Anda di halaman 1dari 48

KEBIJAKAN DAN STRATEGI

PENINGKATAN KESERTAAN BER-KB

Oleh:
Dr. Ir. Dwi Listyawardani, M.Sc, Dip.Com.
DEPUTI BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN
REPRODUKSI

Temu Kerja Penguatan Pelayanan KB Jalur Swasta di Era JKN


Bekasi, 20 - 22 September 2018
Pendahuluan
SASARAN PEMBANGUNAN BIDANG KEPENDUDUKAN DAN KB
(RPJMN 2015-2019)

No INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019 2015-


2019
1 Angka kelahiran total (total 2,37 2,36 2,33 2,31 2,28 2,28
fertility rate/TFR) per WUS
(15-49 tahun)
2 Persentase pemakaian 65,2 65,4 65,6 65,8 66,0 66,0
kontrasepsi (contraceptive (all (all (all (all (all (all
methods) methods) methods) methods) methods) methods)
prevalence rate/CPR)

3 Menurunnya tingkat putus 26,0 25,7 25,3 25,0 24,6 24,6


pakai kontrasepsi
4 Meningkatnya penggunaan 20,5 21,1 21,7 22,3 23,5 23,5
MKJP (persen)

5 Persentase kebutuhan ber-KB 10,60 10,48 10,26 10,14 9,91 9,91


yang tidak terpenuhi (unmet
need)(%)
3
SASARAN, INDIKATOR KINERJA & TARGET PROGRAM KKBPK
z
Target
Program Sasaran Indikator kinerja 2017 Target 2018

Program Terlaksananya 1. Jumlah peserta KB baru/ PB (juta) 7.43 7.39


Kependudukan, program
KB & Kependudukan, KB 2. Age Spesific Fertility Rate (ASFR) 15- 42/1000 40/1000
Pembangunan dan Pembangunan 19 tahun Perempuan Perempuan
Keluarga Keluarga di 15 -19 th 15-19 th
seluruh tingkatan 3. Persentase PUS yang memiliki 31 50
wilayah pengetahuan dan pemahaman tentang
semua jenis metode kontrasepsi
modern
4. Persentase keluarga yang memiliki 30 40
pemahaman dan kesadaran tentang
fungsi keluarga
5. Indeks pengetahuan remaja tentang 50 51
generasi berencana
6. Persentase masyarakat yang 46 48
mengetahui tentang isu kependudukan

7. Jumlah ketersediaan data dan 1 1


informasi keluarga (Pendataan
keluarga yang akurat dan tepat waktu) 4
PERATURAN KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
NOMOR 199 TAHUN 2016 TENTANG
RENCANA STRATEGIS BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL TAHUN 2015 - 2019

KEBIJAKAN:
Meningkatkan akses pelayanan KB dan KR yang merata dan
berkualitas

STRATEGI:
1. Penguatan dan pemaduan kebijakan dalam sistem SJSN Kesehatan
(kemudahan akses terhadap fasilitas pelayanan KB di setiap tingkatan
wilayah);
2. Penggerakan pelayanan MKJP serta KB Pascapersalinan dan Pascakeguguran;
3. Peningkatan jaminan ketersediaan alokon & sarana pelayanan KB;
4. Peningkatan pelayanan KB secara statis dan bergerak di DTPK;
5. Peningkatan kapasitas tenaga medis dan penguatan kapasitas tenaga
lapangan untuk mendukung penggerakan dan penyuluhan KB;
6. Promosi dan konseling kesehatan dan hak-hak reproduksi;
7. Penguatan kemandirian ber-KB.
SASARAN STRATEGIS DAN INDIKATOR KINERJA DEPUTI BIDANG KB DAN KR
TAHUN 2015-2019

Sasaran Strategis:
1. Meningkatnya jumlah PA tambahan
2. Meningkatnya persentase kesertaan ber KB di daerah tertinggal,
Perbatasan dan Kepulauan terluar (DTPK)

NO INDIKATOR BASELINE RENSTRA TARGET KINERJA


TARGET 2015 2016 2017 2018 2019
2014

1 Jumlah PA - - - 1.150.000 965.000 744.000


Tambahan

2 Persentase 122 12% 24% 36% 48% 60%


peningkatan Kabupaten
kesertaan KB di
Daerah Terpencil,
Perbatasan dan
Kepulauan Terluar
(DTPK)
INDIKATOR KINERJA

INDIKATOR KINERJA UTAMA INDIKATOR KINERJA KEGIATAN

PENINGKATAN PEMBINAAN KESERTAAN BER-KB


1. Jumlah PA JALUR PEMERINTAH
Tambahan

2. Persentase PENINGKATAN PEMBINAAN STANDARISASI


peningkatan KAPASITAS TENAGA KESEHATAN PELAYANAN KB
kesertaan KB di DAN KR
Daerah Terpencil,
Perbatasan dan
PENINGKATAN KESERTAAN KB DIWILAYAH DAN
Kepulauan
SASARAN KHUSUS
Terluar (DTPK)

PENINGKATAN KUALITAS KESEHATAN REPRODUKSI


INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (1)

INDIKATOR TAHUN 2018

1. PUS yang mendapatkan jaminan 54,5%


PENINGKATAN ketersediaan alat dan obat kontrasepsi
PEMBINAAN KESERTAAN (alokon) melalui SJSN Kesehatan 71.1%
BER-KB JALUR (dari 53.342 asumsi
PEMERINTAH 2. Faskes yang mendapatkan pemenuhan faskes yang
sarana, alokon sesuai dengan standar bekerjasama dengan
pelayanan KB SJSN kesehatan th.
2019)
3. fasilitasi pembinaan kesertaan ber-KB 12 kali di setiap
Jalur Pemerintah provinsi

1. Faskes dan jejaringnya yang memiliki 66%


PENINGKATAN PEMBINAAN tenaga kesehatan terstandarisasi/ (dari 53.342 asumsi
STANDARISASI KAPASITAS kompeten dalam pelayanan KB dan KR (1 faskes yang
TENAGA KESEHATAN faskes yang sudah bekerjasama dengan bekerjasama dengan
PELAYANAN KB DAN KR SJSN Kesehatan memiliki 1 dokter dan atau SJSN kesehatan th.
1 bidan terstandarisasi/kompeten) 2019)

2. Peserta KB (PBI dan non PBI) yang 64,5%


dilayani di Faskes Swasta dan
jejaringnya
INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (2)

INDIKATOR TAHUN 2018

1. Daerah Tertinggal, Perbatasan dan 48 % kabupaten


PENINGKATAN Kepulauan terluar (DTPK) dan Wilayah Gaciltas dan 55%
KESERTAAN KB Miskin Perkotaan yang Difasilitasi dalam wilayah miskot
DIWILAYAH DAN Pembinaan Kesertaan Ber-KB
SASARAN KHUSUS 2. Fasilitasi Pembinaan KBKR di Daerah 34 Provinsi
Tertinggal, Terpencil dan Kepulauan
terluar (DTPK), Wilayah Miskin Perkotaan
dan Sasaran Khusus (KB Pria)

1. Faskes KB yang memiliki tenaga


pelayanan KB yang memenuhi standar 35.206 Faskes
dalam melaksanakan promosi dan
PENINGKATAN KUALITAS konseling kesehatan dan hak-hak
KESEHATAN REPRODUKSI reproduksi yang berkualitas
2. Kelompok Kegiatan (BKB-BKR-BKL- 62.416 Poktan
UPPKS dan PPKS) yang mendapatkan
promosi dan konseling kesehatan, serta
hak-hak reproduksi yang berkualitas
(memenuhi standar)
3. Jumlah fasilitasi Kesehatan Reproduksi 34 provinsi
Reviu Capaian Program 2017
TFR, CPR, Unmet Need Ber-KB,
dan ASFR 15-19 Tahun
Total Fertility Rate (TFR) ASFR 15-19 Tahun
4 (per 1000 remaja putri)
3 2.85 2.78 80 67
3 2.63 2.6 2.6 2.4 61 62
60 51 51 48
2 36
40
1 20
0 0
1991 1994 1997 2002 2007 2012 2017 1991 1994 1997 2002 2007 2012 2017
CPR Semua Cara (%) SDKI 1991 – 2017
Unmet Need ber-KB (%)
SDKI 1991 – 2017

20 17
80 63.3
57.4 60.3 61.4 61.9 15.3
49.7 54.7 15 13.6 13.2 13.1
60 11.4 10.6
40 10
20 5
0
0
1991 1994 1997 2002 2007 2012 2017 1991 1994 1997 2002 2007 2012 2017
SDKI 1991 – 2012, PMA 205 SDKI 1991 – 2017
TOTAL FERTILITY RATE (TFR) PER PROVINSI

NTT 3.4
Papua 3.3
Maluku 3.3
Papua Barat 3.2
Maluku Utara 2.9
Riau 2.9
Sumatera Utara 2.9
Sulawesi Tenggara 2.8
Kalimantan Utara 2.8

TFR Prov > TFR Nas


Sulawesi Barat 2.7
Sulawesi Tengah 2.7
Kalimantan Timur 2.7
Kailmantan Barat 2.7
Aceh 2.7
Sumatera Selatan 2.6
Gorontalo 2.5
Kalimantan Tengah 2.5
NTB 2.5
Sumatera Barat 2.5 19 Prov
Indonesia 2.4
Sulawesi Selatan 2.4
Kalimantan Selatan 2.4
15 Prov

