dan laboratorium pada masalah gangguan sistem muskuloskeletal dan persarafan gangguan sistem muskuloskeletal 1. Sinar – X 2. CT Scan (Computed Tomografi Scan) 3. MRI (Magnetic Resonance Imaging) 4. Angiografi 5. Digital Substraction Angiography (DSA) 6. Mielografi 7. Arthrografi 8. Arthrosentesis (aspirasi sendi) 9. Arthroskopi 10. Skintigrafi Tulang (Pemindai Tulang) 11. Termografi 12. Elektromiografi 13. Absorpsiometri foton tunggal dan ganda 14. Biopsi PEMERIKSAAN LABORATURIUM SISTEM MUSKULOSKELETAL • A. Pemeriksaan darah lengkap meliputi kadar hemoglobin (biasanya lebih rendah apabila terjadi perdarahan karena trauma), dan hitung darah putih. Sebelum dilakukan pembedahan, periksa bekuan darah untuk mendeteksi kecenderungan pendarahan. Karena tulang merupakan jaringan yang sangat vaskuler. • B. Pemeriksaan kimia darah memberikan data mengenai berbagai macam kondisi muskuloskeletal, kadar kalsium serum berubahpada osteomalasiya fungsi paratiroit, penyakit paget, tumor tulang metastasis, dan pada imobilisasi lama. Kadar fosfor serum berbanding terbalik dengan kadar kalsium dan menurun pada rikets yang berhubungan dengan sindrom malapsorpsi. Fosfatase asam meningkat pada penyakit paget dan kangker metastasis.fosfatase alkali meningkat selama penyembuhan patah tulang dan pada penyakit pada peningkatan aktifitas osteoblas. • C. Metabolisme tulang dapat dievaluasi melalui pemeriksaan tiroid dan penentuan kadar kalsitosin, gormon paratiroid, dan vitamin D. kadar enzim serum keratin kinase (CK) dan serum glumatic- oxaloacetic transeminase (SGOT, aspartae aminotransferase) meningkat pada kerusakan otot. Aldolase meningkat pada penyakit otot (mis. distrofi otot dan nekrosis oto skelet). Kadar kalsium urine meningkat pada destruksi tulang (disfungsi paratiroid, tumor tulang metastasis, myeloma multiple). •