Anda di halaman 1dari 57

PERENCANAAN

JALAN RAYA

MARTONO HADI
Fakultas Teknik Sipil - UNILA
Jaringan Jalan
001

035
008
002

003

009 036
R EN CANA JALAN TOL

JALAN N ASIONAL
004 JALAN PR OVINSI

010 012 PKN (PU SAT KEGIATAN NASIOANAL)

024 PKW (PU SAT KEGIATAN WILAYAH) 5TH.PERTAMA

011 013 PKW (PU SAT KEGIATAN WILAYAH) 5TH.KEDUA


037
005 A PKSN (PU SAT KEGIATAN STRATEGIS NASIONAL)
5 TH . PERTAMA.
PKSN (PU SAT KEGIATAN STRATEGIS NASIONAL)
5 TH . KEDUA.
042 006
014 N O R UAS
025 038
BATAS PR OVINSI
BATAS KABUPATEN
041
039 IBU KOTA PROVINSI

KOTA

026 040 IBU KOTA KABUPATEN


IBU KOTA KECAMATAN

DAE RA H TUJUAN WIS ATA NA SIONAL / INTERNASINAL :


027
WISATA ALAM /SU N GAI/D AN AU /GUNUNG /T.NASIONAL
015
034 WISATA BUDAYA
033
WISATA PANTAI
032 WISATA MU SEU M / PENDIDIKAN
028
031 SK.
MENHUB KET ERANGAN
030 006 I III IV T H. 2002
015 BANDAR UDARA KLAS I/PUSAT
PENYEBARANPRIMER
029 BANDAR UDARA KLAS II/PUSAT
034 021 019 PENYEBARANSEKUNDER
BANDAR UDARA KLAS III/PUSAT
016 PENYEBARAN T ERSIER
BANDAR UDARA KLAS IV
020
BANDAR UDARA KLAS V

022 017 PELABUHAN INTERNASIONAL


007
PELABUHAN NASIONAL

018 PELABUHAN REGIONAL

023

019

A
Contoh Kontur
Proses Perenc. Jln Raya (Jln Baru)

 Persiapan  Mobilisasi
 Survey Trace/Grade  Pengumpulan data Excisting
 Trace/Grade Terpilih 
 Survey Detail  Amdal – Topografi – Hidrologi – Geoteknik
 Olah Data  Analisis Data (Sosek – Topo – Hidro – Geotek)
 Design Awal  Geometrik – Perkerasan – Bang. Pelengkap
 Design Detail  Detail Design – RAB – Program Pelaks.
 Dokumen Lelang  OE – Pengumuman Lelang
Klasifikasi Jalan

Sesuai :

UU 38/2004 & PP 34/2006 tentang Jalan


UU 14/1992 & PP 43/1993, tentang Lalu-lintas serta Kepmen &
Permen yang mengikutinya
Norma tentang jalan

 Jalan adalah aset negara yang strategis


 Perjalanan yang melalui jalan harus
Aman, Cepat, Murah, dan Nyaman
 Kriteria minimum jalan telah
diamanatkan dalam UU 38/2004 dan PP
34/2006 tentang jalan
 Standar Pelayanan Minimum Jalan telah
ditetapkan oleh Menteri PU
Klasifikasi Jalan
 Sesuai Peruntukannya
– Jalan Umum
– Jalan Khusus

 Jalan umum dikelompokan berdasarkan (ada 5)


– Sistem: Jaringan Jalan Primer; Jaringan Jalan Sekunder
– Status: Nasional; Provinsi; Kabupaten/kota; Jalan desa
– Fungsi: Arteri; Kolektor; Lokal; Lingkungan
– Kelas (sesuai bidang lalu lintas dan angkutan jalan) : I; II; IIIA; IIIB; IIIC
– Spesifikasi penyediaan prasarana:
 1) jalan bebas hambatan;
 2) jalan raya;
 3) jalan sedang;
 4) jalan kecil.
Klasifikasi penggunaan jalan
Klasifikasi Penggunaan Jalan
Tata Cara Perencanaan
Geometrik Jalan antar Kota