TFR Prov ≤ TFR Nas


Jawa Barat 2.4
Banten 2.3
Jawa Tengah 2.3
Target Renstra 2015-2019
Bangka Belitung 2.3
Lampung 2.3 INDIKATOR 201 201 201 201 201
Bengkulu 2.3 5 6 7 8 9
Jambi 2.3 Angka kelahiran total 2,37 2,36 2,33 2,31 2,28
Sulawesi Utara 2.2 (total fertility rate/TFR)
D.I Yogyakarta 2.2 per WUS (15-49 tahun)
DKI Jakarta 2.2
Kepulauan Riau 2.2
Bali 2.1
Jawa Timur 2.1
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5

Sumber : Hasil Sementara SDKI 2017


UNMET NEED PER PROVINSI (%)

Papua Barat 11 12.7 23.7


Maluku 8.8 10.2 19
Maluku Utara 7.7 10 17.7
NTT 9.8 7.7 17.6
Kalimantan… 6.2 9.6 15.8
NTB 7.9 7.7 15.7

Unmet need Prov > Unmet need Nas


DKI Jakarta 6.5 9.2 15.7
Papua 6 9.2 15.2 Sumber : Hasil Sementara SDKI 2017
Sulawesi… 8.2 7 15.2
Sulawesi… 7 7.6 14.6
Sulawesi… 6.3 8 14.4
Gorontalo 3.9 9.1 12.9
Sulawesi… 4.8 7.6 12.4
Aceh 5.6 6.7 12.3
Riau 5.8 5.5 11.3
Jawa Barat 4 7 11
Jawa Tengah 3.7 7.1 10.8
Bali 2.6 8 10.7 19 Prov
Sumatera… 3.8 6.9 10.7
Indonesia 4.1 6.5 10.6

Nas
Unmet need Prov < Unmet need
Kalimantan… 4 6.2 10.2 15 Prov
Kepulauan… 3.7 6.3 10.1 Target Renstra 2015-2019
Kalimantan… 5.3 4.5 9.8
INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019
Banten 4.2 5.7 9.8
Persentase kebutuhan ber-KB 10,60 10,48 10,26 10,14 9,91
Sulawesi… 3.1 6.3 9.4
yang tidak terpenuhi (unmet
Sumatara… 2.9 6.2 9.1 need)(%)
Sumatera… 2.7 5.9 8.6
Kalimantan… 2.5 6 8.5
Lampung 3.2 5.2 8.4
Jawa Timur 2.7 5 7.8
Bengkulu 2.8 4.1 6.9
Jambi 2.9 3.9 6.8 Penjarangan
Kalimantan… 2.1 4.2 6.3 Pembatasan
D.I… 1.8 4.4 6.3 Total Unmet Need
Bangka… 1.5 4.1 5.6

0 10 20 30 40 50
PA MKJP DAN NON MKJP TERHADAP CPR CARA MODERN (%)

NTT 57.63 42.37


Sumatera Utara 59.82 40.18
Gorontalo 62.18 37.82
Bali 62.41 37.59
D.I Yogyakarta 67.82 32.18

%PA MKJP Prov > %PA MKJP Nas


DKI Jakarta 68.71 31.29
Jawa Tengah 70.99 29.01 Target Renstra 2015-2019
Papua 71.79 28.21
NTB 72.58 27.42 INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019
Sumatera Barat 72.80 27.20
Sulawesi Utara 73.28 26.72 Meningkatnya 20,5 21,1 21,7 22,3 23,5
Maluku Utara 73.65 26.35 penggunaan
Sumatera Selatan 74.27 25.73 MKJP (persen)
Bengkulu 75.12 24.88
Papua Barat 75.77 24.23
Sulawesi Tengah 76.01 23.99 16 Prov
Indonesia 76.64 23.36
Maluku 76.73 23.27

%PA MKJP Prov < %PA MKJP Nas


Kepulauan Riau 77.00 23.00 18 Prov
Sulawesi Barat 77.16 22.84
Jawa Timur 77.18 22.82
Sulawesi Selatan 78.64 21.36
Lampung 78.69 21.31
Sulawesi Tenggara 78.71 21.29
Kalimantan Timur 80.13 19.87
Bangka Belitung 80.87 19.13
Jawa Barat 81.48 18.52
Jambi 81.57 18.43
Kalimantan Utara 81.88 18.12
Aceh 83.41 16.59
Riau 83.60 16.40
Kalimantan Barat 84.87 15.13
Kalimantan Tengah 85.71 14.29
Banten 87.09 12.91
Kalimantan Selatan 88.18 11.82
0 20 40 60 80 100 120

NON MKJP MKJP


Sumber : Hasil Sementara SDKI 2017
METHOD FAILURE RATE MKJP AND NON MKJP
METHOD-FAILURE RATE

MKJP

non-MKJP

Sumber : Hasil Sementara SDKI 2017


TOTAL DEMAND UNTUK KELUARGA BERENCANA (%)

