03
Fenomena gangguan atau kelainan sukar dikenal sebagai suatu
penyakit.
Sulit didapat dasar fisiknya.
Adanya takhayul yang kuat di masyarakat.
Ketakutan masyarakat terhadap ketidakjelasan gangguan atau
kelainan yang diderita.
Banyak gangguan yang menahun.
Banyaknya informasi yang sampai ke masyarakat (kadang berbeda-
beda).
(Soewadi, 1997)
04
STIGMA DIBEDAKAN MENJADI 2 :
05
STIGMA PADA KELUARGA PENDERITA
1. Beban Obyektif, adalah berbagai beban dan hambatan yang
dijumpai dalam kehidupan suatu keluarga yang berkaitan
dengan perawatan, misal biaya finansial, hambatan aktivitas,
waktu tersita, gangguan kehidupan rumah tangga, isolasi sosial,
diskriminasi, pengucilan bagi keluarga penderita.
2. Beban subyektif, distres emosional yang dialami anggota
keluarga yang berkaitan dengan tugas merawat misal: perasaan
sedih, cemas, tertekan, frustasi akan masa depan penderita
(PKBTK,2006)
Keluarga merupakan pendukung utama dalam proses ketaatan
pengobatan dan proses penyembuhan (Charbonneau,2007)
06
STIGMA PADA PENDERITA/DIRI SENDIRI
STIGMA MASYARAKAT STIGMA PADA DIRI SENDIRI
Prasangka Negatif: Prasangka Negatif:
Anggapan negatif orang lain Anggapan negatif terhadap diri
bahwa seseorang dianggap sendiri karena dianggap dirinya
inkompeten dan mempunyai
berbahaya, inkompeten dan
karakter yang lemah.
mempunyai karakter yang
lemah.
Emosi yang ditimbulkan: Emosi yang ditimbulkan:
Marah dan takut. Merasa tidak percaya diri atau
menganggap dirinya tidak
mampu.
Diskriminasi yang terjadi: Diskriminasi yang terjadi:
Ditolak dalam pekerjaan dan Gagal melanjutkan pekerjaan
untuk kembali ke lingkung- dan program pengobatan.
annya. 07
STIGMA PADA KALANGAN PRAKTISI MEDIS
Sebagai Pelaku Stigma:
- Kurang memperhatikan hak azasi penderita (gangguan
jiwa,HIV/AIDS, Kusta, Kulit & Kelamin, Epilepsi)
- Kurangnya SDM yang menguasai tentang pelayanan
gangguan kesehatan yang mendapat stigma.
Menjadi korban dari stigma:
- Merendahkan praktisi medis di bagian kedokteran jiwa
(Charbonneau,2007)
- Dep. Psikiatri sering mendapatkan perlakuan yang
kurang optimal di lingkungan RS. Umum. (PKBTK,
2006)
- Dep. Psikiatri biasanya selalu disudut yang hampir
tidak terlihat & jarang direnovasi. (PKBTK,2006)
08
STIGMA PADA MEDIA MASA
Media masa merupakan alat pembentuk opini masyarakat
yang ampuh,mampu menggiring masyarakat ke arah opini
yang benar atau salah ke opini yang keliru mengakibatkan:
• Menimbulkan diskriminasi dan prasangka buruk pada
penderita.
• Kesulitan mencari pekerjaan,dikeluarkan dari lingkungan
kerja.
• Memperparah penderitaannya.
• Memperberat kembali ke masyarakat.
• Mengisolasi diri,keinginan bunuh diri.(Gray,2001)
Dampak pada keluarga dan lingkungan:
Tidak mau menerima/menolak walaupun sudah sembuh.
Mengisolasi pasien.
09
Pengaruh stigma dalam
kehidupan bermasyarakat
Penularan
Berkait dengan sosial budaya: tingkat pengetahuan, kepercayaan,
sikap dan kebiasaan masyarakat (Suyoko, 2002)
15
Anak Michael
Jackson, memiliki
vitiligo di ketiak
16
17
18
Stigma Masyarakat
terhadap penyakit kulit Vitiligo
19
Pioderma merupakan penyakit kulit yang sering dijumpai,
yang berhubungan erat dengan keadaan sosial- ekonomi,
personal hygiene dan kebersihan lingkungan tempat tinggal.
Pioderma merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh
infeksi bakteri-bakteri piogen (penghasil pus/nanah).
