Anda di halaman 1dari 22

Dian aprillia P.

S (160710101195)
Dinda nur al fiyah (160710101200)
Mimi khoirul amalia(160710101240)
Dimas rizqi afnan al fiqry(160710101260)
Khansa salsabiilla adinda(160710101264)
Moh. Bagus affandi (160710101266)
Andry bhakti perdana(160710101267)
Muh. Zainul abidin (160710101271)
Moch. Chalit anindya(160710101274)
Dea helmi septianto(160710101276)
Aminudin rais A.B.H(160710101277)
Akhmad hidayat (160710101280)
Yudistira adi widia (160710101302)
 Perikatan : hukum yang mengatur hubungan
antara dua pihak, dapat menimbulkan suatu
hak dan kewajiban, dan salah satu pihak
berhak menuntut dan satu pihak yang lain
memenuhi tuntutan tersebut.
 Beberapa pengertian perikatan menurut para
ahli :
1. Prof. Soediman Kartohadiprojo
2. Prof. Subekti, SH
3. Abdulkadir Muhammad, SH
 Perikatan lahir karena persetujuan atau UU,
 Persetujuan dapat di tarik jika kedua belah
pihak setuju dengan hal itu.
 Perjanjian :suatu peristiwa dimana
seorang berjanji kepada seorang
lainnyaatau dimana dua orang itu,
berjanji akan melakukan sesuatu hal.
 Perjanjian di atur di dalam buku III
KUHPerdata
 Contoh perjanjian yaitu perjanjian jual
beli, perjanjian sewa menyewa, dan
perjanjian pinjam meminjam
 Hapusnya suatu perikatan ataupun perjanjian itu
di anggap telah berakhir
 Menurut pasal 1381 KUHPerdata terdapat 10
cara untuk dikatakan perikatan telah terhapus
1. Pembayaran (Pasal 1382-1403 KUHPerdata)
2. Penawaran Pembayaran Tunai Diikuti Dengan
Penyimpanan/Konsinyasi(Pasal 1404-14012).
3. Novasi/Pembaharuan Utang (Pasal 1425-
1435kuhperdata)
4. Penjumpaan Barang/Kompensasi (Pasal 1425-
1435 Kuhperdata)
5. Konfisio/Percampuran Utang (Pasal 1436-1437
Kuhperdata
6. Pembebasan Utang (Pasal 1438-1443
Kuhperdata)
7. Musnahnya Barang Terutang (Pasal 1444-1445
Kuhperdata)
8. Kebatalan Dan Pembatalan Perjanjian (Pasal
1446-1456 Kuhperdata)
9. Berlakunya Syarat Batal (Pasal 1265
Kuhperdata)
10. Lewatnya Waktu/Daluwarsa (Pasal 1946-1993
Bab VII Buku IV Kuhperdata)
 Syarat sah perjanjian tercantum di dalam pasal
1320 KUHPerdata, dan didalamnya terdapat 4
syarat sahnya perjanjian, antara lain :
1. Adanya Kesepakatan Kehendak (Consensus,
Agreement) = perjanjian sah jika tidak
terdapat paksaan, penipuan,
kesilapan/kesalahpahaman
2. Kecakapan Berbuat Menurut Hukum
(Capacity) = sudah mengetahui dan di anggap
telah cukup umur dan tau hukum
3. Obyek / Perihal tertentu = objek yang
menjadi perjanjian haruslah jelas objeknya
4. Kausa yang diperbolehkan / halal / legal =
 Bentuk perjanjian dapat di bedakan menjai dua
macam yaitu tertulis dan tidak tertulis/lisan.
 Ada 3 macam perjanjian tertulis
1. Perjanjian dibawah tangan dan ditandatangani
oleh para pihak yang bersangkutan saja
2. Perjanjian dengan saksi notaris melegalisir
tanda tangan para pihak
3. Perjanjian di hadapan notaris dalam bentuk
notariel.
 sedangkan perjanjian tidak tertulis/lisan adalah
suatu perjanjian yang dibuat oleh para pihak
dalam wujud lisan saja, cukup kesepakatan
para pihak.
 Dan seharusnya perjanjian haruslah dimengerti
dan dipahami oleh kedua belah pihak.
 Menurut Asser dan Hartkamp, penafsiran
perjanjian adalah:“menentukan pengertian dari
pernyataan yang dilakukan oleh dua pihak atau
lebih; pemaknaan tersebut mempunyai
hubungan dengan keadaan dari suatu peristiwa
nyata yang berkaitan dengan dan karenanya
menentukan apa akibat hukum yang muncul
dari pernyataan-pernyataan tersebut.”
 Ketentuan-ketentuan mengenai penafsiran
perjanjian dapat ditemukan dalam Pasal 1342 –
Pasal 1351 KUHPerdata :
 Ada beberapa unsur-unsur perjanjian
antra lain : :
1. Ada pihak-pihak (subjek), sedikitnya
dua pihak.
2. Ada persetujuan antara pihak-pihak
yang bersifat tetap.
3. Ada tujuan yang akan dicapai, yaitu
untuk memenuhi kebutuhan pihak-
pihak.
4. Ada prestasi yang akan dilaksanakan.
5. Ada bentuk tertentu (lisan atau
tulisan).
6. Ada syarat-syarat tertentu sebagai isi
perjanjian
 ASAS KEBEBASAN KONTRAK PASAL 1 BW