D.I Yogyakarta 6.3 76 82.2


Sulawesi Utara 12.4 67.4 79.8
Kalimantan Tengah 6.3 73.2 79.5

Total Demand Prov > Total Demand Nas


Bali 10.7 67.3 78
Lampung 8.4 69.6 77.9 Sumber : Hasil Sementara SDKI 2017
Jawa Timur 7.8 69.8 77.6
Bengkulu 6.9 70.5 77.4
Bangka Belitung 5.6 71.1 76.8
Kalimantan Timur 10.2 66.5 76.7
Kalimantan Barat 9.8 66.9 76.7
Kalimantan Selatan 8.5 68.1 76.6
Jawa Tengah 10.8 65.7 76.5
Jambi 6.8 69.7 76.5
Sumatera Selatan 8.6 67.8 76.4 17 Prov
Sulawesi Tengah 9.4 65.4 74.9
Gorontalo 12.9 61.6 74.5 Total Demand = Unmet Need+Met Need
Jawa Barat 11 63.3 74.3
Indonesia 10.6 63.6 74.2
DKI Jakarta 15.7 56.9 72.6

Total Demand Prov < Total Demand Nas


Riau 11.3 60.3 71.6
Banten 9.8 61.6 71.4
17 Prov
Sulawesi Selatan 14.4 56.8 71.1
Maluku Utara 17.7 51.9 69.6
Sumatera Utara 10.7 58.9 69.5
Sumatera Barat 9.1 60.1 69.2
Kepulauan Riau 10.1 59 69.1
Sulawesi Tenggara 15.2 53.8 69 Unmet need Met need
Sulawesi Barat 14.6 54.2 68.8
Kalimantan Utara 15.8 52.8 68.6
NTB 15.7 52.3 68
NTT 17.6 50.2 67.7
Maluku 19 46.9 65.8
Papua Barat 23.7 40.5 64.2
Aceh 12.3 51.6 63.9
Papua 15.2 38.4 53.6
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
JUMLAH KEMATIAN IBU TAHUN 2016 DAN TAHUN 2017

900
797
800
700 602
TAHUN 2016 Total : 4,912
600 534
500
400
300 253 240
182 169 156
200 142139 130 108
103 97 96 95 94 92 92 86 74 73 73
100 61 59 54 50 49 47 46 41 39
24 15
0

TAHUN 2017 Total : 4,294

Sumber : Data Rutin Kesga, 2016-


2017
STATUS KESEHATAN PEREMPUAN INDONESIA

Ibu rumah Bumil Anemia


tangga dgn dgn Perempuan WUS
AIDS HIV 23,9% KEK:
12.219 (#2) 4.389 Bumil 37,1% 20,8%

Infeksi HIV:
WUS
90% pada usia
reproduksi AKI 305 hipertensi
21,3%
(15-49 th) /100.00
0 KH
Ca Nikah Kehamila
Ca Kekerasan: remaja n remaja
cervix 1 dari 3
payudar 12,8% (15-19 th) (15-19 th)
a 28,7% perempua 23,9% 48/1000
n

Ketidaksetaraan Gender:
Keterbatasan Persepsi Budaya Kondisi Geografis Diskriminasi, Subordinasi, Rentan
Sosial-Ekonomi Mengalami Kekerasan,
Peran Ganda
Riskesdas 2013 SUPAS 2015 Laporan HIV AIDS Triwulan IV/2016
KB DAN KEMATIAN IBU DAN ANAK

64,2% * telah 44%


Jumlah kematian ibu

CPR Global (2012)

Jumlah kehamilan tak direncanakan


100% ** akan 70% (unintended pregnancy)
Bila seluruh kebutuhan
kontrasepsi modern Jumlah aborsi yang tidak aman
terpenuhi (met need for 74% (unsafe abortion)
modern contraceptives)

+ Jumlah kematian ibu


25%

Jumlah kematian bayi baru lahir


* Ahmed et al, the Lancet 2012 18%
** WomenDeliver
JUMLAH KEPESERTAAN PROGRAM JKN
PER 1 SEPTEMBER 2018

(Sumber : www. bpjs-kesehatan,go.id, September 2018)


Jumlah Fasilitas Kesehatan
yang telah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan

(Sumber : www. bpjs-kesehatan,go.id, September 2018)

FKTP 21.474
Sinkronisasi data faskes yang
FKRTL 2.500
melayani KB dan berikan K/0/KB
TOTAL 23.974
Jumlah Faskes KB yang Bekerjasama dengan BPJS Kesehatan
dan Teregister di SIM BKKBN

20.000 18.912 Total Faskes


18.786
18.000
Faskes Bekerjasama BPJS
16.000
Faskes Belum Bekerjasama BPJS
14.000

12.000
10.428 10.709
10.000
55,51% 8.358 8.203
8.000
44,49% 56,63%
6.000
43,37%
4.000

2.000

-
SEMESTER 2 2017 SEMESTER 1 2018

Keterangan:
• Jumlah yang bekerjasama dengan BPJS mengalami peningkatan

Sumber : Data Potensi Klinik Semester 2 tahun 2017 dan Semester 1 tahun 2018
Jenis faskes yang teregistrasi dalam SIM BKKBN 2018
20,000 18,912