Publikasi Ditjen Bina Marga Versi tahun 1997


(ditanda tangan Dirjen Bina Marga)
Kendaraan Rencana
 Dimensi & Radius putar sbg dasar
penyediaan ruang jalan
 3 Kategori:
– Kendaraan Kecil: mobil penumpang
– Kendaraan Sedang: Truk 3 As tandem atau TBus
Besar 2 As
– Kendaraan Besar: Truk Tempelan (Semi Trailer)
 Ruang manouver kendaraan saat membelok
di tikungan atau persimpangan sbg dasar
penyediaan ruang
Damaja, Damija, Dawasja
(ketentuan lama)
Rumaja, Rumija, Ruwasja
(Ketentuan sesuai PP 34/2006)
Jalan ber TROTOAR
Tipikal jalan ber MEDIAN
(Jalan Raya dan Jalan Bebas Hambatan)
Ketentuan desain geometrik jalan
setelah mempertimbangkan UU38/2004 & PP34/2006
Fasilitas pejalan kaki

 Ngacu ke Tata cara perencanaan


geometrik jalan perkotaan
JARAK PANDANG

+ Jarak pandang Henti (Stopping sight distance, ssd)


+ Jarak Pandang Mendahului (Overtaking Sight Distance, osd)
+ Jarak kebebasan pandang di tikungan
Jarak Pandang Henti, JH

VR, Km/Jam 120 100 80 60 50 40 30 20

JH minimum (m) 250 175 120 75 55 40 27 16

Jarak pandang Mendahului, JD


VR, Km/Jam 120 100 80 60 50 40 30 20

JD minimum (m) 800 670 550 350 250 200 150 100
Kebebasan pandang di tikungan
Alinemen Horisontal

-Bagian Lurus
-Bagian Lengkung (Tikungan)
-Tikungan gabungan
Panjang Bagian Lurus

Fungsi Panjang Bagian Lurus


Maximum (m)
Datar Perbukitan Pegunungan
Arteri 3000 2500 2000

Kolektor 2000 1750 1500

Lokal 1500 1200 750


Bagian Tikungan

 Mengimbangi gaya sentrifugal


 Daerah bebas pandang disamping
 Bentuk:
– Spiral Circle Spiral
– Full circle
– Spiral-Spiral
 Superelevasi, e
– eMAX = 10%
Panjang jari-jari tikungan
minimum, Rmin

 Rmin = VR2 / {127 (emax – f )}


– F = 0,14 – 0,24
– emax = superelevasi max

VR (Km/Jam) 120 100 80 60 50 40 30 20

R min (m) 800 670 550 350 250 200 150 100
Lengkung peralihan
 Sisipan antar bagian lurus dan lengkung
 Bentuk Spiral
 Panjang lengkung peralihan, LS ditetapkan:
– Waktu tempuh max 3 detik
– Antisipasi gaya sentrifugal
– Tingkat perubahan kelandaian re-max
 VR <80 Km/jam, re-max = 0,035 m/m/detik
 VR ≥ 80 Km/jam, re-max = 0,025 m/m/detik
– Gunakan tabel LS
Rumus LS
(pilih LS terpanjang dari 3 rumus)

1. LS = (VR /3,60) T
2. LS = 0,022 VR3/(R.C) – 2,727 VR . E / C
3. LS = (emax-en) VR / (3,60 re)

• T = waktu tempuh lengkung peralihan


• VR =Kecepatan rencana, Km/jam
• C = perubahan percepatan, 1 s.d. 3 m/detik3
• R =iari-jari tikungan, m
• En = superelevasi normal, 2% s.d. 2,5%
• re = tingkat perubahan pencapaian superelevasi
(m/m/detik)
LS = f {VR, e}
Panjang Jari-jari tikungan tanpa
lengkung peralihan, RTLP

