeliharaan
kesehatan, sekolah, dsb.
Indikator Kemiskinan Prof Sayoga

Dibedakan antara daerah perkotaan dan pedesaan.


Garis kemiskinan untuk pedesaan setara dengan 240 kg beras per kapita
per tahun, sedangkan untuk perkotaan setara dengan 360 kg beras per
kapita per tahun.
Garis kemiskinan ditetapkan setelah survei di seluruh Indonesia pada
1973.
Pergeseran Pengertian Kemiskinan

Pergerseran pengertian kemiskinan dengan tidak melihat aspek


pendapatan dan konsumsi saja, tetapi juga melihat masalah
ketergantungan, harga diri, kontinuitas pendapatan dsb.
Pendapat Lain

Mengartikan kemiskinan dengan melihat berbagai


dimensi:
◦ Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar
(sandang, pangan, papan);
◦ Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar
lainnya (kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih, dan
transportasi)
◦ Tidak adanya jaminan masa depan (karena tidak adanya
investasi untuk pendidikan dan keluarga)
◦ Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual
maupun massal.
Lanjutan

◦ Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan


keterbatasan sumber daya alam;
◦ Tidak dilibatkan dalam kegiatan sosial masyarakat;
◦ Tidak adanya akses terhadap lapangan kerja dan mata
pencaharian yang berkesinambungan;
◦ Ketidakmampuan berusaha karena cacat fisik maupun
mental;
◦ Ketidakmampuan dan ketidakberuntungan sosial (anak-
anak terlantar, wanita korban kekerasan rumah tangga,
janda miskin, kelompok marjinal dan terpencil)
Faktor yang menyebabkan terjadinya kemiskinan
secara umum, antara lain:
Mata pencaharian utama di sektor pertanian.
Adanya perekonomian dualistis.
Kurangnya pengolahan sumber daya alam secara efisien.
Pertumbuhan penduduk yang cepat.
Tingginya angka pengaangguran
Kondisi ekonomi yang terbelakang
Tidak adanya inisiatif untuk berusaha
Adanya kelangkaan alat modal
Rendahnya tingkat penguasaan teknologi
Orientasi ekspor barang primer
31
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin, Garis Kemiskinan, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1), dan
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Menurut Provinsi, 2010

Jumlah Penduduk Miskin (000)