18,000

16,000

14,000

12,000

9,746
10,000

8,000
5,808
6,000

4,000
1,809
2,000
748 632
157 12
-
Nasional Puskesmas Lainnya RS RS bersalin Pustu Praktik dokter Praktik Bidan
Mandiri

catatan:
Pustu dan praktik bidan mandiri harusnya tidak berdiri sebagai Faskes KB karena merupakan
jejaring/jaringan Faskes KB; Faskes lainnya terlalu banyak dan harus didentifikasi lagi lebih
lanjut. Sumber : Data Potensi Klinik Semester 1 tahun 2018
Faskes KB yang bekerjasama dengan BPJS Kes
GORONTALO 8.92 91.08
SUL. BARAT 0.76 99.24
BENGKULU 7.34 92.66
BALI 19.56 80.44
DIY 18.52 81.48
JATIM 29.43 70.57
RIAU 33.47 66.53
SULSEL 24.20 75.80
SUMSEL 15.83 84.17
KALTARA 2.04 97.96
JAMBI 30.69 69.31
BABEL 27.27 72.73
JABAR 38.82 61.18
BANTEN 41.41 58.59
KALSEL 44.41 55.59
LAMPUNG 17.55 82.45
JATENG 43.94 56.06 tidak
NASIONAL 43.37 56.63
NAD 47.46 52.54
bekerjasama
NTT 56.87 43.13 bekerjasama
SUMUT 40.50 59.50
KALTIM 14.83 85.17
KEP. RIAU 41.17 58.83
NTB 61.53 38.47
DKI 60.60 39.40
KALBAR 62.01 37.99
SULTENG 37.79 62.21
SULTERA 59.59 40.41
SUMBAR 70.18 29.82
SULUT 74.26 25.74
KALTENG 58.90 41.10
MALUT 85.41 14.59
PAPUA BARAT 91.74 8.26
MALUKU 99.21 0.79
PAPUA 94.71 5.29

0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00


Sumber : Data Potensi KLinik Semester 1 tahun 2018
Faskes yang bekerjasama dengan BPJS Kes berdasarkan
kepemilikan

20.000 18.912 Total Faskes Swasta


Pemerintah
27,394%
18.000 72,61%
Faskes Bekerjasama BPJS (5.327)
(13.585)
16.000
Faskes Belum Bekerjasama BPJS
14.000

12.000
10.709
10.000
8.203
8.000

6.000
Catatan:
4.000 jumlah faskes pemerintah yang teregistrasi 14.502
2.000
dan yang tercatat bekerjasama dengan BPJS
kesehatan hanya 9,885 Faskes
-
SEMESTER 1 2018  Berdasarkan Perpres nomor 19 tahun 2016 (pasal
36):
Fasilitas Kesehatan milik Pemerintah dan
Pemerintah Daerah yang memenuhi persyaratan
wajib bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.
Sumber : Data Potensi Klinik Semester 1 tahun 2018
PENAMBAHAN PA TAHUN 2017
Tahun Bulan Jumlah PA Penambahan PA dibandingkan Des
2016

Capaian 2016 Desember 36.306.662

Capaian 2017 Desember 35,823,514 (483.148)


Target PA Tambahan 2017 1.150.000

Sumber Data: Laporan umpan balik Pengendalian Lapangan Des 2016 –


Des 2017

Berdasarkan tabel diatas, PA per November 2017 (data terakhir ) berkurang (483.148)
dibandingkan PA per Desember 2016, disisi lain target PA tambahan 2017 yang harus
dicapai sebesar 1.150.000, sehingga PA tambahan 2017 tidak tercapai
sebesar 1.633.148 atau - 142,01 % dari target yg diharapkan.
ISU STRATEGIS, TANTANGAN DAN KEGIATAN STRATEGIS
Isu&strategis
Isu strategis tantangan & tantangan (1)
No Isu strategis Tantangan
1. Kesertaan ber KB 1. KB modern mengalami penurunan (57,2%) meskipun KB all method
meningkat menjadi 63,6%, karena adanya peningkatan metode KB
tradisional menjadi 6,4% (laporan Sementara SDKI 2017)
2. Disparitas Kesertaan Ber KB antar provinsi belum merata (25,8% di
Papua Barat sampai 35,59% di Kalimantan Tengah 69,4% (laporan
sementara SDKI 2017)
3. Unmet Need masih Tinggi sebesar 10,46 (Laporan sementara SDKI
2017)
4. Angka Putus Pakai masih Tinggi Pil sebesar 46,1% dan Suntik
sebesar 28,7% (laporan sementara SDKI 2017)
5. Capaian peserta KB baru (PB) tidak berdampak terhadap
penambahan Peserta KB aktif (PA) modern bahkan mengalami
minus (laporan umpan balik Dallap 2017)
6. Kontribusi KB Pascapersalinan dan Pascakeguguran terhadap
capaian PB masih rendah hanya sebesar 22,4% (Laporan umpan
balik Pelkon 2017)
7. KB MKJP mengalami peningkatan, namun angka putus pakai MKJP
masih cukup tinggi (IUD 9%, Implan 6,4%) (laporan sementara SDKI
2017)
Isu&strategis
Isu strategis tantangan & tantangan (2)
No Isu strategis Tantangan
2. Faskes yang memperoleh 1. Jumlah Faskes KB yang bekerjasama dengan BPJS Kes masih
sarana dan alokon rendah (56%);
2. Penetapan klasifikasi Faskes KB dalam K/0/KB masih belum
sesuai dengan definisi (93% dominasi Faskes KB
SEDERHANA=hanya mampu melayani pil, suntik dan
kondom..??) ;
3. Kebijakan distribusi alokon nasional terkait penyesuaian
lingkungan strategis masih dalam proses revisi;
4. Utilisasi laparoskopi masih belum optimal

3. Faskes & jejaring dengan 1. Kebijakan sertifikasi dan kompetensi serta penyelenggara
nakes terlatih pelatihan (terkait lembaga pelatihan yang terakreditasi oleh
PPSDM Kemenkes RI);
2. Retensi pelayanan KB MKJP pasca pelatihan;
3. Bidan yang terlatih belum berjejaring dengan FKTP
4. Kab galciltas dan kota 1. Kebijakan pelayanan bergerak dengan memperhatikan sistem
(miskot) yang difasilitasi rujukan pasca pelayanan dan pengawasan mutu pelayanan
kesertaan ber KB dan pembiayaan masih dalam proses;
2. Penggarapan wilayah unmet need belum optimal.
Isu strategis & tantangan (3)
No Isu strategis Tantangan

5. Faskes KB dengan tenaga 1. Standarisasi tenaga pelayanan untuk promosi dan konseling
pelayanan yang terstandar hak-hak reproduksi di faskes KB;
& melakukan promosi & 2. Bahan promosi dan konseling hak-hak reproduksi;
konseling hak-hak 3. Mekanisme promosi dan konseling hak-hak reproduksi di
reproduksi Faskes;
4. Alat ukur kegiatan promosi dan konseling hak-hak reproduksi
di Faskes jika telah/belum dilakukan.

6. Kelompok sasaran yang 1. Standarisasi tenaga pelayanan untuk promosi dan konseling
mendapatkan promosi dan hak-hak reproduksi di kelompok sasarana;
konseling hak-hak 2. Bahan promosi dan konseling hak-hak reproduksi;
reproduksi 3. Mekanisme promosi dan konseling hak-hak reproduksi di
kelompok sasaran;
4. Alat ukur kegiatan promosi dan konseling hak-hak reproduksi
di kelompok sasaran jika telah/belum dilakukan.
Isu strategis & tantangan (4)
No Isu strategis Tantangan
7. Sistem rujukan horisontal 1. Belum berjalannya sistem rujukan horisontal
antar FKTP untuk pelayanan KB yang
terkendala dari aspek SDM atau sarana;
2. Belum tersedia sistem informasi /kerjasama
(termasuk sistem klaim) antar FKTP yang
merujuk/menerima rujukan.
8. Pelayanan KB rumah sakit 1. Batasan pelayanan KB di Rumah Sakit;
2. Rendahnya cakupan pelayanan KB pasca
persalinan/pasca keguguran di RS;
3. Multi persepsi sistem klaim antar dokter,
koder, verifikator RS dan verifikator BPJS Kes.
4. Bergesernya pola fee for service menjadi pola
asuransi bagi nakes;
5. Sistem pembiayaan berbasis grouping
KEGIATAN STRATEGIS KEDEPUTIAN KBKR (1)
1. Peningkatan CPR terutama MKJP
 Pemenuhan kebutuhan alokon sistem cafetaria (khususnya MKJP) dan sarana di faskes
 Perluasan dan peningkatan pelayanan KB MKJP di fasilitas kesehatan dan jejaringnya
 Peningkatan penggerakan dan pelayanan KB termasuk KB pasca persalinan dan pasca
keguguran
 Pelatihan teknis medis pelayanan KB dan kualifikasi pasca pelatihan bagi tenaga kesehatan

2. Penurunan unmet need


 Optimasisasi pelayanan KB di wilayah legok unmet need
 Mendekatkan akses pelayanan KB di DTPK dan miskin perkotaan melalui pelayanan KB
bergerak
 Memperluas jejaring kemitraan pelayanan KB terutama di kampung KB
 Peningkatan kesertaan KB pria