VR (Km/Jam) 120 100 80 60 50 40 30 20

RTLP (m) 2500 1500 900 500 350 250 130 60


Panjang Jari-jari tikungan
tanpa superelevasi, RTSe

VR (Km/Jam) 120 100 80 60 50 40 30 20

RTSe (m) 5000 2000 1250 700 - - - -


Pergeseran lintasan pd
tikungan dengan lengkung
peralihan, p
 P = LS2/(24RC),
RC=jari-jari
circle.
 P<0,25m tidak
perlu lengkung
peralihan
Metoda pencapaian
Superelevasi
 Pencapaian secara Linear
 Pada tikungan SCS:
– Dari superelevasi normal pd bagian lurus s.d. TS: dari (2%-
2,5%) s.d. (0%)
– dari TS s.d. SC: 0% s.d. superelevasi penuh (e%)
 Pada tikungan fC:
– 2/3 LS pada bagian lurus
– 1/3 LS pada bagian Circle
 Pada tikungan SS:
– Superelevasi seluruhnya dilakukan pada bagian Spiral
Metoda pencapaian superelevasi pada
tikungan SCS
Metoda pencapaian superelevasi pada
tikungan fC
Pelebaran di
tikungan
 Konsistensi geometrik, di
tikungan sama dgn di
bagian lurus
 Kendaraan tetap pada
lajurnya
 Penambahan pelebaran
karena gerak melingkar
membutuhkan ruang lebih
 Mengikuti kendaraan
rencana
 Pelebaran <0,60m, dapat
diabaikan
Aplikasi
pelebaran di
tikungan
Pelebaran di tikungan
Tikungan Gabungan (TG)

 Tipe:
– TG searah
– TG Balik Arah
 R1/R2 ≥ 2/3, TG searah harus dihindari
 R1/R2 < 2/3, TG harus dilengkapi bagian
lurus (atau clothoide) sepanjang ≥20m
 Setiap TG Balik arah HARUS dilengkapi
bagian lurus sepanjang ≥30m
TG searah
TG Balik Arah
Alinemen Vertikal
Bagian Landai: positif (tanjakan) dan negarif (turunan)

Bagian Lengkung vertikal: Cekung dan Cembung


Kelandaian maksimum, gmax
 Memelihara kecepatan kendaraan
 (ukurannya) truk bermuatan penuh, Truk semi Trailler
 penurunan kecepatan < separuh kecepatan awal
(TCPGJAK’97)

VR (Km/Jam) 120 110 100 80 60 50 40 <40

gmax (%) 3 3 4 5 8 9 10 10
Panjang (landai) Kritis,
LKritis
 Mempertahan kecepatan dgn penurunan V ≤ 50%VR
 penurunan kecepatan < 15 Km/Jam (AASHTO’2001)
 Lama perjalanan < SATU menit

Kelandaian (%)
VAWAL
(Km/Jam)
4 5 6 7 8 9 10 Cttn

80 630 460 360 270 230 230 200


AASHTO’94
60 320 210 160 120 110 90 80
40 ?
Speed-Distance curves
(utk perlambatan Truk berat tipe 120 kg/kW pada tanjakan)
Speed-Distance curves: utk percepatan Truk
berat tipe 120 kg/kW pada turunan
Perbedaan hasil
hitungan
panjang kritis
dgn TTPGJAK
(AASHTO’1994)
versus AASHTO
‘2001
Lengkung VERTIKAL

 Mengurangi goncangan kendaraan dan


menyediakan jarak pandang henti
 Bentuk parabola sederhana
 Penampilan, kenyamanan, dan JH
 L
 L min
Lajur Pendakian
 Memfasilitasi kendaraan yang berjalan lebih
lambat dari rata-rata kecepatan kendaraan
lain (Truk berat) agar tidak menghalangi.
 Utk kelandaian yg besar, menerus, lalu-
lintas relatif padat
 Pada Jalan arteri atau kolektor dengan
VLHR>15000smp/hari dan Truk >15%
Lajur pendakian
Jarak antara 2 lajur
pendakian
Koordinasi alinemen

Jangan menyimpan lengkung


tajam pada bagian yang
besar

Anda mungkin juga menyukai