Biasanya bakterinya adalah golongan kuman-kuman gram
positif, yaitu Staphylococcus dan Streptococcus akan tetapi
bisa juga disebabkan oleh kuman-kuman gram negative
misalnya: Pseudomonas aeruginosa, Proteus Vulgaris,
Proteus Mirabilis, Escherichia Coli, dan Klebsiella
20
FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor perdisposisi munculnya pioderma, antara lain:
1. Higiene yang kurang
Buruknya kebersihan diri bisa disebabkan oleh kebiasaan
hidup yang tidak higienis, misalnya pada anak atau karena
pekerjaan atau karena situasi lingkungan yang kumuh
2. Menurunnya daya tahan tubuh
Rendahnya system immune tubuh, seperti pada penyakit
DM, anemia, keganasan, penyakit kronis, dan pada terapi
immunosupressan
3. Telah ada penyakit kulit yang lain atau trauma kulit,
misalnya karena garukan
Karena terjadi kerusakan di epidermis, maka fungsi kulit
akan terganggu sehingga memudahkan terjadinya infeksi
21
STIGMA MASYARAKAT
22
Perlakuan masyarakat sekitar dan keluarga
terhadap pasien
Tetangga tidak ada yang mau menengok/bezuk ke rumahnya karena
takut dengan anggapan adanya “thuyul” di rumahnya dan takut
tertular penyakitnya.
Pasien tersebut hanya dirawat oleh ibu kandungnya saja.
Suaminya juga tidak mau merawat karena merasa tidak mau ikut
menanggung dosanya dan kutukannya dan bahkan hendak
menceraikan isterinya tersebut.
Pasien dan ibunya jadi jarang keluar rumah karena merasa tidak berani
menanggung tatapan sinis dari tetangganya.
Ketika sakitnya semakin parah, ibunya merasa tidak sanggup lagi
merawatnya sendiri sehingga ibunya membawa pasien ke rumah sakit.
Selama hampir 1,5 bulan dirawat di rumah sakit, tetangga dan sanak
saudara tidak ada yang menengok si pasien, suaminya hanya 2-3 kali
menengok, hanya si ibu yang setia menemaninya setiap hari.
23
24
25
PENGOBATAN
TRADISIONAL
PENYAKIT KULIT
26
Persepsi tentang Epilepsi
Merupakan penyakit keturunan.
Merupakan yang tidak dapat disembuhkan.
Karena guna-guna/kemasukan roh halus.
Menjijikkan dan menular.
Penanganan
Disembunyikan oleh keluarga.
Diobatkan ke dukun pengusir roh halus.
27
28
Stigma Epilepsi
29
Pada bayi biasanya dipengaruhi oleh kadar oksigen yang
kurang dalam otak atau istilah kedokterannya adalah hipoksia,
baik karena panas tinggi atau yang lain.
Faktor genetik/turunan (meski relatif kecil antara 5-10 persen).
Kelainan pada menjelang-sesudah persalinan, cedera kepala,
radang selaput otak, tumor otak, kelainan pembuluh darah
otak.
Adanya genangan darah/nanah di otak, atau pernah mengalami
operasi otak. Selain itu, setiap penyakit atau kelainan yang
mengganggu fungsi otak dapat pula menyebabkan kejang.
Akibat trauma lahir, trauma kepala, cacat bawaan.
30
Penilaian terhadap Penderita Epilepsi
Responden penelitian Sidiarto (1994) menyatakan: Epilepsi karena
keturunan (33,5%); tidak yakin bisa sekolah dengan baik (88%); tidak
yakin bisa bekerja dengan baik (78,5%).
Penelitian Al Adawi (2000): Petugas kesehatan memberikan penilaian
negatif terhadap penderita epilepsi, terutama dihubungkan dengan
masalah kognitif dan perilaku.
32
PENGERTIAN
Kusta adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
leprae. (Kapita Selekta Kedokteran, 2000).
Kusta adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae, pertama
menyerang saraf tepi, selanjutnya dapat menyerang kulit, mukosa mulut,
saluran nafas bagian atas, sistem retikuloendoteal, mata, otot, tulang dan
testis, kecuali susunan saraf pusat.
(Penyakit Kulit yang Umum di Indonesia, Dit.Jen PPM&PL, 2002)
ETIOLOGI
M.Leprae merupakan basil tahan asam (BTA), bersifat obligant
intraseluler, menyerang saraf tepi, kulit, dan organ lain seperti mukosa
saluran napas bagian atas, hati, dan sumsum tulang belakang kecualai
susunan saraf pusat. Masa membelah diri M.Leprae 12-21 hari dan masa
tunasnya antara 40 hari – 40 tahun
33
PANDANGAN MASYARAKAT
TENTANG KUSTA
Penanganan:
- Pengobatan ke dukun
Stigmanya:
- Di buang ke hutan
- Dikucilkan
34
PENYAKIT KUSTA DALAM BUDAYA
MASYARAKAT NTT
Nama “Penyakit Kusta” dalam berbagai bahasa daerah di Provinsi NTT:
Kaijulapu atau men Bune (bahasa Dawan / Timor).
Kwerit /Lepra (bahasa Lembata / Flores Timur).
Katombu (bahasa Sumba Timur).
42
44
a. Retardasi mental adalah keterbatasan dalam kecerdasan yang
menganggu adaptasi normal terhadap lingkungan, dimanifestasikan
dengan perkembangan abnormal dan berkaitan dengan kesukaran
belajar dan adaptasi sosial, (Sacharin, 1994).
3. Etiologi
a. Organik.
1) Faktor prekonsep.: Kelainan kromosom (tnsomi 21/ Down syndrom)
2) Faktor Prenatal: Kelainan pertumbuhan otak selama kehamilan
(infeksi zat teratatogenik dan toxin, disfungsi plasenta).
3) Faktor perinatal: Prematuritas, perdarahan intrakranial, asfiksia
neonatorum, dll.
4) Masa Pasca natal: Infeksi paskanatal oleh virus dan bakteri,
keracunan oleh bahan seperti timah dan cedera kepala berat,
malnutrisi merupakan efek utama/
b. Non organik
1) Kemiskinan dan keluarga tidak harmonis.
2) Sosial kultural.
3) Interaksi anak kurang.
4) Penelentaraan anak .
5) Faktor lain, pengaruh lingkungan dan kelainan mental lain.
46
a. Gangguan kognitif.
b. Lambatnya keterampilan dan bahasa
c. Gagal melewati tahap perkembangan utama.
d. Kemungkinan lambatnya pertumbuhan.
e. Kemungkinan tonus otot abnormal.
f. Terlambatnya perkembangan motorik halus
dan kasar.
47
Stigma Retardasi Mental
dan Cacat Fisik
Dimasukkan untuk mencari pesugihan.
Kutukan Tuhan karena kesaalahan nenek
moyang, orang tua, keluarga.
Merupakan aib dalam masyarakat.
Dijauhi oleh saudara dan tetangga.
48
Keluarga Pak S (cacat fisik) dan anaknya cacat mental
49
PPDGJ III (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di
Indonesia III) menempatkan schizophrenia pada kode F20.
Schizophrenia termasuk dalarn kelompok psikosis fungsional. Psikosis
fungsional merupakan penyakit mental secara fungsionaL yang non
organis sifatnya, hingga terjadi kepecahan kepribadian yang ditandai
oleh desintegrasi kepribadian dan maladjustment sosial yang berat,
tidak marnpu mengadakan hubungan sosial dengan dunia luar,
bahkan sering terputus sama sekali dengan realitas hidup; lalu menjadi
ketidakmampuan secara sosial.
Etiologi
1. Keturunan
2. Endokrin
3. Hiper Neurotransmiter
50
Tentang stigma pada penderita gangguan jiwa yang ada di masyarakat
Desa Manik Saribu Kabupaten Simalungun adalah:
1. Adanya stigma masyarakat bahwa gangguan kejiwaan itu merupakan
suatu kutukan (pembawa sial) sebingga bagi keluarga yang memiliki
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa perlu diungsikan
sebab ada anggapan di masyarakat menimbulkan dampak tertentu
misalnya gagal panen di desa tersebut
2. Adanya kecenderungan keluarga memiliki rasa malu tersingkir dari
masyarakat bila ada salah satu anggota keluarganya mengalami
gangguan jiwa sebingga memilih untuk mengurungnya atau
mengucilkannya dari masyarakat.
3. Adanya anggapan di masyarakat batak bahwa gangguan jiwa
merupakan kutukan dari leluhur akibat keluarga tidak mentaati ajaran
nenek moyang
51
Pasien Gangguan Jiwa di Klaten
53
Gudang tua yang ditempati Sdr W
54
55
Nn. H dikamar tempat pengurunangan di Kabupaten Bangka Tengah
Propinsi Bangka Belitung
56
Tingginya stigma pada anak ADHD menyebabkan
depresi pada ibunya.
Bentuk stigma :
Karena perbuatan ibu masa lalu yang tidak benar.
Karena kutukan Allah.
Karena membuat malu keluarga.
Karena manfaat masa depan suram.
57
1. Pendidikan terus menerus terhadap masyarakat melalui
berbagai media .
2. Pemanfaatan media massa.
3. Pembaharuan peraturan perundangan dan kebijakan
(kebijakan yang berkaitan dengan gangguan jiwa menjadi
lebih berpihak dan menjadi pelindung bagi penderita
gangguan jiwa (PKBTK, 2006)).
4. Kerjasama dengan lembaga non pemerintah.
5. Peningkatan pelayanan kesehatan jiwa:
a. Pengembangan SDM di bidang kesehatan jiwa.
b. Pelayanan kesehatan jiwa di Pelayanan kesehatan
Daerah.
58
c. Ketersediaan obat psikotropika di berbagai tingkat
pelayanan.
d. Mendorong inovasi baru dalam penanganan gangguan
jiwa terlayani secara holistik.
e. Mendorong peran serta masyarakat dan keluarga.
f. Perawatan kesehatan jiwa di masyarakat.
g. Kerjasama antar sektor (pendidikan,hukum, tenaga
kerja, agama).
h. Pemantauan pelayanan kesehatan jiwa di masyarakat.
i. Mendorong pelaksanaan etika kedokteran.
j. Penelitian tentang kesehatan jiwa di bidang biologi,
psikososial, budaya, agama terkait penyebab dan
penatalaksanaannya.