Anda di halaman 1dari 13

SUDDEN DEATH

Nabila Tamara
Anisia Ayunda Putri
Roseline Natazsa Puri Gracia

Pembimbing :
dr. Binsar Silalahi, Sp.F, DFM, S.H.
BAB I
PENDAHULUAN

Kematian mendadak yang tidak diharapkan dan


tidak dapat dijelaskan ditemukan pada sebagian besar
kasus pada praktek kedokteran forensik. Para ahli percaya
bahwa kebanyakan dari kematian ini dikarenakan Sudden
Death Syndrome (sindroma kematian mendadak) atau
Sudden Cardiac Death (kematian jantung mendadak).
Pada tahun-tahun terakhir ini, penyebab kematian
tersering pada kasus kematian mendadak adalah penyakit
kardiovaskular. apabila kematian tersebut terjadi tanpa
riwayat penyakit dan tanpa saksi, maka dapat
menimbulkan kecurigaan bagi penyidik, apakah terkait
unsur pidana di dalamnya. Disinilah peran pemeriksaan
forensik berupa autopsi dan pemeriksaan histologi akan
sangat penting guna menjawab permasalahan di atas.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 SUDDEN DEATH

2.1.1 DEFINISI 2.1.2 EPIDEMIOLOGI

Definisi kematian mendadak Kematian mendadak terjadi


menurut WHO, yaitu kematian empat kali lebih sering pada
dalam waktu 24 jam sejak gejala
timbul, namun pada kasus-kasus
laki-laki dibandingkan pada
forensik sebagian besar kematian perempuan. Di Indonesia
terjadi dalam hitungan menit atau seperti yang dilaporkan badan
bahkan detik sejak gejala timbul. Litbang Departemen
Kematian mendadak tidak selalu Kesehatan RI, persentase
tidak terduga, dan kematian yang
tak terduga tidak selalu terjadi
kematian akibat penyakit ini
mendadak, namun amat sering meningkat dari 5,9% (1975)
keduanya terjadi bersamaan pada menjadi 9,1% (1981), 16,0
satu kasus. (1986), dan 19,0% (1995).
2.1.3 KLASIFIKASI
1. Kematian yang terjadi 2. Keadaan dimana mayat
dimana ada saksi mata dan ditemukan dalam keadaan
keadaan dimana faktor fisik yang lebih mencurigakan
dan emosi mungkin seringnya diakibatkan TKP
memainkan peran, juga nya atau pada saat orang
dapat terjadi saat aktivitas tersebut meninggal tidak
fisik, dimana cara mati dalam perawatan atau
dapat lebih mudah pengobatan dokter
diterangkan atau kematian (Unattendaned Physician),
tersebut terjadi selama terdapat kemungkinan
perawatan/pengobatan hadirnya saksi-saksi yang
yang dilakukan oleh dokter mungkin ikut bertanggung
(Attendaned Physician). jawab terhadap terjadinya
kematian.
2.1.4 ETIOLOGI

1. Trauma
2. Keracunan
3. Penyakit
2.1.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Autopsi  pemeriksaan toksikologi
2. Pemeriksaan histopatologik

Sampel pemeriksaan toksikologi


1. Darah
2. Urin
3. Isi lambung
4. Feses
5. Hepar dan organ lain
6. Potongan rambut dan kuku
2.2 ASPEK MEDIKOLEGAL PADA NATURAL
SUDDEN DEATH

Dokter sebagai seorang profesional yang mempunyai


kewenangan untuk memberikan surat keterangan kematian
harus bersikap sangat hati-hati dalam mengeluarkan dan
menandatangani surat kematian pada kasus kematian
mendadak (sudden death) karena dikhawatirkan kematian
tersebut setelah diselidiki oleh pihak penyidik merupakan
kematian yang terjadi akibat suatu tindak pidana. Kesalahan
prosedur atau kecerobohan yang dokter lakukan dapat
mengakibatkan dokter yang membuat dan menandatangani
surat kematian tersebut dapat terkena sangsi hukuman pidana.
2.3 AUTOPSI

