Anda di halaman 1dari 32

Kelompok :

Caroline Lystia Rut W P3.73.24.3.15.006


Erika P3.73.24.3.15.012
Renny Emalia Yuliska P3.73.24.3.15.024
Rifdah Affiyanti P3.73.24.3.15.026

Kelas IV Reguler A Semester VII


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
JAKARTA III
JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI DIV
KEBIDANAN
TAHUN AJARAN 2017-2018
Jenis-Jenis dan Contoh
Korupsi
Menurut United Nation Convention
Against Corruption (UNCAC) atau
Konvensi Antikorupsi PBB yang
sudah diratifikasi oleh Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) ada 7
jenis korupsi. Mengacu kepada UU
NO.31/1990 jo UU NO.20/2001
menyebutkan bahwa korupsi
mencakup 7 pengelompokan

2
1.
Korupsi yang
merugikan negara
Tindak korupsi yang termasuk ke dalam kategori
menimbulkan kerugian keuntungan negara pada
umumnya dilakukan oleh orang-orang yang
mempunyai jabatan dalam instansi pemerintah.
Mereka mencari untung dengan melawan
hukum dan merugikan negara, serta
menyalahgunakan jabatan untuk mencari
untung dan merugikan negara. Hal tersebut juga
dapat kita lihat dalam penjelasan 2 ayat (1) UU
No. 31/1999.
4
Contoh Kasus :
Kasus yang menjerat Fuad Amin Imron, mantan
Bupati Bangkalan. Fuad Amin Imron ditangkap KPK
karena melakukan tindakan meminta bagian/jatah
proyek investasi. Sebagai bupati, Fuad meminta fee
dari anggaran APBD yang diterima satuan kerja
perangkat daerah (SKPD) 2003-2010 sebesar Rp
159,126 miliar dan 2010-2013 sebesar Rp 182,574
miliar. Mengejutkan, jumlah fee 10 persen selama
10 tahun sebesar Rp 341 miliar. Ketua DPRD
Bangkalan 2004-2019 itu terbukti melakukan
kejahatan korupsi dan pencucian uang kurun 2003-
2014 mencapai Rp 414 miliar. Sayangnya pada
tahun 2014, Fuad ditangkap KPK.
5
2.
Suap-menyuap
Untuk mengetahui pengertian suap- menyuap dapat
kita lihat dalam rumusan pasal 2 dan pasal 3
Undang-undang No. 11 tahun 1980 tentang Tindak
Pidana Suap. Tindak pidana korupsi berbentuk
suap menyuap ini merupakan salah satu bentuk
tindakan korupsi yang menjamur di masyarakat.
Praktiknya bisa mudah dijumpai dalam kehidupan
sehari. Bisa saja antara masyarakat dengan pejabat
pemerintahan, pegawai pemerintahan dan pejabat
di atasnya. Hal ini karena ada kepentingan tertentu.

7
Bupati Klaten nonaktif Suap-menyuap, bisa juga
Sri Hartini adalah salah antara orantua murid
satu kepala daerah dengan guru utamanya
saat kenaikan kelas.
yang ditangkap tangan
Orangtua murid bisa saja
oleh KPK. Sri Hartini datang menemui wali
mengakui menerima kelas agar anaknya
suap seperti mutasi mendapat nilai bagus. Tak
PNS di Setda Pemkab segan-segan ada yang
Klaten, rumah sakit, sampai berani membayar
instansi lain. Ada pula dengan uang. Ada hakim
jual beli jabatan, yang disuap agar bisa
meloloskan seorang
mutasi, dan promosi
tersangka.
kepala sekolah.

8
3.
Penggelapan
atau
penyalahgunaan
jabatan
Penggelapan dalam jabatan
sebagaimana dimaksud dari
rumusan pasal- pasal dalam UU
No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20
Tahun 2001 merujuk kepada
Penggelapan dengan Pemberatan
yakni penggelapan yang dilakukan
oleh orang yang memegang barang
itu berhubungan dengan
pekerjaannya atau jabatannya atau
karena ia mendapat upah (Pasal
374 KUHP).

10
Tindak penyalahgunaan jabatan bisa saja dilakukan oleh masyarakat

Dalam institusi
pemerintahan,
pegawai negeri atau
pejabat publik

penghancuran bukti atau


menyalahgunakan uang pemalsuan bukti untuk membiarkan orang lain
atau membiarkan pemeriksaan merusak bukti atau
penyalahgunaan uang administrasi membantu orang lain
merusak bukti

11
Mantan Menteri Agama
Suryadharma Ali dijatuhi
hukuman 6 tahun penjara
karena penyalahgunaan
wewenang dan menggunakan
dana operasional menteri
(DOM) untuk kepentingan
pribadi.

12
Di lingkungan organisasi, komunitas, atau kelompok-kelompok yang
melakukan kegiatan juga bisa terjadi.

Contoh sederhana tindak penggelapan uang


ini menuliskan bukti belanja yang jumlahnya
lebih banyak atau malah membuat nota
baru. Saat terlibat sebuah kepanitian, bisa
saja seseorang meminta kwitansi kosong
kemudian ditulis sebagai bukti belanja
kebutuhan acara apa saja. Padahal uang itu
masuk kantong pribadi.
13
4.
Korupsi
berbentuk
pemerasan
Berdasarkan pasal 12 huruf e UU No. 31 Tahun
1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001 pemerasan adalah
tindakan/ perbuatan yang dilakukan oleh pegawai
negeri atau penyelenggara negara yang dengan
maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain
secara melawan hukum, atau dengan
menyalahgunakan kekuasaannya memaksa
seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau
menerima pembayaran dengan potongan, atau
untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri

15
5.
Tindak korupsi
dalam bentuk
pemberian hadiah
atau gratifikasi
Pengertian gratifikasi menurut
penjelasan Pasal 12B UU No. 20
Tahun 2001, pemberian dalam arti
luas, yakni meliputi pemberian
uang, barang, rabat (discount),
komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket
perjalanan, fasilitas penginapan,
perjalanan wisata, pengobatan
cuma-cuma, dan fasilitas lainnya.
Gratifikasi tersebut baik yang
diterima di dalam negeri maupun di
luar negeri dan yang dilakukan
dengan menggunakan sarana
elektronik atau tanpa sarana
elektronik. 17
KPK pernah membongkar kasus
yang menjerat mantan Ketua
Umum Demokrat Anas
Urbaningrum. Dalam persidangan
pada awal 2014, Anas terbukti
menerima hadiah dari berbagai
proyek pemerintah serta melakukan
pencucian uang dengan membeli
rumah di Jakarta dan lahan di
Daerah Istimewa Yogyakarta
senilai Rp 20,8 miliar.

18
6.
Perbuatan
curang.
Melakukan perbuatan agar bisa
menyelematkan atau menguntungkan
satu pihak. Curang yang biasa terjadi di
sekolah adalah menyontek. Ada pihak
yang menyerobot tanah milik warga.
Saat seleksi CPNS mengandalkan
orang dalam atau memanfaatkan calo.
Salah satu celah kecurangan di
pemerintahan adalah soal pembuatan
anggaran. Curang itu bisa dilakukan
oleh siapa saja. Ingat ketika bapak atau
ibu meminta untuk membeli sesuatu?
Terkadang uang kembalian itu tidak
diberikan lagi pada mereka tapi dibawa
kita.
20
7.
Benturan
kepentingan
dalam sebuah
pengadaan
Pegawai pemerintah, pejabat publik ataupun
seseorang yang diberi kekuasaan dan kewenangan
malah ikut dalam pengadaan yang seharusnya
diurus. Dalam buku Pedoman Penanganan Konflik
Kepentingan (disebut juga Benturan Kepentingan)
yang diterbitkan KPK edisi pertama Oktober 2009
dinyatakan: “Konflik kepentingan adalah situasi
dimana seorang penyelenggara negara yang
mendapatkan kekuasaan dan kewenangan
berdasarkan peraturan perundang-undangan,
memiliki atau diduga memiliki kepentingan pribadi
atas setiap penggunaan wewenang yang dimilikinya
sehingga dapat mempengaruhi kualitas dan kinerja
yang seharusnya”.
22
Dasar Hukum
dalam
Penentuan
Jenis Korupsi
1. Korupsi yang merugikan negara

Dalam penjelasan 2 ayat (1) UU No. 31/1999.


“Setiap orang yang secara melawan hukum
melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau
orang lain yang suatu korporasi yang dapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara, dipidana dengan pidana penjara seumur
hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat)
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan
denda paling sedikit Rp. 200.000.000.00 (dua ratus
juta rupiah) dan paling banyak Rp.
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
24
2. Suap-menyuap

1 • Menyuap pegawai negeri(pasal 5 ayat 1 huruf a dan b)

2 • Memberi hadiah kepada pegawai karena jabatannya (pasal 13)

3 • Pegawai negeri menerima suap (pasal 5 ayat 2, pasal 12 huruf a dan b).

4 • Pegawai negeri menerima hadiah yang berhubungan dengan jabatannya (pasal 11)

5 • Menyuap hakim (pasal 6 ayat 1 huruf a)

6 • Menyuap advokat (pasal 6 ayat 1 huruf b)

7 • Hakim dan advokat menerima suap (pasal 6 ayat 2)

8 • Hakim menerima suap (pasal 12 huruf c)

9 • Advokat menerima suap (pasal 12 huruf d)

25
3. Penggelapan atau penyalahgunaan
jabatan

Penggelapan dalam jabatan sebagaimana


dimaksud dari rumusan pasal- pasal dalam UU No.
31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001 merujuk
kepada Penggelapan dengan Pemberatan yakni
penggelapan yang dilakukan oleh orang yang
memegang barang itu berhubungan dengan
pekerjaannya atau jabatannya atau karena ia
mendapat upah (Pasal 374 KUHP).

26
Pada UU No. 20 Tahun 2001 dijelaskan :

Penggelapan uang atau membiarkan penggelapan (pasal 8)

Memalsukan buku untuk pemeriksaan administrasi (pasal 9)

Merusak bukti (pasal 10 huruf a)

Membiarkan orang lain merusak bukti (pasal 10 huruf b)

Membantu orang lain merusak bukti (pasal 10 huruf c)

27
4. Korupsi berbentuk pemerasan

Berdasarkan pasal 12 huruf e UU No. 31 Tahun


1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001 pemerasan adalah
tindakan/ perbuatan yang dilakukan oleh pegawai
negeri atau penyelenggara negara yang dengan
maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain
secara melawan hukum, atau dengan
menyalahgunakan kekuasaannya memaksa
seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau
menerima pembayaran dengan potongan, atau
untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri.

28
5. Tindak korupsi dalam bentuk pemberian
hadiah atau gratifikasi

Pengertian gratifikasi menurut penjelasan Pasal 12


(a) (b) dan (c) UU No. 20 Tahun 2001, pemberian
dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang,
barang, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa
bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan,
perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan
fasilitas lainnya. Gratifikasi tersebut baik yang
diterima di dalam negeri maupun di luar negeri dan
yang dilakukan dengan menggunakan sarana
elektronik atau tanpa sarana elektronik.

29
6. Perbuatan curang
✗ Perbuatan curang dalam tindak pidana korupsi, dapat dilihat pada
pasal 7 dan pasal 12 huruf h UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20
Tahun 2001. Pasal 7 ayat (1) huruf a sampai dengan huruf d, Pasal
7 ayat (2). "Bagi orang yang menerima penyerahan bahan
bangunan atau orang yang menerima penyerahan barang
keperluan Tentara Nasional Indonesia dan atau Kepolisian Negara
Republik Indonesia dan membiarkan perbuatan curang
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a atau huruf c,
dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1)“
✗ Pasal 12 huruf h : "Pegawai negeri atau penyelenggara negara
yang pada waktu menjalankan tugas, telah menggunakan tanah
negara yang di atasnya terdapat hak pakai, seolah-olah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan, telah merugikan orang
yang berhak, padahal diketahuinya bahwa perbuatan tersebut
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan"
30
7. Benturan kepentingan dalam sebuah
pengadaan

Benturan kepentingan dalam sebuah pengadaan


dapat dilihat pada pasal 12 huruf i.

“Pegawai negeri atau penyelenggara negara baik


langsung maupun tidak langsung dengan sengaja
turut serta dalam pemborongan, pengadaan, atau
pengawasan yang pada saat dilakukan perbuatan,
untuk seluruh atau sebagian ditugaskan untuk
mengurus atau mengawasinya“

31
Thanks!
Any questions?

32

Anda mungkin juga menyukai