Persentase Penduduk Miskin (%) P1 (%) P2 (%)
Propinsi
Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa
Nangroe Aceh Darussalam
173.4 688.5 861.9 14.65 23.54 20.98 2.83 4.63 4.11 0.79 1.45 1.26
Sumatera Utara 689.0 801.9 1490.9 11.34 11.29 11.31 2.01 2.07 2.04 0.54 0.59 0.57
Sumatera Barat 106.2 323.8 430.0 6.84 10.88 9.50 1.16 1.67 1.49 0.27 0.39 0.35
Riau 208.9 291.3 500.3 7.17 10.15 8.65 0.88 1.89 1.38 0.17 0.57 0.37
Jambi 110.8 130.8 241.6 11.80 6.67 8.34 1.62 0.78 1.05 0.42 0.14 0.23
Sumatera Selatan 471.2 654.5 1125.7 16.73 14.67 15.47 2.72 2.57 2.63 0.71 0.71 0.71
Bengkulu 117.2 207.7 324.9 18.75 18.05 18.30 3.16 2.53 2.75 0.93 0.56 0.69
Lampung 301.7 1178.2 1479.9 14.30 20.65 18.94 2.53 3.14 2.98 0.66 0.75 0.72
Bangka Belitung 21.9 45.9 67.8 4.39 8.45 6.51 0.54 1.28 0.93 0.11 0.33 0.23
Kepulauan Riau 67.1 62.6 129.7 7.87 8.24 8.05 1.25 0.83 1.05 0.33 0.15 0.25
DKI Jakarta 312.2 - 312.2 3.48 - 3.48 0.45 - 0.45 0.11 - 0.11
Jawa Barat 2350.5 2423.2 4773.7 9.43 13.88 11.27 1.64 2.35 1.93 0.44 0.64 0.52
Jawa Tengah 2258.9 3110.2 5369.2 14.33 18.66 16.56 2.09 2.86 2.49 0.50 0.69 0.60
DI Yogyakarta 308.4 268.9 577.3 13.98 21.95 16.83 2.27 3.89 2.85 0.56 1.02 0.73
Jawa Timur 1873.5 3655.8 5529.3 10.58 19.74 15.26 1.53 3.18 2.38 0.37 0.79 0.59
Banten 318.3 439.9 758.2 4.99 10.44 7.16 0.79 1.30 1.00 0.22 0.28 0.24
Bali 83.6 91.3 174.9 4.04 6.02 4.88 0.52 0.96 0.71 0.08 0.22 0.14
Nusa Tenggara Barat552.6 456.7 1009.4 28.16 16.78 21.55 5.65 2.41 3.77 1.63 0.56 1.01
Nusa Tenggara Timur107.4 906.7 1014.1 13.57 25.10 23.03 3.12 5.09 4.74 1.00 1.53 1.43
Kalimantan Barat 83.4 345.3 428.8 6.31 10.06 9.02 0.82 1.31 1.18 0.18 0.27 0.24
Kalimantan Tengah 33.2 131.0 164.2 4.03 8.19 6.77 0.86 1.10 1.02 0.24 0.24 0.24
Kalimantan selatan 65.8 116.2 182.0 4.54 5.69 5.21 0.57 0.77 0.69 0.12 0.22 0.18
Kalimantan Timur 79.2 163.8 243.0 4.02 13.66 7.66 0.57 2.44 1.27 0.12 0.70 0.34
Sulawesi Utara 76.4 130.3 206.7 7.75 10.14 9.10 1.12 1.16 1.14 0.30 0.19 0.24
Sulawesi Tengah 54.2 420.8 475.0 9.82 20.26 18.07 1.81 3.43 3.09 0.45 0.89 0.80
Sulawesi Selatan 119.2 794.2 913.4 4.70 14.88 11.60 0.55 2.55 1.91 0.10 0.68 0.49
Sulawesi Tenggara 22.2 378.5 400.7 4.10 20.92 17.05 1.10 3.80 3.18 0.38 1.04 0.89
Gorontalo 17.8 192.0 209.9 6.29 30.89 23.19 0.88 5.63 4.14 0.17 1.37 1.00
Sulawesi Barat 33.7 107.6 141.3 9.70 15.52 13.58 0.84 1.90 1.55 0.12 0.46 0.35
Maluku 36.3 342.3 378.6 10.20 33.94 27.74 1.36 6.59 5.23 0.27 1.90 1.47
Maluku Utara 7.6 83.4 91.1 2.66 12.28 9.42 0.06 2.07 1.47 0.00 0.46 0.33
Papua Barat 9.6 246.7 256.3 5.73 43.48 34.88 1.14 13.22 10.47 0.36 5.47 4.30
Papua 26.2 735.4 761.6 5.55 46.02 36.80 0.78 11.89 9.36 0.17 4.32 3.37
Indonesia 11097.8 19925.6 31023.4 9.87 16.56 13.33 1.57 2.80 2.21 0.40 0.75 0.58
32
Sebab-sebab Struktural Kemiskinan di
Indonesia
Ketidakmampuan mengelola sumber daya alam
secara maksimal;
Kebijakan ekonomi yang tidak berkomitmen
terhadap penanggulangan kemiskinan dan semata-
mata mengejar pertumbuhan ekonomi (trickle
down effect tidak bekerja)
◦ Kesalahan mendasar dalam asumsi perekonomian
Indonesia adalah pengangguran dan kemiskinan hanya
mungkin diatasi jika ekonomi tumbuh minimal (misalnya)
6,5 %.
◦ Asusmsi demikian salah, karena:
◦ Yang dapat mengatasi pengangguran dan kemiskinan adalah pertumbuhan ekonomi yang melibatkan
kegiatan ekonomi rakyat yang pelakunya adalah masyarakat miskin.
◦ Pengangguran dan kemiskinan adalah dua hal berbeda. Orang yang menganggur belum tentu miskin.