3. Penurunan angka putus pakai


 Penguatan konseling pada pra dan pasca pelayanan KB
 Penguatan poktan melalui penyediaan materi konseling kesehatan reproduksi
 Memastikan ketersediaan alokon yang tepat jumlah dan tepat waktu di fasilitas kesehatan
 Pembinaan kesertaan berKB melalui PLKB, PKB, PPKBD, sub PPKBD, Kader kelompok-kelompok
kegiatan
KEGIATAN STRATEGIS KEDEPUTIAN KBKR (2)
4. Peningkatan kualitas pelayanan KB
 Penetapan standarisasi pelayanan KB
 Penetapan standarisasi kompetensi tenaga pelayanan KB
 Penetapan standarisasi FKTP swasta penyelenggara pelayanan KB
 Penguatan Tim Jaga Mutu pelayanan KB melalui kemitraan (antara lain kerja sama dengan
organisasi profesi).
5. Penurunan Unmet Need Karena Takut Efek Samping
 Pengembangan Materi KIE dan Konseling tentang Pemakaian Kontrasepsi ( bekerjasama dengan
ADPIN)
 Sosialisasi Materi KIE dan Konseling tentang Pemakaian Kontrasepsi melalui Faskes, Poktan dan
Mitra Kerja.
6. Peningkatan Pelayanan KB Pasca Salin (Difaskes Pemerintah dan Swasta)
 Pengembangan materi dan informasi mengenai KB PP dan PK
 Pengembangan model pelayanan KB PP dan PK
STRATEGI PENGUATAN FASKES DALAM JKN (1)
Mengidentifikasi dan meregistrasi faskes (FKTP dan FKRTL) yang telah
1. bekerjasama dengan BPJS Kesehatan (K/0/KB)

Mengidentifikasi jaringan (Pustu, Bidan Desa)/jejaring (Bidan Praktek


Mandiri) fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP)

Mendorong Bidan Praktik Mandiri untuk berjejaring dengan fasilitas


kesehatan tingkat pertama (FKTP)
Melakukan pemutakhiran data faskes, jaringan dan jejaringnya yang
melayani kontrasepsi
Berkoordinasi dan memfasilitasi faskes, jaringan dan jejaringnya dalam
2. mengidentifikasi dan menganalisis kebutuhan alokon serta memastikan
tidak terjadi kekosongan alokon

Identifikasi SDM pemberi pelayanan KB dan peningkatan kapasitas SDM dalam


3. pelayanan KB terutama KB MKJP

Identifikasi kebutuhan sarana penunjang pelayanan KB berdasarkan


4 pelayanan yang diberikan
STRATEGI PENGUATAN FASKES DALAM JKN (2)

Pembinaan pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi termasuk


5 ketersediaan alokon, SDM dan sarana penunjang pelayanan kontrasepsi di
faskes, jaringan dan jejaringnya

Berkoordinasi dengan sektor terkait dan mitra kerja (Dinas Kesehatan,


BPJS Kesehatan, OPD KB, organisasi profesi, dll) untuk melakukan sosialisasi
6 secara terus menerus tentang pelayanan KB dalam JKN di Faskes termasuk
tatacara klaim pelayanan KB

Penggerakan peserta KB JKN untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi di


7 Fasilitas Kesehatan

Melakukan evaluasi pelayanan KB di Faskes dalam JKN dengan melibatkan


8 sektor terkait dan mitra kerja

Peningkatan peran faskes dalam pelayanan KB Pascapersalinan dan


9 Pascakeguguran
Pelayanan KB dalam Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN) bidang Kesehatan
DASAR HUKUM PELAYANAN KB SJSN
UU No. 40 / 2004 Tentang SJSN

UU No. 36 / 2009 Tentang Kesehatan

UU No. 24 / 2011 Tentang BPJS

UU No. 23/ 2014 Tentang Pemerintah Daerah

Perpres No. 12 / 2013 Tentang Jaminan Kesehatan

Perpres No. 19 / 2016 Tentang Perubahan Kedua atas Perpres No. 12/2013
tentang Jaminan Kesehatan
Permenkes No. 99/ 2015 Tentang Perubahan atas Permenkes No 71 / 2013 Tentang
Pelayanan Kesehatan pada JKN
Permenkes No. 52 / 2016 Tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan Dalam
Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan
Permenkes No. 64 / 2016 Tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan Dalam
Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan
UU NO 40 TAHUN 2004 TENTANG SJSN

BAB VI Program Jaminan Sosial


Bagian Kesatu
Jenis Program Jaminan Sosial

Pasal 22
(1) Manfaat jaminan kesehatan bersifat pelayanan perseorangan berupa pelayanan kesehatan
yang mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif termasuk obat dan
bahan medis habis pakai yang diperlukan

Penjelasan
Yang dimaksud pelayanan kesehatan dalam pasal ini meliputi pelayanan dan penyuluhan
kesehatan, imunisasi, pelayanan keluarga berencana, rawat jalan, rawat inap,
pelayanan gawat darurat dan tindakan medis lainnya…………..
Peraturan Presiden RI Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua
atas Perpres No. 12/2013 tentang Jaminan Kesehatan

