Anda di halaman 1dari 60

Merupakan pandangan masyarakat yang diyakini kebenarannya,

tetapi sebenarnya keliru.

Stigma berkaitan dengan penyakit kronis, menyatakan tanda-tanda


tubuh terpotong, terbakar, memperlihatkan bahwa penderita seorang
budak, kriminal, pengkhianat, seorang cacat, mengotori secara
ritual, dikucilkan terutama di tempat umum. (Gofman)

Sumber stigma nampak di depan umum  aib besar


Sumber stigma tersembunyi  rasa malu

Stigma diinternalisasi sebagai “identitas yang rusak”: terhina,


rendah diri, menyimpang, perbedaan yang memalukan.
02
Kabar angin yang dihembuskan berdasarkan reaksi
emosi untuk mengucilkan dan menghukum mereka
yang memerlukan pertolongan.
Cap yang menimbulkan kesan jijik, kotor, antipati,
dan berbagai perasaan negatif (PKBTK, 2006).

Kamu gila, Enggak, kok! Aku sih…,


ya…?! Sumpiihh…, sehat 1001%!
wis to…!

03
Fenomena gangguan atau kelainan sukar dikenal sebagai suatu
penyakit.
Sulit didapat dasar fisiknya.
Adanya takhayul yang kuat di masyarakat.
Ketakutan masyarakat terhadap ketidakjelasan gangguan atau
kelainan yang diderita.
Banyak gangguan yang menahun.
Banyaknya informasi yang sampai ke masyarakat (kadang berbeda-
beda).
(Soewadi, 1997)

04
STIGMA DIBEDAKAN MENJADI 2 :

Stigma internal : Perasaan malu dan terasing yan


dialami seseorang sehingga
menghalangi untuk minta
bantuan pengobatan.
Stigma eksternal: Perlakuan orang lain yang tidak
adil terhadap seseorang yang
mendapat stigma sehingga akan
membatasi lingkungan sosial
yang seharusnya diterima
(Gray,2002)

05
STIGMA PADA KELUARGA PENDERITA
1. Beban Obyektif, adalah berbagai beban dan hambatan yang
dijumpai dalam kehidupan suatu keluarga yang berkaitan
dengan perawatan, misal biaya finansial, hambatan aktivitas,
waktu tersita, gangguan kehidupan rumah tangga, isolasi sosial,
diskriminasi, pengucilan bagi keluarga penderita.
2. Beban subyektif, distres emosional yang dialami anggota
keluarga yang berkaitan dengan tugas merawat misal: perasaan
sedih, cemas, tertekan, frustasi akan masa depan penderita
(PKBTK,2006)
Keluarga merupakan pendukung utama dalam proses ketaatan
pengobatan dan proses penyembuhan (Charbonneau,2007)

06
STIGMA PADA PENDERITA/DIRI SENDIRI
STIGMA MASYARAKAT STIGMA PADA DIRI SENDIRI
Prasangka Negatif: Prasangka Negatif:
 Anggapan negatif orang lain  Anggapan negatif terhadap diri
bahwa seseorang dianggap sendiri karena dianggap dirinya
inkompeten dan mempunyai
berbahaya, inkompeten dan
karakter yang lemah.
mempunyai karakter yang
lemah.
Emosi yang ditimbulkan: Emosi yang ditimbulkan:
Marah dan takut. Merasa tidak percaya diri atau
menganggap dirinya tidak
mampu.
Diskriminasi yang terjadi: Diskriminasi yang terjadi:
Ditolak dalam pekerjaan dan Gagal melanjutkan pekerjaan
untuk kembali ke lingkung- dan program pengobatan.
annya. 07
STIGMA PADA KALANGAN PRAKTISI MEDIS
 Sebagai Pelaku Stigma:
- Kurang memperhatikan hak azasi penderita (gangguan
jiwa,HIV/AIDS, Kusta, Kulit & Kelamin, Epilepsi)
- Kurangnya SDM yang menguasai tentang pelayanan
gangguan kesehatan yang mendapat stigma.
 Menjadi korban dari stigma:
- Merendahkan praktisi medis di bagian kedokteran jiwa
(Charbonneau,2007)
- Dep. Psikiatri sering mendapatkan perlakuan yang
kurang optimal di lingkungan RS. Umum. (PKBTK,
2006)
- Dep. Psikiatri biasanya selalu disudut yang hampir
tidak terlihat & jarang direnovasi. (PKBTK,2006)

08
STIGMA PADA MEDIA MASA
Media masa merupakan alat pembentuk opini masyarakat
yang ampuh,mampu menggiring masyarakat ke arah opini
yang benar atau salah ke opini yang keliru mengakibatkan:
• Menimbulkan diskriminasi dan prasangka buruk pada
penderita.
• Kesulitan mencari pekerjaan,dikeluarkan dari lingkungan
kerja.
• Memperparah penderitaannya.
• Memperberat kembali ke masyarakat.
• Mengisolasi diri,keinginan bunuh diri.(Gray,2001)
Dampak pada keluarga dan lingkungan:
 Tidak mau menerima/menolak walaupun sudah sembuh.
 Mengisolasi pasien.
09
Pengaruh stigma dalam
kehidupan bermasyarakat

 Malu terhadap kelainan yang dideritanya


 Masyarakat takut terhadap penderita
 Penderita dikucilkan dari lingkungan sosialnya
 Menunda pengobatan
 Memperberat penderitaan
 Memperlambat proses penyembuhan
 Menghambat kembalinya penderita ke masyarakat
 Merahasiakan keadaan penderita yang sebenarnya
 Menganggap sebagai aib atau noda keluarga
 Memacu untuk berpikir irasional
 Meningkatkan relaps (kekambuhan)
 Meningkatkan gelandangan psikotik
 Secara ekonomi sangat merugikan keluarga.(Soewadi,1997)
10
Stigma Menimbulkan
Perspektif Salah

 Kelainan / cacat itu selalu diturunkan.


 Gangguan jiwa selalu dianggap gila.
 Kelainan / cacat itu tak dapat disembuhkan.
 Menurunkan harga diri dan wibawa.
 Selalu merupakan cacat seumur hidup.
 Merupakan faktor penghambat untuk membentuk keluarga
(perkawinan).
 Gangguan jiwa dianggap sangat membahayakan sehingga
harus dipasung/dirantai/disekap.
 Kelainan yang diderita bukan penyakit tetapi akibat
diganggu oleh kekuatan jahat (roh, setan, jin) (Soewadi,
1997)
11
Terjadi pembesaran tungkai di bawah lutut sampai kaki,
kadang-kadang di bawah siku, tangan, kantong buah
zakar, payudara, dan alat kelamin, yang lama kelamaan
menjadi cacat permanen 12
Stigma terhadap Filariasis
Terjadi karena faktor magic/ilmu hitam “Suanggi”
Terjadi karena kutukan
Penyakit menular dan berbahaya
Terjadi hal gaib akibat manusia yang dengki
(Lakollo, 2003; Saniambara, 2004; Corsel, 2003)

Penularan
Berkait dengan sosial budaya: tingkat pengetahuan, kepercayaan,
sikap dan kebiasaan masyarakat (Suyoko, 2002)

Peran Penting Promosi Kesehatan


Mengubah perilaku masyarakat melalui media-media tertentu
tentang perilaku penggunaan kelambu, kasa ventilasi,
pemakaian baju lengan panjang 13
Konsep Dasar Medis
Tentang Vitiligo

Vitiligo merupakan penyakit kulit yang mestinya bukan


merupakan salah satu penyakit yang menular namun
masyarakat mengganggap penyakit ini menular.
Vitiligo merupakan kelainan pigmentasi yang relative sering
ditemukan di Indonesia. Dapat mengenai semua umur,
penyebabnya sampai saat ini masih belum pasti, diantaranya
autoimun, autositotoksik, dan genetic. Kelianan ditandai
dengan macula ukuran milier sampai plakat dengan batas yang
tegas.
14
Michael Jackson
muda dengan vitiligo