 ASAS KONSENSUALISME PASAL 1320 ayat 1 BW

 ASAS PACTA SUNT SERVANDA

 ASAS ITIKAD BAIK PASAL 1338 ayat 3 BW

 ASAS KEPRIBADIAN
 Sedangkan menurut hukum islam perjanjian
berasal dari kata aqad )‫ )عقد‬yang secara
etimologi berarti “menyimpulkan”.
 Artinya: “mengumpulkan dua ujung tali dan
mengikat salah satunya dengan yang lain
sehingga bersambung, kemudian keduanya
menjadi sepotong benda”.
 Sedangkan menurut istilah sesuatu yang
dengannya akan sempurna perpaduan antara
dua macam kehendak, baik dengan kata atau
yang lain, dan kemudian karenanya timbul
ketentuan/ kepastian pada dua sisinya.
 Asas Ibahah (mabda’ al-Ibahah)
 Asas Kebebasan Beraqad (mabda’ huriyyah
at-ta’aqud)
 Asas Konsensualisme (mabda’ ar-radhaiyyah)
 Asas Janji Mengikat
 Asas Keseimbangan (mabda’ at-tawazun fi al-
mu’awadhah)
 Asas Kemaslahatan (tidak memberatkan)
 Asas Amanah
 Asas Keadilan
 Dalam hukum islam konsekuensi perjanjian
adalah penyerahan. Penyerahan ini dibuat
dalam berbagai cara. Di antaranya :
1. Disampaikan secara verbal (bi al-kalam).
2. Disampaikan secara tertulis (bi al-Kitabah).
3. Dapat dilakukan dengan pesan yang dikirim
dengan seseorang.
4. Dibuat melalui tanda-tanda dan terutama
lewat isyarat terkhusukan bagi orang yang
membutuhkan kelebihan.
 Jenis-jenis perjanjian antara lain :
1. Perjanjian Timbal Balik
2. Perjanjian Cuma-cuma
3. Perjanjian Atas Beban
4. Perjanjian Bernama
5. Perjanjian Publik
6. Perjanjian Obligatoir
7. Perjanjian Kebendaan
8. Perjanjian Konsensual
9. Perjanjian Riil
10. Perjanjian Liberatoir
11. Perjanjian Pembuktian
12. Perjanjian Tidak Bernama (onbenoemde
overeenkomst)
13. Perjanjian Untung-untungan
14. Perjanjian Campuran
SESI PERTANYAAN

Anda mungkin juga menyukai