Anda di halaman 1dari 25

CASE REPORT SESSION (CRS)

ANESTESI PADA KANKER ENDOMETRIUM


DENGAN PENYULIT HIPERTENSI GRADE II

Oleh:
VIVIEN ROSY
G1A213013
BAB I
PENDAHULUAN
 Kanker endometrium  salah satu kanker
ginekologi dengan angka kejadian tertinggi,
terutama di negara-negara maju.

 Pada tahun 2007, diperkirakan 1 dari 38


perempuan di Amerika Serikat terdiagnosis kanker
endometrium.

 Di regional AsiaTenggara, Indonesia termasuk


insiden kanker endometrium mencapai 4,8 persen
dari 670.587 kasus kanker pada perempuan.
BAB II
KUNJUNGAN PRA ANESTESI
IDENTITAS PASIEN
Tanggal : 28 Mei 2015
Nama : Ny. J
Jenis Kelamin: Perempuan
Umur : 52 tahun
TB/BB : 152 cm/50 kg
Ruang : Bangsal Kebidanan
No. MR : 799397
Diagnosis : Ca. Endometrium
Tindakan : Histerektomi Total
Keluhan Utama:
Os mengeluh nyeri perut bagian bawah ± sejak 1
bulan yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang:


Os mengeluh nyeri perut bagian bawah sejak
± 1 bulan yang lalu, nyeri dirasakan hilang timbul.
Seblumnya os juga pernah mengeluhkan keluar
darah dari jalan lahir, darah yang keluar berwarna
merah segar dan bergumpal. Os juga mengatakan
os sudah tidak menstruasi selama 2 tahun
belakangan. ± 3 bulan sebelumnya os merasakan
benjolan pada perutnya, lama kelamaan benjolan
semakin besar dan os mengeluh nyeri. Keputihan (-),
hamil (-)

Riwayat Operasi:
 Tidak ada riwayat operasi sebelumnya

Riwayat Penyakit Penyerta:


 Pasien mengaku ada riwayat darah tinggi.
 Riwayat asma (-), kencing manis (-), penyakit
jantung (-), alergi obat (-), batuk lama (-)

Riwayat Kebiasaan: -
Pemeriksaan Fisik
 Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
 Kesadaran : Compos Mentis, GCS 15
(E4 M6 V5)
 Vital sign
TD : 160/100
Respirasi : 20x/ menit
Nadi : 86 x/ menit
Suhu : 36,5° C
 Kepala : Pupil isokor kanan dan kiri,
reflex cahaya (+/+), conjungtiva anemis
(+/+), sclera ikterik (-/-), malampati 1
 Leher : pembesaran kelenjar
getah bening (-)
 Thorak
Jantung : BJ I,II regular, murmur(-), gallop (-)
Paru : Inspeksi : simetris, retraksi dada (-),sikatriks (-)
Palpasi : focal fremitus (+/+)
Perkusi : sonor, diseluruh lapangan paru
Auskultasi : vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-)

 Abdomen : Inspeksi : perut membesar, bekas luka


operasi (-)
Palpasi : teraba benjolan sebesar 27x12cm,
nyeri tekan (+)
Perkusi : timpani, nyeri CVA (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal

 Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)


Pemeriksaan Penunjang
 EKG : Kesan Normal
 Foto Thorak : cor : Normal
Pulmo: Normal

Laboratorium
 Darah rutin
 HB : 9, 8 gr %
 Ht : 31,1 %
 Leukosit : 9,5 %
 Trombosit : 398 mm3
 Clotting Time : 4 menit
 Bleeding Time : 2,5 menit
 GDS :103 mg/dl
 Gol. Darah : AB
Kimia darah lengkap
Fungsi Hati:
 Protein total : 7,1 g/dl
 Albumin : 4,0 g/dl
 SGOT : 38 U/L
 SGPT : 20 U/L

Fungsi Ginjal:
 Ureum : 15,2 mg/dl
 Kreatinin : 0,9 mg/dl
TINDAKAN ANESTESI
Diagnosis Pra Bedah: Ca. Endometrium
Tindakan Bedah : Histerektomi Total
Status Fisik ASA : ASA II

Jenis/tind. anestesi : Spinal Anestesi


Premedikasi : Ranitidin 50 mg
Ondansentron 4 mg
Induksi : Bupivacaine HCL 0,5 % 20 mg
Adjuvant : Morfin 0,1 mg
Clonidine HCL 0,075 mg
Analgetik : Tramadol 100 mg (Drip dalam RL 500 ml)
Ketorolac 30 mg
Kebutuhan cairan selama operasi :

 Jam I :1/2 (800 ml) + 100 ml + 400 ml = 900 ml


 Jam II : ¼ (800 ml) + 100 ml + 400 ml = 700 ml
 Jam III : ¼ (800 ml) + 100 ml + 400 ml = 700 ml
 Total cairan  2500 ml
Jumlah cairan:
 Input (RL) : 3 kolf (1500 ml) + 1 kolf wida HES + 1
kolf darah
 Output : urin ± 500 ml
 Perdarahan : Suction + Kassa + Duk
: 600 cc + 120 cc + 200 cc
: 920 cc
MONITORING PERIOPERATIF
Jam TD (mmHg) Nadi (x/mnt)

09.30 160/100 95

09.45 155/89 95

10.00 150/90 90

10.15 145/80 98

10.30 170/90 100

10.45 162/90 120

11.00 160/90 110

11.15 148/80 98

11.30 150/90 120


Keadaan selama operasi
 Posisi penderita : Litotomi
 Intubasi : Tidak dilakukan
 Penyulit intubasi :-
 Penyulit waktu anastesi: Tidak ada