15
Anak Michael
Jackson, memiliki
vitiligo di ketiak

16
17
18
Stigma Masyarakat
terhadap penyakit kulit Vitiligo

Kondisi seorang pasien yang mengidap penyakit kulit yang


sebenarnya bukan merupakan penyakit menular, namun
masyarakat sekitar tempat tinggalnya menilai bahwa
penyakit tersebut sangat menular, sehingga menyebabkan
penderita dikucilkan dan dijauhi oleh masyarakat.
Santai ajaa……

19
Pioderma merupakan penyakit kulit yang sering dijumpai,
yang berhubungan erat dengan keadaan sosial- ekonomi,
personal hygiene dan kebersihan lingkungan tempat tinggal.
Pioderma merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh
infeksi bakteri-bakteri piogen (penghasil pus/nanah).
Biasanya bakterinya adalah golongan kuman-kuman gram
positif, yaitu Staphylococcus dan Streptococcus akan tetapi
bisa juga disebabkan oleh kuman-kuman gram negative
misalnya: Pseudomonas aeruginosa, Proteus Vulgaris,
Proteus Mirabilis, Escherichia Coli, dan Klebsiella

20
FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor perdisposisi munculnya pioderma, antara lain:
1. Higiene yang kurang
Buruknya kebersihan diri bisa disebabkan oleh kebiasaan
hidup yang tidak higienis, misalnya pada anak atau karena
pekerjaan atau karena situasi lingkungan yang kumuh
2. Menurunnya daya tahan tubuh
Rendahnya system immune tubuh, seperti pada penyakit
DM, anemia, keganasan, penyakit kronis, dan pada terapi
immunosupressan
3. Telah ada penyakit kulit yang lain atau trauma kulit,
misalnya karena garukan
Karena terjadi kerusakan di epidermis, maka fungsi kulit
akan terganggu sehingga memudahkan terjadinya infeksi
21
STIGMA MASYARAKAT

Masyarakat menganggap penyakit pioderma yang diderita pasien ada


hubungannya dengan “pesugihan” atau dengan kata lain penderita
dianggap memelihara thuyul untuk memperoleh kekayaan, dengan
alasan:

 Penyakit tersebut dianggap aneh/tidak lazim bentuk dan


manifestasinya yaitu timbul seperti “tembong” (bahasa jawa) atau
seperti tahi lalat/toh yang berwarna merah dan hitam.
 Penyakit tersebut muncul secara mendadak dan mengenai sluruh
tubuh.
 Tembong-tembong tersebut cepat meluas dan membesar dalam
hitungan hari (kurang dari 1 minggu).
 Adanya bau tidak enak yang menyengat dari tubuh si pasien.

22
Perlakuan masyarakat sekitar dan keluarga
terhadap pasien
 Tetangga tidak ada yang mau menengok/bezuk ke rumahnya karena
takut dengan anggapan adanya “thuyul” di rumahnya dan takut
tertular penyakitnya.
Pasien tersebut hanya dirawat oleh ibu kandungnya saja.
 Suaminya juga tidak mau merawat karena merasa tidak mau ikut
menanggung dosanya dan kutukannya dan bahkan hendak
menceraikan isterinya tersebut.
 Pasien dan ibunya jadi jarang keluar rumah karena merasa tidak berani
menanggung tatapan sinis dari tetangganya.
 Ketika sakitnya semakin parah, ibunya merasa tidak sanggup lagi
merawatnya sendiri sehingga ibunya membawa pasien ke rumah sakit.
Selama hampir 1,5 bulan dirawat di rumah sakit, tetangga dan sanak
saudara tidak ada yang menengok si pasien, suaminya hanya 2-3 kali
menengok, hanya si ibu yang setia menemaninya setiap hari.

23
24
25
PENGOBATAN
TRADISIONAL
PENYAKIT KULIT

26
Persepsi tentang Epilepsi
 Merupakan penyakit keturunan.
 Merupakan yang tidak dapat disembuhkan.
 Karena guna-guna/kemasukan roh halus.
 Menjijikkan dan menular.