◦ Ilustrasi: 1 % pertumbuhan diasumsikan mampu menampung 200.000-400.000


tenaga kerja baru, maka pertumbuhan 6.5 % hanya mampu mempekerjakan 1,3
juta-2,6 juta tenaga kerja dan tidak ada jaminan bagi penduduk miskin yang
mencapai puluhan juta jiwa.
Dampak ketimpangan dan kemiskinan
Kriminalitas
Konflik sosial
Pendidikan
Produktifitas
Pelayanan Umum

35
Kebijakan Pemerintah untuk
Menanggulangi Kemiskinan
Masa Kolonial: ‘politik etis’ balas budi.
Masa Orde Baru: terkait dengan program pembangunan
nasional sejak Repelita I-V. Program sektoral yang pernah
dilaksanakan:
◦ BIMAS, INMAS, dan P4K (Departemen Pertanian),
◦ UPPKS (BKKBN),
◦ KUD dan Koperasi Simpan Pinjam (Departemen Koperasi),
◦ UED-SP, BKD dan PKK (Departemen Dalam Negeri),
◦ KUBE (Departemen Sosial)
◦ Wajar 9 tahun (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan) dan
◦ pengembangan Puskesmas (Departemen Kesehatan)
Lanjutan

Mulai Repelita VI diluncurkan Inpres Desa Tertinggal


(IDT), yang meliputi:
◦ Komponen bantuan langsung sebesar Rp 20 juta/desa
sebagai dana bergulir selama 3 tahun;
◦ Bantuan pendampingan pokmas IDT oleh tenaga
pendamping Sarjana Pendamping Purna Waktu (SP2W);
◦ Bantuan pembangunan sarana/prasarana

Untuk masyarakat miskin di kelurahan tidak


‘tertinggal’ diluncurkan program Takesra/Kukesra.
Lanutan
Ketika terjadi krisis ekonomi, jumlah penduduk miskin
meningkat tajam karena merupakan gabungan dari
penduduk miskin lama dan penduduk baru yang bersifat
sementara (transient poverty).
◦ Untuk mengatasi masalah ini, dikeluarkan program Jaring
Pengaman Sosial (JPS), yang dibagi dalam empat kelompok
program, yaitu JPS Departemen teknis, JPS prioritas, JPS sektor-
sektor pembangunan dan JPS monitoring
Kekurangan Program

Tidak ada jenjang program lanjutan sehingga


kelompok yang sukses dalam tahapan pertama
susah mengembangkan usaha selanjutnya
Terhambatnya laju pertumbuhan karena sistem
pertanggungjawaban yang saling mengikat
Timing pencairan kredit yang tidak tepat
Kurangnya integrasi dan koordinasi program antar
instansi
Beberapa Kelemahan dalam Program
Penanggulangan Kemiskinan
1) Masih berorientasi pada pertumbuhan ekonomi makro
daripada pemerataan;
2) Sentralisasi kebijakan daripada desentralisasi;
3) Lebih bersifat karitatif daripada transformatif;
4) Memposisikan masyarakat sebagai objek dan bukan subjek;
5) Cara pandang tentang penanggulangan kemiskinan masih
berorientasi pada ‘charity’ daripada ‘productivity’;
6) Asusmsi permasalahan dan solusi kemiskinan sering
dipandang sama daripada pluralistis.
Paradigma Baru Pemberantasan
Kemiskinan di Indonesia
a) Penerbitan undang-undang pemberantasan
kemiskinan sehingga program pengurangan
kemiskinan lebih diprioritaskan oleh pemerintah
dan masyarakat

b) Program pemberantasan harus bersifat multi-sektor

c) Perencanaan dan pelaksanaan dilakukan bersama


antara masyarakat dan pemerintah sehingga
program sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan
potensi aktual masyarakat dapat lebih tergali.
Lanjutan
d) Masyarakat dijadikan subjek dan bukan sekedar objek program

e) Pertanggungjawaban program tidak saja pada pemerintah tetapi juga


pada masyarakat

f) Program yang berkesinambungan

g) Ukuran keberhasilan ditentukan berdasarkan kemampuan masyarakat


keluar dari belenggu kemiskinan.
End of Session

43

Anda mungkin juga menyukai