2.3.1 DEFINISI 2.3.2 KLASIFIKASI

Autopsi adalah pemeriksaan 1. Autopsi klinik


terhadap tubuh mayat, yang
meliputi pemeriksaan terhadap 2. Autopsi
bagian luar maupun dalam, forensik/medikolegal
dengan tujuan merumuskan
proses penyakit dan atau adanya 3. Autopsi anatomi
cedera, melakukan interpretasi
atas penemuan-penemuan
tersebut, menerangkan
penyebab kematian serta
mencari hubungan sebab
akibat antara kelainan-kelainan
yang ditemukan dengan
penyebab kematian.
2.3.3 PERSIAPAN SEBELUM AUTOPSI
FORENSIK
 Melengkapi surat-surat yang berkaitan dengan
autopsi yang akan dilakukan termasuk izin
keluarga, surat permintaan pemeriksaan/pembuatan
visum et repertum
 Memastikan mayat yang akan diautopsi adalah
mayat yang dimaksud dalam surat tersebut.
 Mengumpulkan keterangan yang berhubungan
dengan terjadinya kematian selengkap mungkin
membantu memberi petunjuk pemeriksaan dan jenis
pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan
 Memastikan alat-alat yang diperlukan telah tersedia.
2.3.4 TEKNIK AUTOPSI FORENSIK
1. Teknik pemeriksaan luar
2. Tekniik pemeriksaan dalam
2.3.5 KEPENTINGAN AUTOPSI
FORENSIK

Kemungkinan kematian mendadak


tersebut terdapat unsur kriminalnya, atau
kematian tersebut berhubungan dengan
kelalaian perbuatan orang lain.
Pada autopsi kasus yang diduga
kematian mendadak, hampir selalu
pemeriksaan toksikologi harus dilakukan. Tanpa
pemeriksaan toksikologi, penegakan sebab
mati menjadi kurang tajam.
BAB 3
KESIMPULAN
Kematian mendadak merupakan
kematian dalam waktu 24 jam sejak gejala
timbul, namun pada kasus-kasus forensik
sebagian besar kematian terjadi dalam
hitungan menit atau bahkan detik sejak gejala
timbul.
Penyebab kematian mendadak secara
garis besar yaitu karena trauma, keracunan
dan penyakit.
Pemeriksaan yang dilakuakan pada
kematian mendadak meliputi pemeriksaan
autopsi, pemeriksaan histopatologik dan
analisis toksikologi.
DAFTAR PUSTAKA
 Kristanto, Erwin, Tjahjanegara Winardi.Kematian Mendadak (Sudden Natural Unexpected Death).
http://www.freewebs.com/erwin_k/kematianmendadak.htm. Diakses tanggal 11 September 2013
 Mun’im Idris, Abdul. 1997. Mati Mendadak Akibat Penyakit. Jakarta: Bina Rupa Aksara, hal: 209-14.
 Wahyuni, Ningrum. Sudden Death. http://ningrumwahyuni.wordpress.com/2011/08/04 sudden-death/, Diakses tanggal
11 September 2013
 Fahmi, Arif Hakim. Sudden Death. http:// Arif Hakim Fahmi.wordpress.com/2011/11/17 /sudden-death/.
Diakses tanggal 11 September 2013
 Anonim. Sudden Death Due to Intracranial Lession. http://www.scribd.com/doc/25785441/Sudden-Death-Due-
to-Intracranial-Lesion.Diakses tanggal 11 September 2013
 Motozawa Y, Yokoyama T, Hitosugi M, et all. Analysis of sudden natural deaths while driving with forensic autopsy
findings. Available from : http: www-nrd.nhtsa.dot.gov/pdf/nrd-01/esv/esv19/05-0112-W.pdf., Diakses tanggal 12
September 2013
 Budiyanto. A, Widiatmika.W,. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta. Bagian Kedokteran Forensik Universitas
Indonesia.
 Gonzales TA, Vance M, Helpern M, Umberger CJ. Legal Medicine. Pathology and toxicology. 2nd edition. New York :
Appleton century croft. 1954 :102 – 51.
 Di Maio Vincent J.M, Dana Suzanna E. Natural Disease. Dalam : Handbook of Forensic Pathology. Austin : Landes
Bioscience; 1998. Hal : 35-64
 Knight B. Forensic Pathology. Second Edition. New York : Oxford University Press. 1996 : 487 – 516.
 Dahlan, Sofwan. 2008. Ilmu Kedokteran Kehakiman. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.Semarang.

Anda mungkin juga menyukai