Penanganan
 Disembunyikan oleh keluarga.
 Diobatkan ke dukun pengusir roh halus.

27
28
Stigma Epilepsi

- Dalam kisah kitab Injil Bab St Mark’s Gospel:


epilespi terjadi karena kemasukan roh jahat.
- Para penderita bangsa Latin: epilepsi terjadi
karena pengaruh roh jahat dan epilepsi dikatakan
bisu yang kotor dan jiwa yang tuli.
- Epilepsi disebabkan kemarahan Tuhan yang
ditimpakan pada seseorang karena berbuat jahat.
- Dikucilkan karena najis, mengotori gereja,
menular lewat ludah, gelas, piring.
- Dikucilkan karena disebut “nafas kotor” dan
menular (ILAE, 2003)

29
Pada bayi biasanya dipengaruhi oleh kadar oksigen yang
kurang dalam otak atau istilah kedokterannya adalah hipoksia,
baik karena panas tinggi atau yang lain.
Faktor genetik/turunan (meski relatif kecil antara 5-10 persen).
Kelainan pada menjelang-sesudah persalinan, cedera kepala,
radang selaput otak, tumor otak, kelainan pembuluh darah
otak.
Adanya genangan darah/nanah di otak, atau pernah mengalami
operasi otak. Selain itu, setiap penyakit atau kelainan yang
mengganggu fungsi otak dapat pula menyebabkan kejang.
Akibat trauma lahir, trauma kepala, cacat bawaan.
30
Penilaian terhadap Penderita Epilepsi
 Responden penelitian Sidiarto (1994) menyatakan: Epilepsi karena
keturunan (33,5%); tidak yakin bisa sekolah dengan baik (88%); tidak
yakin bisa bekerja dengan baik (78,5%).
 Penelitian Al Adawi (2000): Petugas kesehatan memberikan penilaian
negatif terhadap penderita epilepsi, terutama dihubungkan dengan
masalah kognitif dan perilaku.

Peran penting Promosi Kesehatan


Menurunkan stigma dengan memberikan penerangan dan penyampaian
pengetahuan melalui lokakarya, media massa cetak, TV, Radio
31
Pengobatan dilakukan dengan cara
memukulkan bagian belakang parang si dukun
yang dipercaya sakti pada bagian-bagian
persendian si penderita mulai dari kaki hingga
leher penderita secara berulang-ulang dan
perlahan-lahan sambil membacakan mantra

32
PENGERTIAN
Kusta adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
leprae. (Kapita Selekta Kedokteran, 2000).
Kusta adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae, pertama
menyerang saraf tepi, selanjutnya dapat menyerang kulit, mukosa mulut,
saluran nafas bagian atas, sistem retikuloendoteal, mata, otot, tulang dan
testis, kecuali susunan saraf pusat.
(Penyakit Kulit yang Umum di Indonesia, Dit.Jen PPM&PL, 2002)

ETIOLOGI
M.Leprae merupakan basil tahan asam (BTA), bersifat obligant
intraseluler, menyerang saraf tepi, kulit, dan organ lain seperti mukosa
saluran napas bagian atas, hati, dan sumsum tulang belakang kecualai
susunan saraf pusat. Masa membelah diri M.Leprae 12-21 hari dan masa
tunasnya antara 40 hari – 40 tahun
33
PANDANGAN MASYARAKAT
TENTANG KUSTA

Disebabkan kutukan Tuhan


Merupakan aib dalam keluarga
Merupakan penyakit kasta rendahan

Penanganan:
- Pengobatan ke dukun

Stigmanya:
- Di buang ke hutan
- Dikucilkan
34
PENYAKIT KUSTA DALAM BUDAYA
MASYARAKAT NTT
Nama “Penyakit Kusta” dalam berbagai bahasa daerah di Provinsi NTT:
 Kaijulapu atau men Bune (bahasa Dawan / Timor).
 Kwerit /Lepra (bahasa Lembata / Flores Timur).
 Katombu (bahasa Sumba Timur).

Pandangan Masyarakat awam terhadap penyakit kusta:


• Penyakit kusta dianggap masyarakat sebagai penyakit turunan.
• Penyakit kusta dianggap masyarakat sebagai penyakit kutukan nenek moyang.
• Penyakit kusta juga dianggap sebagai penyakit yang menjijikkan.
• Penyakit kusta dianggap sebagai penyakit akibat melanggar adat.

Stigma terhadap penderita Kusta dalam masyarakat NTT:


• Penderita diasingkan dengan menempatkan penderita jauh dari lingkungan
masyarakat misalnya tinggal seorang diri dikebun
• Penderita boleh tinggal di tengah masyarakat tetapi tidak boleh saling
mengunjungi dengan tetangga
35
Pandangan kesehatan terhadap penderita kusta:
 Penyakit kusta bukan penyakit kutukan, turunan tetapi termasuk jenis
penyakit menular.
 Penyakit kusta berpindah dari penderita ke orang lain tetapi dalam
waktu yang cukup lama (selama berbulan-bulan bahkan bertahun
tergantung daya tahan tubuh seseorang).

Kelompok yang memiliki risiko tinggi terhadap penyakit kusta


Kelompok beresiko tinggi terhadap penyakit kusta adalah masyarakat yang rata-
rata tinggal di daerah pedesaan, lebih khusus adalah:
 Yang tinggal sehari-hari bersama penderita kusta dalam waktu cukup lama.
 Mereka yang tinggal di lingkungan yang kurang bersih.
 Mereka yang ekonomi rata-rata di bawah garis kemiskinan yang kurang
terjamin kebersihan diri dan lingkungan.
 Mereka yang memiliki daya tahan rendah terhadap kuman kusta
(Micobacterium Leprae).
 Mereka yang tinggal di daerah sulit dijangkau baik oleh tenaga kesehatan
maupun sarana kesehatan.
36
Promosi Kesehatan yang Dilakukan Dalam
Upaya Penurunan Stigma Masyarakat
Terhadap Penderita Kusta
Secara terus menerus menyadarkan masyarakat melalui penyuluhan-
penyuluhan, bahwa:
 Penyakit kusta bukan penyakit kutukan/turunan tetapi penyakit menular yang
berpindah dari seseorang ke orang lain.
 Penyakit kusta disebabkan kurang terjamin kebersihan diri dan lingkungan.
 Penyakit kusta dapat terjadi akibat terlambat memeriksakan diri ke tenaga
kesehatan atau tempat pelayanan kesehatan.
 Kuman penyakit kusta dalam tubuh dapat dibunuh dengan minum obat secara
teratur.
 Bagi yang cacat akibat kusta dapat dibatasi tingkat kecacatan dengan rajin
minum obat tetapi tidak dapat menyembuhkan kecacatannya dengan minum
obat anti kusta.
37
Keterangan gambar:
Seorang penderita kusta yang sedang
dalam therapy Kusta pada salah satu
Rumah Sakit di Nusa Tenggara Timur
yang mengalami allergi atau efek samping
dari therapy penyakit kusta.
38
Tampak jelas tanda kusta:
Hidung pelana, bercak hampir seluruh tubuh dengan
mati rasa dan tidak berkeringat kecuali pada leher
(tampak mengkilap adalah keringat dan daerah
tersebut masih terasa dengan test raba). 39
Daerah dengan bercak tegas kemerahan dan warna
agak putih justru merupakan kulit yang masih
normal (dengan rangsang raba terasa dan berkeringat
40
Perawat memegangi tangan
penderita yang sudah
kontraktur dan mati rasa,
supaya masyarakat tidak
takut untuk bergaul dengan
penderita.
41
 Stigma terhadap penderita kusta
memberikan sumbangan terbesar
Walaaah…,
terjadinya depresi pada penderita depresi, aku!!
(Yenny, 2007).
 Stigma sosial berhubungan
dengan ketidak-taatan penderita
kusta berobat ke RS.
 Dukungan sosial keluarga mem-
punyai hubungan dengan ketaat-
an berobat ke RS (Murwanti,
2009).

42
44
a. Retardasi mental adalah keterbatasan dalam kecerdasan yang
menganggu adaptasi normal terhadap lingkungan, dimanifestasikan
dengan perkembangan abnormal dan berkaitan dengan kesukaran
belajar dan adaptasi sosial, (Sacharin, 1994).

b. (AAMR) American Association on Mental Reterdation.


"Kelemahan/ ketidakmampuan kognitif muncul pada masa kanak-
kanak (sebelum 18 tahun) ditandai dengan fungsi kecerdasan dibawah
normal (IQ 70 – 75 atau kurang) dan disertai keterbatasan lain pada
sedikitnya dua area berikut: berbicara dan berbahasa; keterampilan :
merawat diri, ADL; keterampilan sosial penggunaan sarana
masyarakat; kesehatan dan keamanan; akademik fungsional; bekerja
dan rileks, dll.
45
2. . KIasifikasi menurut PAGE:
a. Idiot : (IQ dibawah 20, umur mental di bawah 3 tahun)
b. Imbisil : (IQ antara 20 - 50, umur mental 3 - 7, 5 tahun).
c. Maron : (IQ 50 - 70, umur mental 7 ,5 - 10,5 tahun).

3. Etiologi
a. Organik.
1) Faktor prekonsep.: Kelainan kromosom (tnsomi 21/ Down syndrom)
2) Faktor Prenatal: Kelainan pertumbuhan otak selama kehamilan
(infeksi zat teratatogenik dan toxin, disfungsi plasenta).
3) Faktor perinatal: Prematuritas, perdarahan intrakranial, asfiksia
neonatorum, dll.
4) Masa Pasca natal: Infeksi paskanatal oleh virus dan bakteri,
keracunan oleh bahan seperti timah dan cedera kepala berat,
malnutrisi merupakan efek utama/
b. Non organik
1) Kemiskinan dan keluarga tidak harmonis.
2) Sosial kultural.
3) Interaksi anak kurang.
4) Penelentaraan anak .
5) Faktor lain, pengaruh lingkungan dan kelainan mental lain.
46
a. Gangguan kognitif.
b. Lambatnya keterampilan dan bahasa
c. Gagal melewati tahap perkembangan utama.
d. Kemungkinan lambatnya pertumbuhan.
e. Kemungkinan tonus otot abnormal.
f. Terlambatnya perkembangan motorik halus
dan kasar.

47
Stigma Retardasi Mental
dan Cacat Fisik
 Dimasukkan untuk mencari pesugihan.
 Kutukan Tuhan karena kesaalahan nenek
moyang, orang tua, keluarga.
 Merupakan aib dalam masyarakat.
 Dijauhi oleh saudara dan tetangga.

1+1 = ? Sebelas ! Dia idiot ? Itu namanya


genius..!

48
Keluarga Pak S (cacat fisik) dan anaknya cacat mental
49
PPDGJ III (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di
Indonesia III) menempatkan schizophrenia pada kode F20.
Schizophrenia termasuk dalarn kelompok psikosis fungsional. Psikosis
fungsional merupakan penyakit mental secara fungsionaL yang non
organis sifatnya, hingga terjadi kepecahan kepribadian yang ditandai
oleh desintegrasi kepribadian dan maladjustment sosial yang berat,
tidak marnpu mengadakan hubungan sosial dengan dunia luar,
bahkan sering terputus sama sekali dengan realitas hidup; lalu menjadi
ketidakmampuan secara sosial.
Etiologi
1. Keturunan
2. Endokrin
3. Hiper Neurotransmiter

50
Tentang stigma pada penderita gangguan jiwa yang ada di masyarakat
Desa Manik Saribu Kabupaten Simalungun adalah:
1. Adanya stigma masyarakat bahwa gangguan kejiwaan itu merupakan
suatu kutukan (pembawa sial) sebingga bagi keluarga yang memiliki
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa perlu diungsikan
sebab ada anggapan di masyarakat menimbulkan dampak tertentu
misalnya gagal panen di desa tersebut
2. Adanya kecenderungan keluarga memiliki rasa malu tersingkir dari
masyarakat bila ada salah satu anggota keluarganya mengalami
gangguan jiwa sebingga memilih untuk mengurungnya atau
mengucilkannya dari masyarakat.
3. Adanya anggapan di masyarakat batak bahwa gangguan jiwa
merupakan kutukan dari leluhur akibat keluarga tidak mentaati ajaran
nenek moyang

51
Pasien Gangguan Jiwa di Klaten

"PO" Sering berontak bila duduk dan dirantai dikursi, ingin


berjalan-jalan tak ada tujuan.
Pada kenyataannya si Tentrem atau PO adalah satu contoh pengucilan
masyarakat terhadap penderita skizofrenia, sampai ia harus dirantai
tangannya dan adiknya belum berkeluarga padahal usianya sudah lebih
dari cukup ini dikarenakan mempunyai saudara yang skizofrenia.
52
Kasus Gangguan Jiwa di Cirebon
Untuk saat ini Tn. P ditempatkan di sebuah ruangan berukuran kira-kira 1
meter x 2 m dengan model panggung, beralas papan, dengan dinding dari
bambu, di sudut dapur, bergabung dengan rumah utama, dan tidak dipasung,
hanya saja pintu ruangan tersebut selalu terantai atau terkunci.

Setiap kegiatan dilakukan Tn. P di


tempat tersebut, dari makan, tidur
maupun buang air. Saat dipasung Tn.
P masih mau memakai baju, tetapi
akhir-akhir ini Tn. P tidak mau
mamakai baju dan masih sulit untuk
diajak berkomunikasi, lebih suka
diam, meringkuk di sudut kamarnya,
acuh terhadap lingkungan sekitar,
dan terkadang terlihat komat-kamit
seperti sedang berbicara.

53
Gudang tua yang ditempati Sdr W
54
55
Nn. H dikamar tempat pengurunangan di Kabupaten Bangka Tengah
Propinsi Bangka Belitung

56
Tingginya stigma pada anak ADHD menyebabkan
depresi pada ibunya.
Bentuk stigma :
 Karena perbuatan ibu masa lalu yang tidak benar.
 Karena kutukan Allah.
 Karena membuat malu keluarga.
 Karena manfaat masa depan suram.

57
1. Pendidikan terus menerus terhadap masyarakat melalui
berbagai media .
2. Pemanfaatan media massa.
3. Pembaharuan peraturan perundangan dan kebijakan
(kebijakan yang berkaitan dengan gangguan jiwa menjadi
lebih berpihak dan menjadi pelindung bagi penderita
gangguan jiwa (PKBTK, 2006)).
4. Kerjasama dengan lembaga non pemerintah.
5. Peningkatan pelayanan kesehatan jiwa:
a. Pengembangan SDM di bidang kesehatan jiwa.
b. Pelayanan kesehatan jiwa di Pelayanan kesehatan
Daerah.
58
c. Ketersediaan obat psikotropika di berbagai tingkat
pelayanan.
d. Mendorong inovasi baru dalam penanganan gangguan
jiwa terlayani secara holistik.
e. Mendorong peran serta masyarakat dan keluarga.
f. Perawatan kesehatan jiwa di masyarakat.
g. Kerjasama antar sektor (pendidikan,hukum, tenaga
kerja, agama).
h. Pemantauan pelayanan kesehatan jiwa di masyarakat.
i. Mendorong pelaksanaan etika kedokteran.
j. Penelitian tentang kesehatan jiwa di bidang biologi,
psikososial, budaya, agama terkait penyebab dan
penatalaksanaannya.

(PKBTK /Pusat Kajian Bencana dan Tindakan Kekerasan,2006)


59

Anda mungkin juga menyukai