Pasal 21
(4). Pelayanan keluarga berencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
meliputi konseling, pelayanan kontrasepsi termasuk vasektomi dan
tubektomi, bekerjasama dengan Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional
(4a) Ketentuan mengenai pemenuhan kebutuhan alat dan obat
kontrasepsi bagi peserta jaminan kesehatan di fasilitas kesehatan diatur
dengan Peraturan Kepala Badan kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional
(5). Vaksin untuk imunisasi rutin serta alat dan obat kontrasepsi sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4a) disediakan oleh Pemerintah
dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
PERMENKES RI NO. 52 TAHUN 2016 TENTANG
STANDAR TARIF PELAYANAN KESEHATAN DALAM PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN

Tarif Pelayanan KB :
1. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) : kapitasi & non kapitasi
a. Tarif Kapitasi: Pil dan Kondom
b. Tarif non kapitasi

2. Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL) : INA CBGS


JENIS FASKES
Berdasarkan Permenkes 71/2013 tentang pelayanan Kesehatan dalam JKN

FKRTL Klinik Utama RS Umum RS Khusus


(tipe A, B, C, D) termasuk RSIA
Fasilitas Kesehatan
Rujukan Tingkat
Lanjutan

FKTP Puskesmas Praktik Dokter Klinik Pratama RS D Pratama

Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama

Jaringan Jejaring Jejaring Jejaring Jejaring

• Dalam Peraturan Kementerian Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat,
Puskesmas memiliki jaringan pelayanan kesehatan yaitu Puskesmas Pembantu (Pustu), Bidan di desa, dan
Puskemas Keliling (Pusling)

• Bidan Praktik Mandiri dapat menjadi jejaring dari puskesmas atau FKTP lainnya yang telah bekerjasama dengan
BPJS Kesehatan.
Klasifikasi Pelayanan KB di Faskes
Konseling
Faskes
tingkat a. Faskes yang Pemberian pil, suntik dan kondom
pertama melayani KB Penanggulangan efek samping & komplikasi
(FKTP) Sederhana sesuai dengan kemampuan
- Puskesmas Upaya rujukan
1.
- Klinik
Pratama
b. Faskes yang Pelayanan KB sederhana Plus pemasangan
- Praktik
dokter melayani KB IUD/implan
- RS Tipe D
pratama
Lengkap Dan atau pelayanan vasektomi

c. Faskes yang Pelayanan KB lengkap pada pasca persalinan


Faskes
melayani KB Plus pemberian layanan tubektomi
rujukan
tingkat Sempurna dan vasektomi
2. lanjutan
(FKRTL)
- RS d. Faskes yang Pelayanan KB Sempurna Plus pemberian
- Klinik melayani KB layanan rekanalisasi dan penanggulangan
Utama Paripurna infertilitas
IDENTIFIKASI FASKES YANG BEKERJASAMA DENGAN BPJS KESEHATAN
UNTUK DILAKUKAN REGISTRASI DALAM SIM BKKBN
www.bpjs-kesehatan.go.id

BAGI FASKES YANG


MELAYANI KB UNTUK DI
REGISTRASI (K/0/KB)

Alat dan Obat Kontrasepsi

Sarana Penunjang

Peningkatan kapasitas tenaga


kesehatan
Jumlah Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)
yang telah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan

(Sumber : BPJS Kesehatan September 2018)


Jumlah Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL)
yang telah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan

(Sumber : BPJS Kesehatan Februari 2018)


ALOKON DAN SARANA PENDUKUNG PELAYANAN KB
YANG DISEDIAKAN BKKBN

No. ALAT DAN OBAT KONTRASEPSI SARANA PENDUKUNG PELAYANAN KB


PROGRAM (untuk dioptimalkan menggunakan DAK)

1. IUD COPPER T CU 380 A IUD KIT

GYNECOLOGY BED

2. SUSUK KB II/IMPLAN TIGA IMPLAN REMOVAL KIT


TAHUNAN (PROGESTIN)

3. SUNTIK KB I TIGA BULANAN VASEKTOMI TANPA PISAU (VTP) KIT


(PROGESTIN)

4. PIL KB I KOMBINASI ALAT BANTU PENGAMBILAN


KEPUTUSAN BER KB (ABPK) UNTUK
KONSELING KB
5. KONDOM BUKU PANDUAN PRAKTIS PELAYANAN
KONTRASEPSI (BP3K) UNTUK PROVIDER
Kebijakan penyediaan alat dan obat kontrasepsi

Berdasarkan perhitungan Perkiraan Permintaan Masyarakat


(PPM) dengan arah kebijakan:

1. Pemenuhan kebutuhan alat dan obat kontrasepsi bagi seluruh keluarga


pra sejahtera dan sejahtera I

2. Pemenuhan seluruh kebutuhan alat dan obat kontrasepsi di 7 provinsi:


Aceh, NTT, NTB, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat

3. Pemenuhan kebutuhan IUD, implan dan kondom bagi seluruh PUS

4. Pemenuhan kebutuhan alat dan obat kontrasepsi bagi seluruh peserta


JKN (PUS)
Dua anak .... Cukup

Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai