Anda di halaman 1dari 15

Ureterolitiasis

Citra Yulia Sari


Definisi
 Penyakit dimana didapatkan masa keras seperti
batu yang berasa pada ureter serta menyebabkan
obstruksi, dimana batu ini terbentuk dari
pengendapan garam kalsium, magnesium, asam
urat, atau sistein.
Epidemiologi

 Batu ureter lebih banyak di negarAa maju. -


 Meningkat pada usia 35-45 tahun
 Di seluruh dunia sebanyak 1 – 12 % penduduk.
 Laki-laki lebih sering
Etiologi

 Teori supersaturasi
Keadaan dimana suatu larutan mengandung lebih banyak
material sehingga tidak dapat larut. Tingginya kadar
oksalat,fosfat dan asam urat pada urin menciptakan keadaan
 Teori Matriks
Matriks pada batu tersusun aas protein 65%, heksana 10%,
heksosamin 2-5% sisanya air. (pada Campbell : 65% protein,
9% nonamino sugars, 5% glucosamine, 10% air, and 12%
bahan organik)
 Teori Tidak Adanya Inhibitor
Inhibitor yang mana antara lain; asam sitrat, nefrokalsin,
tamma-horsefall glikoprotein,gliko-samin glikans, uropontin,
pirofosfat dan Zinc.
Mereka bekerja mencegah terbentuknya Kristal, mencegah
agegasi dan mencegah perlengketan Kristal pada membran
tubulus.
 Teori Epitaksi
kristal lain yang berbeda sehingga akan cepat membesar dan
menjadi batu campuran.
 Teori Infeksi
Bakteri seperti Proteus spp, Klebsiella, Serratia,
Enterobakter, Pseudomonas, dan Staphiloccocus
menghaislkan uease yang mengubah ureum jadi ammonia,
terjadinya reaksi sintesis ammonium dengan molekul
magnesium dan fosfat sehingga terbentuk magnesium
ammonium fosfat (batu survit) . Kemudian kemungkinan lain
bakteri berukuran kecil, gram negatif dan sensitif terhadap
tetrasiklin. Dimana dinding pada bakteri tersebut dapat
mengeras membentuk cangkang kalsium kristal karbonat
apatit dan membentuk inti batu.
Gejala Klinis

 Nyeri
a. Atas dan tengah ureter
 Nyeri kolik dengan karakterisktik nyeri yang tajam, berat, nyeri
menjalar ke T10, L1,L2,L3, ke Costovertebral Angel (CVA), nyeri
menyebar dari atas ke bawah, ke arah tulang pelvis dan ligamen
inguinal.
b. Distal ureter
 Nyeri kolik dengan karakterisktik nyeri pada S2.S3 yang menyebar ke
selangkangan, testis pada pria dan labia mayor pada wanita.
 Batu di intramural memiliki gejala nyeri suprapubik dan gangguan
berkemih seperti frekuensi, urgensi.
Gejala Klinis
 Hematuria
 Demam
 Infeksi
 Mual dan muntah
Diagnosa

 Anamnesis
 Pemeriksaan Fisik
• Sudut kosto vertebra : nyeri tekan , nyeri ketok,
pembesaran ginjal
Supra simfisis : nyeri tekan, teraba batu, buli-buli penuh
• Demam jika terdapatt infeksi
• Takkikardi,berkeringat
Diagnosa

 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
 Pemeriksaan urin rutin untuk melihat eritrosituri, lekosituria, bakteriuria
(nitrit), pH urin dan kultur urin. Pemeriksaan darah berupa hemoglobin,
lekosit, kadar elektrolit yang diduga penyebab munculnya batu,
(kalsium,oksalat,posfat, dan asam urat) ureum dan kreatinin.
 Foto Polos Abdomen
Untuk melihat batu di daerah ginjal, ureter dan kandung kemih. Dimana
dapat menunjukan ukuran, bentuk, posisi batu dan dapat membedakan
klasifikasi batu yaitu dengan densitas tinggi biasanya menunjukan jenis
batu kalsium oksalat dan kalsium fosfat, sedangkan dengan densitas
rendah menunjukan jenis batu struvit, sistin dan campuran.
 Intra Vena Pielografi (IVP)
ukuran, lokasi, kepadatan batu, dan lingkungannya (anatomi dan derajat
obstruksi) serta dapat melihat fungsi dan anomali
 Ultrasonografi (USG)
sensitif terhadap renal calculi.echoic menandakan ada batu, pada pasien
yang tidak bisa IVP. Bisa menunjukkan adanya edema atau batu yang
kecil yang sulit dideteksi VU.
 Retrograde pyelography
Tata Laksana

 Farmakologi
Konservatif , dimana jika ukuran batu <5 mm spontan keluar,.
• Diuretik, yaitu Thiazide yang merupakan obat hemat kalium
• Antibiotk : Amoksilin atau Kotrimoksazol
• Analgetik
 Non-Farmakologi
Terapi non-invasif
• ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy), gelombang kejut
eksternal yang dialirkan melalui tubuh untuk memecah batu. Pecahan
batu akan keluar sendiri bersama urin.
 Terapi invasive minimal
• Endourologi, memecahkan batu dan pengeluarannya di bantu oleh
alat.
 Operasi terbuka
• Ureterolitotomi, yaitu membuat sayatan di kulit dan mengambil batu
secara langsung. Jika pengobatan non-invasif dan invasif minimal
tidak bisa dilakukan atau tidak berhasil.
Prognosis dan Komplikasi

 Dubia at bonam dengan agka kekambuhan yang tinggi

 Avulsi ureter
 Trauma organ pencernaan
 Sepsis
 Obstruksi yang bisa menyebabkn hidronefrosis dan gagal ginjal
Sumber

 IPD UI Jilid 1
 Campbell-Walsh Urology edisi 11
 Smith & Tanagho’s General Urology edisi 8
 Jurnal USU

Anda mungkin juga menyukai