Anda di halaman 1dari 11

KELOMPOK II

u
NURHAYATI :15320068
HERIZON :15320064
MAYA KURNIA :15320065
SWANTORO :15320075
ANDI RAHMADI :15320056
 Stunting merupakan istilah para nutrisi untuk
penyebutan anak yang tumbuh tidak sesuai dengan
ukuran yang semestinya (bayi pendek). Stunting adalah
keadaan dimana tinggi badan berdasarkan umur
rendah, atau keadaan dimana tubuh anak lebih pendek
dibandingkan dengan anak – anak lain seusianya (MCN,
2009).
 Stunting merupakan penilaian status gizi berdasarkan
indikator panjang badan menurut umur (PB/U) atau
tinggi badan menurut umur (TB/U) di mana hasil
pengukuran antropometri menunjukan Z-Score <-2 SD
sampai dengan -3 SD (pendek/stunted) dan <-3SD
(sangat pendek/severe stunted) (Kemenkes RI,2013).
Terdapat tiga faktor utama penyebab stunting yaitu
sebagai berikut :
1. Asupan makanan tidak seimbang (berkaitan dengan
kandungan zat gizi dalam makanan yaitu
karbohidrat, protein,lemak, mineral, vitamin, dan
air).
2. Riwayat berat badan lahir rendah (BBLR),

3. Riwayat penyakit.
Menurut laporan UNICEF (1998) beberapa fakta terkait
stunted dan pengaruhnya antara lain sebagai berikut :
Anak-anak yang mengalami stunted lebih awal yaitu
sebelum usia enam bulan, akan mengalami stunted lebih
berat menjelang usia dua tahun. Stunted yang parah pada
anak-anak akan terjadi deficit jangka panjang dalam
perkembangan fisik dan mental sehingga tidak mampu
untuk belajar secara optimal di sekolah, dibandingkan anak-
anak dengan tinggi badan normal. Anak-anak dengan
stunted cenderung lebih lama masuk sekolah dan lebih
sering absen dari sekolah dibandingkan anak-anak dengan
status gizi baik.
Stunted akan sangat mempengaruhi kesehatan dan
perkembanangan anak. Faktor dasar yang menyebabkan stunted
dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan intelektual.
Penyebab dari stunted adalah bayi berat lahir rendah, ASI yang
tidak memadai, makanan tambahan yang tidak sesuai, diare
berulang, dan infeksi pernapasan.
Pengaruh gizi pada anak usia dini yang mengalami stunted
dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan kognitif
yang kurang. Anak stunted pada usia lima tahun cenderung
menetapsepanjang hidup, kegagalan pertumbuhan anak usia dini
berlanjut pada masa remaja dan kemudian tumbuh menjadi
wanita dewasa yang stunted dan mempengaruhi secara langsung
pada kesehatan dan produktivitas, sehingga meningkatkan
peluang melahirkan anak dengan BBLR. Stunted terutama
berbahaya pada perempuan, karena lebih cenderung
menghambat dalam proses pertumbuhan dan berisiko lebih besar
meninggal saat melahirkan.
 Indikator antropometrik seperti panjang badan atau
tinggi badan menurut umur (stunted) adalah penting
dalam mengevaluasi kesehatan dan status gizi anak-
anak pada wilayah dengan banyak masalah gizi buruk.
Dalam menentukan klasifikasi gizi kurang dengan
stunted sesuai dengan ”Cut off point”, dengan penilaian
Z-score, dan pengukuran pada anak balita berdasarkan
tinggi badan menurut Umur (TB/U) Standar baku
WHO-NCHS berikut (Sumber WHO 2006).
 Stunting dapat mengakibatkan penurunan intelegensia
(IQ), sehingga prestasi belajar menjadi rendah dan tidak
dapat melanjutkan sekolah.
 Stunting yang terjadi pada masa anak merupakan
faktor risiko meningkatnya angka kematian,
kemampuan kognitif, dan perkembangan motorik yang
rendah serta fungsi-fungsi tubuh yang tidak seimbang
(Allen & Gillespie, 2001).
Kejadian balita stunting dapat diputus mata rantainya sejak
janin dalam kandungan dengan cara melakukan :
pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil, artinya
setiap ibu hamil harus mendapatkan makanan yang cukup
gizi, mendapatkan suplementasi zat gizi (tablet Fe), dan
terpantau kesehatannya.
setiap bayi baru lahir hanya mendapat ASI saja sampai
umur 6 bulan (eksklusif) dan setelah umur 6 bulan diberi
makanan pendamping ASI (MPASI) yang cukup jumlah dan
kualitasnya.
. Ibu nifas selain mendapat makanan cukup gizi, juga diberi
suplementasi zat gizi berupa kapsul vitamin A.
Memantau pertumbuhan balita di posyandu merupakan
upaya yang sangat strategis untuk mendeteksi dini
terjadinya gangguan pertumbuhan, sehingga dapat
dilakukan pencegahan terjadinya balita stunting.
a. Kalsium
b. Yodium
c. Zink
d. Zat Besi
e. Asam Folat
Selama ini pemerintah sudah berusaha mengurangi Gizi
buruk, terutama pertumbuhan yang terhambat,
merupakan sebuah masalah kesehatan masyarakat yang
utama di Indonesia. Untuk mengatasi tantangan itu,
UNICEF mendukung sejumlah inisiatif di tahun 2012
untuk menciptakan lingkungan nasional yang kondusif
untuk gizi. Ini meliputi peluncuran Gerakan Sadar Gizi
Nasional (Scaling Up Nutrition – SUN) dan mendukung
pengembangan regulasi tentang pemberian ASI
eksklusif.

Anda mungkin juga menyukai