Ruang Pemulihan
 Masuk jam : 11.45 WIB
 Keadaan Umum : Kesadaran CM
 Tanda Vital : TD 150/80 Nadi 86 RR 20
Instruksi Anastesi
1. Observasi Ku, tanda-tanda vital dan
perdarahan tiap 15 menit
2. Tirah baring menggunakan bantal selama 1x24
jam post operasi
3. Makan dan minum bertahap ½-1 per jam
4. Cek HB post operasi apabila < 10 g/dl transfusi
PRC
5. Terapi sesuai operator dr. Hanif M.NOOR, Sp.OG
TEORI
 Anestesi spinalpemberian obat anestetik lokal kedalam
ruang subaraknoid.
 Derajat blok anestesi spinal
Derajat blok motorik Kriteria Bomage Persentase skor

1. Tidak ada blok Menekuk sempurna lutut dan kaki 0

1. Blok parsial Hanya mampu menekuk lutut 33


peregrakan kaki sempurna

1. Hampir lengkap Tidak dapat menekuk lutut, fleksi 66


parsial kaki

1. Lengkap Tidak mampu menggerakan 100


tungkai atau kaki
Kanker Endometrium
Kanker endometrium  tumor ganas primer dari
endometirum atau miometrium.

Manifestasi Klinis
 perdarahan pascamenopause bagi pasien yang sudah
menopause
 perdarahan intermenstruasi bagi pasien yang belum
menopause.
 Keluhan keputihan

Perdarahan diantara 2 siklus menstruasi. Perdarahan yang


sangat lama, berat dan sering.
Nyeri perut bagian bawah atau kram panggul. Nyeri atau
kesulitan dalam berkemih. Nyeri ketika melakukan hubungan
seksual.
Hipertensi
 Kalsifikasi hipertensi menurut JNC 7

Klasifikasi TD TDS (mmHg) TDD(mmHg)

Normal <120 <80

Prehipertensi 120-139 Atau 80-89

Hipertensi derajat 1 140-159 Atau 90-99

Hipertensi derajat 2 ≥ 160 Atau ≥ 100


Pertimbangan Anestesi Penderita Hipertensi

 Belum ada protokol untuk penentuan TD berapa


sebaiknya yang paling tinggi yang sudah tidak bisa
ditoleransi untuk dilakukannya penundaan anestesi dan
operasi.
 literatur yang menulis bahwa TDD 110 atau 115 adalah
cut of point untuk mengambil keputusan penundaan
anestesi atau operasi kecuali operasi emergensi.
 The American Heart Association (AHA) mengeluarkan
acuan bahwa TDS 180mmHg dan atau 110 mmHg
sebaiknya dikontrol sebelum dilakukan operasi
Acuan yang diperhatikan dalam penurunan
TD pada pasien hipertensi:

 Penurunan MAP sampai dengan 25% adalah


batas bawah yang masimal yang dianjurkan
untuk penderita hipertensi
 Penurunan MAP sebesar 55% akan
menyebabkan timbulnya gejala hipoperfusi
otak
 Terapi dengan anti hipertensi secara
significant menurunkan angka kejadian stroke
 Pengaruh hipertensi kronis terhadap
autoregulasi ginjal, kurang lebih sama
dengan yang terjadi pada serebral
PEMBAHASAN
 Pada pasien ini didiagnosa Kanker Endometrium
berdasarkan hasil dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
 Status fisik anestesi pasien, pada pasien ini tergolong ASA
II karena penyakit yang diderita pasien tergolong
penyakit ringan sampai sedang yang tidak mengganggu
aktivitas sehari-hari.
 Premedikasiinjeksi ranitidie dan ondansentron.
 Anestesi spinal mulai dilakukan, posisi pasien duduk tegak
dengan kepala menunduk hingga prosessus spinosus
mudah teraba. Ditusuk antara vertebra lumbal 3-4,
Jarum spinal nomor 27 ditusukkan dengan arah median
spuit 5 cc yang berisi obat anestesi dan dimasukkan
secara perlahan-lahan.
 Pada kasus ini digunakan obat anestesi spinal yaitu
bupivacaine 0,5% (4 cc).
 Bupivacaine merupakan golongan amide lokal anestesi
yang dapat memberikan blokade reversible, penyebaran
impuls melalui serabut saraf dhambat dengan masuknya
ion Na dalam membran saraf. Mula kerja lambat
dibanding lidokain, tetapi lama kerja 8 jam.
 Adjuvant yang digunakan adalah morfin 0,1 mg dan
konidin 0,75 mg.
 Klonidin dipakai dalam anestesi untuk menimbulkan
analgesia tanpa blok motorik dan propioseptif.
Mekanisme lain efek analgesia pada pemberian intratekal
adalah dengan adanya vasokonstriksi lokal. Klonidin
memperpanjang durasi blok.
 Morfinagonis reseptor opioid dengan efek utama
mengikat dan mengaktivasi reseptor µ-opioid pada
sistem saraf pusat. Aktivasi ini akan menyebabkan efek
analgesik, sedasi, euforia, phyical dependence dan
respiratory depression.
 Pemberian ketorolac untuk menghambat sintesis
prosaglandin di perifer tanpa mengganggu reseptor
opioid di sistm saraf pusat. Dapat diberikan secara
oral, IM atau IV dengan dosis 10-30 mg dan dapat
diulang setiap 4-6 jam sesuai kebutuhan.
 Tramadol merupakan analgetik sentral dengan afinitas
rendah, dapat diulang tiap 4-6 jam dengan dosis
maksimal 400 mg perhari.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai