Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN KASUS

MANAGEMEN ANESTESI LOKAL PADA


PASIEN BASALIOMA

NAMA : Nurul Hildayanti Ilyas

Pembimbing : dr. Zulfikar Tahir, M.Kes, Sp. An.


Pendahuluan
Anestesi adalah hilangnya seluruh modalitas dari sensasi
yang meliputi sensasi sakit / nyeri, rabaan, suhu,
posisi/propioseptif, sedangkan analgesia yaitu hilangnya
sensasi sakit/nyeri, tetapi modalitas yang lain masi tetap
ada.

Anestesi lokal adalah obat yang diberikan secara lokal dalam


kadar yang cukup dapat menghambat hantaran impuls pada saraf
yang dikenai oleh obat tersebut dan menghilangkan rasa atau
sensasi nyeri terbatas pada daerah tubuh yang dikenai tanpa
menghilangkan kesadaran.

Karsinoma sel basal (KSB) disebut juga basalioma adalah tumor


ganas kulit yang paling sering ditemukan terutama pada orang
kulit putih. Di Indonesia menurut data Badan Registrasi Kanker
Ikatan Ahli Patologi Indonesia tahun 1989, dari 1530 kasus
kanker kulit, yang terbanyak adalah kasus karsinoma sel basal
yaitu, 39,93 %.
Identitas Pasien

 Nama : Ny. DJ
 Jenis kelamin : Perempuan
 Tanggal Lahir/Usia : 31-12-1942 / 75 tahun
 Agama : Islam
 Suku : Bugis-Makassar
 Pekerjaan : IRT
 Tanggal MRS : 28 Oktober 2018
 No. RM : 51.55.13
 Jenis operasi/alasan op : Radical excision of skin lession
 Jenis anestesi : Anestesi lokal
Anamnesis
 Keluhan Utama : Benjolan pada daerah rahang
bawah kiri.
 Anamnesis Terpimpin : Pasien Perempuan 75 tahun, masuk
RSUD Syekh Yusuf dengan keluhan adanya benjolan pada
daerah rahang kiri sejak ± 3 bulan yang yang lalu. Awalnya
berupa benjolan seperti tahi lalat sebesar biji jagung. Benjolan
awalnya kecil, berwarna hitam, bulat, tidak nyeri dan tidak
gatal. Namun benjolan tersebut semakin lama semakin
bertambah besar, terasa nyeri dan gatal sehingga pasien sering
menggaruknya. Riwayat asma (-), alergi (-), penyakit jantung (-),
riwayat hipertensi (+), riwayat DM (-).
 Riwayat Penyakit Sebelumnya : Tidak ada
 Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada
Pemeriksaan Fisik
Status Generalisata
Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : Composmentis GCS 15 (E4M6V5)
Status Gizi : Baik
Tanda Vital
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Nadi : 88x/menit, reguler
Suhu : 36,3 0C
Pernapasan : 22x/menit
VAS :2
Kepala : Normocephali, rambut berwarna hitam, distribusi merata,
tidak mudah dicabut, tidak rontok.
Mata : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil isokor
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)
Thorax
Paru : Suara nafas vesikuler, rhonki (-), wheezing (-)
Jantung : Bunyi jantung I dan II reguler,murmur (-),gallop(-)
Abdomen : Ikut gerak napas, peristaltik (+) kesan normal
Ektremitas : Akral hangat, edema (-), sianosis (-)
Terpasang kateter : Tidak terpasang
Berat Badan : 45 kg
Tinggi Badan : 147 cm

Status Lokalis
Regio Mandibula sinistra: tampak benjolan dengan diameter ± 2,3 cm, Konsistensi
lunak, dan terasa nyeri (+).
Pemeriksaan Penunjang
 Tanggal 26/10/2018
Hematologi
WBC 6,9 x 103/µL
RBC 3,98 x 106/µL
HGB 11,9 g/dL
HCT 36,1 %
PLT 182 x 103/µL

Kimia Darah
GDS 77 mg/dL
SGOT/SGPT 17/16 U/L
Ureum/Kreatinin 22 / 0,4 mg/dL
Hemostasis
CT 9’
BT 2’15’’
PT 15,4 detik
APTT :33,2 detik
Serologis
HbsAg Non-Reaktif
 Kesan Anestesi
Pasien perempuan berusia 75 tahun dengan diagnosis
Basalioma, klasifikasi ASA PS II.

 Penatalaksanaan Pre Operatif


 Informed consent mengenai tindakan operasi yang akan
dilakukan.
 Informed consent mengenai pembiusan dengan anestesi
lokal.
 Menyampaikan pada pasien mengenai persiapan operasi
yaitu puasa ± 8 jam mulai pukul 00.00 WITA.
 KESIMPULAN
 Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik

maka dapat disimpulkan:


 Diagnosa Peri Operative: Basalioma

 Status Operative : ASA PS II


 Jenis Operasi : Radical excision of
skin lession.
 Jenis Anestesi : Anestesi lokal
Laporan Anestesi
 PRE OPERATIF
 Informed consent kepada pasien tentang tindakan anestesi yang akan
dilakukan.
 Pasien puasa selama ± 8 jam sebelum operasi dimulai.
 Kandung kemih tidak terpasang kateter.
 Sudah terpasang cairan infus RL.
 Keadaan umum: compos mentis.
 Tanda vital:
 Tekanan darah : 140/90 mmHg
 Nadi : 82 x/menit
 Frekuensi napas : 20 x/menit
 Suhu : 36,5 celcius

 TINDAKAN ANESTESI
 Anestesi lokal
PENATALAKSANAAN ANESTESI
 Memastikan alat-alat dan medikasi yang dibutuhkan selama proses
anestesi sudah lengkap seperti:
 Kasa steril.

 Sarung tangan steril.

 Povidon Iodine.

 Plester.

 Lidocaine HCl 2%.

 Spuit 10 cc.

 Lampu.

 Monitor tanda vital.

 Alat-alat resusitasi.

 Obat-obat anestesi lainnya jika dibutuhkan seperti fentanil,


midazolam, ephedrin, atropin, pethidin, ketamin dan propofol.
 INTRA OPERATIF
Pasien diposisikan pada posisi yang nyaman yaitu
posisi supine dan memudahkan operator untuk
melaksanakan operasi, karena lokasi daerah lesi
tersebut berada didaerah mandibula sinistra. Pasien
diinjeksikan obat fentanil 8 cc (80 mikrogram), dan
midazolam 3 mg, setelah itu dilakukan anestesi lokal
disekitar lesi (benjolan) pada pukul 10.30 WITA
menggunakan Lidocaine HCl 2% setelah itu
dilakukan tindakan eksisi pada basalioma dan lama
operasi berlangsung 40 menit.
 Monitoring tanda-tanda vital (monitor):
 Kesadaran : Composmentis
 TD : 130/80mmHg
 Nadi : 88 x/meit
 Pernapasan : 20x/menit
 SpO2 : 99%

 PASCA OPERATIF
 Pasien masuk diruang pemulihan.
 Monitoring tanda-tanda vital post operasi.
 Evaluasi keluhan post operasi.
 Pasien dipindahkan ke ruang perawatan V RSUD Syekh
Yusuf.
Pembahasan
 Pasien Perempuan, 75 Tahun Masuk RSUD Syekh Yusuf.
Dari Bedah di diagnosis Basalioma dan direncanakan
untuk dilakukan eksisi pada lesi.
 Visite pre-operatif anestesi, pasien memiliki riwayat
hipertensi terkontrol sehingga termasuk dalam
klasifikasi ASA II ( pasien dengan penyakit sistemik
ringan)
 Pada pasien ini, pasien dipuasakan sebelum operasi,
tujuannya untuk pengosongan lambung sebelum anestesi
penting untuk mencegah aspirasi isi lambung karena
regurgitasi dan muntah pada pembedahan elektif.
 Pilihan Anestesi pada kasus ini adalah anestesi lokal
dengan infiltrasi, dimana berdasarkan referensi
mengenai eksisi pada basalioma dilakukan anestesi
lokal dengan menggunakan lidokain Hcl 2% sebagai
blok saraf.
 Pada pasien ini diberikan obat premedikasi yaitu
injeksi fentanyl dan midazolam.
 Setelah operasi selesai pasien dipindahkan keruang
pemulihan dan dievaluasi tanda-tanda vital dan
kesadaran serta keluhan jika ada, kemudian pasien
dipindahkan ke perawatan.
Tinjauan Pustaka
 Anestesi lokal didefinisikan sebagai suatu tindakan
yang menyebabkan hilangnya sensasi rasa nyeri
pada sebagian tubuh secara sementara yang
disebabkan adanya depresi eksitasi di ujung saraf
atau penghambatan proses konduksi pada saraf
perifer. Anestesi lokal menghilangkan sensasi rasa
nyeri tanpa hilangnya kesadaran yang
menyebabkan anestesi lokal berbeda dari anestesi
umum
Golongan obat anestesi lokal

ESTER
• Metabolisme oleh enzim pseudo-kolinesterase di
plasma
• Turunan dari pamino-benzoic acid memiliki frekuensi
kecenderungan alergi lebih besar

AMIDE
• Melalui degradasi enzimatis di hati
• Kecenderungan alergi kurang
Mekanisme dari anestesi lokal adalah memblok kanal
natrium (voltage gated channel sodium)
Membran
sel

Memblok Depolarisasi
konduksi terganggu
potensial aksi

Mencegah Ca
depolarisasi ekstraseluler
normal meningkat
membran

Influks ion Obat berikatan


terganggu didalam kanal
Na
Penggolongan obat

 Golongan Ester (-  Golongan Amida (-NHCO-)


 Lidokain
COO-).
 Mepivakain
 Prokain
 Bupivacaine
 Tetrakain  Prilokain

 Kokain  Artikain

 Dibukain
 Benzokain
 Ropivakain
 Kloroprokain
 Etidokain

 Levobupivakain
Potensi dan lama kerja

Group I Group II Group III

Prokain dan Lidokain, Tetrakain,


kloroprokain mepivakain, bupivakain,
dan prilokain dan etidokain

Potensi lemah Potensi dan Potensi kuat


dengan lama lama kerja dan lama
kerja singkat sedang kerja panjang
No. Anestesi local Dosis Maksimum
1. Lidokain 7,0 mg/kgBB (3,2 mg/Ib BB)
2. Mepivakain 6,6 mg/kgBB (3,0 mg/Ib BB)
3. Artikain 7,0 mg/kgBB ( mg/Ib BB)
4. Bupivakain 2,0 mg/kgBB ( mg/Ib BB)
5. Prilokain 8,0 mg/kgBB (3,6 mg/Ib BB)
6. Etidokzin 8,0 mg/(3,6kgBB ( mg/Ib BB)
 Efek samping anestesi lokal yang mungkin terjadi:
kerusakan saraf, reaksi alergi, kerusakan vaskuler,
pneumotoraks (pada blok pleksus), infeksi pada
area injeksi, injeksi intravaskuler, nekrosis jaringan
(jika menggunakan vasokonstriktor), reaksi toksik
sistemik, reaksi sistem saraf pusat, hiperventilasi,
agitasi, depresi napas, hipotensi, atau aritmia
Basalioma
 Karsinoma sel basal (basalioma) adalah keganasan
kulit yang berasal dari sel nonkeratinisasi lapisan
basal epidermis. Karsinoma Sel Basal (KSB) disebut
juga basalioma, epitelioma sel basal, ulkus rodent,
ulkus Jacob, atau tumor Komprecher.
 Terdapat 5 subtipe KSB yaitu KSB nodular,
superfisial, morpheaform, KSB berpigmen, dan
fibroepitelioma Pinkus. Subtipe nodular yang paling
sering dijumpai) berupa papul atau nodus
translusen, telangiektasia, dan rolled border
 Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan histopatologi
dari salah satu lesi untuk menentukan subtipe KSB.
 Pemilihan tatalaksana KSB dipertimbangkan
berdasarkan lokasi anatomis dan gambaran
histopatologi. Secara garis besar, terapi KSB
dikelompokkan menjadi teknik bedah dan non-bedah.
Tujuan dari penatalaksanaan KSB adalah
menghilangkan total lesi KSB, menjaga jaringan normal,
fungsi jaringan, serta mendapatkan hasil optimal
secara kosmetik.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai