Anda di halaman 1dari 55

KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI

IBU HAMIL DAN LAKTASI

Dr. Sandra Fikawati

Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia
GIZI:
MAGNITUDE DALAM MEMBANGUN
MANUSIA & MASYARAKAT
 Permasalahangizi merupakan permasalahan
sangat mendasar bagi manusia
 Indonesiamenjadi salah satu negara dengan
permasalahan gizi paling berat untuk segala usia
 Seribu
hari Pertama Kehidupan (1000 HPK)
merupakan masa yang sangat krusial dalam
menentukan kualitas hidup dan perkembangan
manusia.
 Jika
dalam masa ini anak kekurangan gizi, maka
dampaknya akan terbawa seumur hidupnya
3
Kemenkes RI, 2015
APA ITU KURANG ENERGI KRONIS
ATAU KEK?

 Kurang Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil


adalah keadaan dimana ibu hamil
mengalami kekurangan gizi (energi dan
protein) yang telah berlangsung lama atau
menahun (DepKes RI, 1999).
PROPORSI IBU HAMIL KEK
 Di dunia, prevalensi KEK sekitar 47% (Unicef 1997)
 DiIndonesia, data Riskesdas (2013) mendapatkan
proporsi KEK ibu hamil sebesar 24,2% dan tidak hamil
sebesar 20,8% (KEK bumil tertinggi di Nusa Tenggara
Timur (45,5%) dan KEK bumil di Sulsel dan Sulteng di
atas angka nasional).
 Ibu
hamil KEK berisiko hampir 5 kali lebih tinggi untuk
melahirkan BBLR dibandingkan ibu tidak KEK
 Di
Indonesia, diperkirakan setiap tahun lahir sekitar
350.000 BBLR  penyebab tingginya angka gizi
kurang dan kematian balita (Depkes RI, 2007).
PENTING…
Kurang lebih 70-80%
ibu hamil, yang
tinggal di
desa/kota –
miskin/kaya, belum
tercukupi konsumsi
energi dan
proteinnya

Makanan
tambahan
diperlukan bagi
seluruh ibu hamil
RISIKO IBU HAMIL KEK
 Melahirkan BBLR: Kemenkes (2003) menyebutkan
bahwa BBLR berisiko mengalami kematian bayi 17
kali lebih besar dalam usia 1 tahun dibandingkan
bayi tidak BBLR
 Mengalami Perdarahan: Ibu hamil KEK cenderung
mengalami anemia gizi. Anemia dapat
menyebabkan perdarahan saat persalinan yang
merupakan penyebab utama kematian ibu di
Indonesia.
 Kesulitan persalinan
 Kematian janin/bayi
Hubungan Kenaikan BB Ibu Hamil dengan
Risiko Kematian Perinatal
Rekomendasi
Kenaikan Berat Badan Ibu Hamil
menurut IMT Prahamil

Institute of Medicine, 2009


Status Gizi Ibu (IMT) Pertambahan BB (kg)
Rendah (<18,5) 12,5 – 18
Sedang (18,5-24,9) 11,5 – 16
Tinggi (25,0-29,9) 7-11,5
Obesitas (>30,0) 5-9
POLA PENYEBAB KEMATIAN NEONATAL
DI INDONESIA
13%

27%

10% Asphyxia
LBW/BBLR
Tetanus
6% Infections
Haematologic dis
Feeding problems
5%
BBLR Others

10%
29%
10
Sumber: SKRT 2001
KEMATIAN MATERNAL DI INDONESIA
Lain-lain
12%
Perdarahan
30%
Kompl masa
puerpureum
8%

Emboli obst
3%

P. lama/macet
5%

Abortus
5%

Infeksi
12%
Eklamsia
25%
11
Sumber: Surkesnas 2001
12
Kemenkes RI, 2015
Dampak KEK pada Ibu Menyusui
 Kecukupan asupan gizi pada saat kehamilan juga akan
bermanfaat untuk mendukung keberhasilan menyusui.

Ibu hamil berstatus gizi baik,


cadangan lemak adekuat

Ibu hamil berstatus gizi kurang,


cadangan lemak kurang
Konsumsi Energi Ibu Menyusui
• Angka Kecukupan Gizi (2013) merekomendasikan
konsumsi energi saat laktasi yang lebih besar dibandingkan
saat hamil.
• Namun, data berbagai penelitian menunjukkan bahwa
konsumsi energi ibu laktasi justru lebih rendah dibanding
saat hamil
Penelitian Asupan Saat Hamil Asupan Saat Laktasi
(kkal/hari) (kkal/hari)
Fikawati, 2013* 2241 1959
Syafiq,Widyastuti, 2015 ** 2370 2124
Hidayatulloh, 2015*** - 2010
Suryani, 2017**** 2157 1933
Sumber:
* Disertasi S3, Ilmu Kesehatan Masyarakat, FKMUI, 2013
** Jurnal Kesmas Nasional , Vol 19(23), 2015 14
*** Skripsi S1, Gizi Kesehatan Masyarakat, FKMUI 2015
**** Thesis S2, Ilmu Kesehatan Masyarakat, FKMUI 2016
Faktor Penyebab Rendahnya Konsumsi
Energi Ibu Menyusui

• Kurangnya pengetahuan & sikap tentang kebutuhan


gizi laktasi.
• Kesibukan ibu mengurus bayi
• Berkurangnya konsumsi susu dan suplemen
• Adanya pantangan makan bagi ibu laktasi
• Kurangnya informasi dari tenaga kesehatan
mengenai jumlah kebutuhan gizi ibu laktasi. Peran
tenaga kesehatan dalam memberikan informasi
kepada ibu saat ANC tidak optimal

* Sumber : Fikawati, Purbaningrum, dan Syafiq, Makara J. Health Res, Vol.


18 (2), 2014.
Konsumsi Energi Ibu Menyusui 0-6 Bulan PP
(Fikawati & Syafiq, 2018)
2200

2114.4 Kal/hari
2100
Exclusive
Energi

breastfed
2000

1900
1911.8 Kal/hari
1800
0 1 2 3 4 5 6

Bulan
Konsumsi harian ibu laktasi terus menurun dari 0-6 bulan

Periode of N Mean SD SE p value


Intake
First Month 109 2551 1247.5 119.5 0.000
Sixth Month 1718 936.8 89.7
(Sihite, dkk., 2018)
Asupan Ibu Menyusui

 Berbagai penelitian menunjukkan hubungan


signifikan antara status gizi ibu dan jumlah makanan
yang dikonsumsi selama menyusui dengan
keberhasilan ASI Eksklusif (Fikawati, 2013, 2017;
Ogechi,2014; Ongosi et al., 2014) .
 Butte et al., (1984) menyebutkan bahwa ibu
membutuhkan asupan harian cukup tinggi untuk
dapat mendukung laktasi
 James dan Ralph (1992) mengungkapkan ibu yang
kurus harus mengkonsumsi energi harian dalam
jumlah cukup untuk mendukung produksi ASI. 17
Konsumsi Energi Ibu Mempengaruhi
Keberhasilan ASI Eksklusif 6 BUlan
Rata-rata konsumsi energi ibu menyusui yang berhasil
memberikan ASI eksklusif sampai 6 bulan lebih besar
daripada yang gagal memberikan ASI eksklusif

Tidak berhasil Berhasil


Penelitian
(kkal/hari) (kkal/hari)
Fikawati, 2013* 1831 2131
Irma Dyah, 2016** 2043 2379
Fikawati, 2017*** 1502 2004
Fikawati, 2018**** 2067 2353

Sumber:
18
* Disertasi S3, Ilmu Kesehatan Masyarakat, FKMUI, 2013; ** Thesis S2, Ilmu Kesehatan
Masyarakat, FKMUI, 2016; *** Malaysian Journal of Nutrition, Vol 23 (1) 2017, ****
Belum dipublikasi
19 ASI Eksklusif dan Stunting

 Data Riskesdas 2013 (Kemenkes RI, 2013)


menunjukkan bahwa prevalensi balita stunting
cenderung terus meningkat dari 35,6% (2010),
36.8% (2007) dan menjadi 37.2% (2013).
 Analisis lanjut Data Riskesdas 2013 menunjukkan
bahwa kejadian stunting sudah dimulai sejak
bayi berusia <6 bulan (Daningrat, 2015).
 Peningkatan prevalensi stunting terutama
terlihat sejak usia 1 bulan.
 Adakah hubungan status menyusui eksklusif
dengan stunting?
Distribusi
20 Stunting pada Tiap
Kelompok Umur Bayi <6 Bulan
(Analisis Data Riskesdas 2013)

Kelompok Umur Status Stunting


Anak Stunting Normal Total
n % n %
0 Bulan 5 4.9 97 95.1 102
1 Bulan 25 21.7 90 78.3 115
2 Bulan 47 34.3 90 65.7 137
3 Bulan 51 39.8 77 60.2 128
4 Bulan 47 30.5 107 69.5 154
5 Bulan 50 25.6 145 74.4 195
6 Bulan 66 29.7 156 70.3 222

• Stunting pada bayi usia <6 bulan bukan disebabkan asupan gizi yang
rendah pada masa janin, karena stunting 0 bulan hanya 4,9% dan
persentase BBLR (cerminan asupan gizi rendah saat janin) hanya 10,2%.
• Meningkatnya kasus stunting lebih disebabkan oleh kondisi pasca lahir.
Distribusi
21 Kejadian Stunting pada
Bayi Usia 6-23 Bulan
(Analisis Data Riskesdas 2013)
Status Stunting
ASI Ekslusif Stunting Normal
Total
n % N %
6 Bulan 66 29,7 156 70,3 222
>6 Bulan 1451 33,6 2868 66,4 4319
Total 1517 3024 4541

• Peningkatan persentase stunting di usia >6 bulan


tidak terlalu tajam. Artinya: Peningkatan kasus
stunting utamanya bukan karena pemberian makan
bayi >6 bulan
• Peningkatan persentase stunting yang tinggi terjadi
pada usia 1-6 bulan terutama di 0-1 bulan.
22 Penyebab Stunting

• WHO (2000) menyebutkan bahwa 2 faktor yang


berkontribusi langsung terhadap status gizi anak
adalah:
1. Penyakit
2. Asupan makanan

• Pada bayi usia 1-6 bulan tersebut, faktor yang


berperan adalah:
1. Penyakit  sanitasi dan kebersihan lingkungan,
sistem imun masih rendah
2. Asupan yang tidak memadai:
• MPASI dini
• ASI Eksklusif
Hubungan Stunting dan ASI Eksklusif
pada Bayi Usia 6-23 Bulan
(Analisis Data Riskesdas 2013)
Status Stunting
ASI Stunting Normal p OR 95% CI
Eksklusif Total Value
n % n %
Tidak 913 31,6 1980 68,4 179 0,01* 0,80 (0,70 – 0,91)
Ya 604 36,7 1044 63,3 43
Total 1517 3024 4541
* Nilai p < 0,05
• Pada kelompok anak tidak ASI eksklusif terdapat 31,6% yang
stunting dan pada kelompok anak ASI eksklusif terdapat
36,7% yang stunting.
• Hasil uji statistik secara signifikan menunjukkan bahwa tidak
ASI eksklusif bersifat protektif
• Bayi dan anak yang ASI eksklusif memiliki peluang 1,3 kali
23
untuk stunting
Status Gizi Ibu dan Pengaruhnya pada
24
Pertumbuhan Bayi yang ASI Eksklusif
• Penurunan BB dan PB bayi sudah dimulai sejak bayi
masih diberi ASI eksklusif

Berat Badan Bayi


Bulan ke-1 Bulan ke-2 Bulan ke-3 Bulan ke-4
KEK (n=34) 3,53 ± 0,46 4,33 ± 0,56 5,04 ± 0,66 5,64 ± 0,78
Non KEK (n=46) 3,93 ± 0,37 4,76 ± 0,48 5,48 ± 0,53 5,99 ± 0,61
p-value P<0,01 P=0,01 P=0,01 P=0,03

Panjang Badan Bayi


Bulan ke-1 Bulan ke-2 Bulan ke-3 Bulan ke-4
KEK (n=34) - - 58,76 ± 1,47 61,56 ± 2,29
Non KEK (n=46) - - 59,56 ± 1,68 63,37 ± 1,97
p-value P=0,02 P=0,01
(Soi, 2005)
25 Data Ekologis
 Pertanyaan utama: benarkah provinsi
dengan angka ASI eksklusif tinggi juga
memiliki angka stunting yang tinggi?
 Riskesdas (2013)  data Stunting, Pemberian
MPASI Dini, Imunisasi Lengkap
 Pusdatin (2014)  data ASI eksklusif dari
Laporan Kesehatan Provinsi (2013)
 Plot sederhana
 Uji korelasi bivariat dan parsial (SPSS)
 Spearman rho
(Sumber, Syafiq, 2016)
ASI Eksklusif berkorelasi
26 ASI Eksklusif dan Stunting positif dengan stunting
60.0
(R=0.115; sig=0.262)

55.0

50.0

45.0
Stunting

40.0

35.0

30.0

25.0

20.0
20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0 90.0
ASI Eksklusif

(Sumber, Syafiq, 2016)


27 Analisis
 Semakin tinggi angka ASI Eksklusif maka
semakin tinggi pula angka Stunting.
 Bukankah seharusnya yang terjadi
adalah sebaliknya?
 Apakah ini berhubungan dengan pola
pemberian MPASI yang terlalu dini?
Pemberian MPASI Dini dan Stunting
28
55.0
Pemberian MPASI Dini
berkorelasi negatif
50.0
dengan stunting
(R=-0.156; sig=0.193)
45.0

40.0
Stunting

35.0

30.0

25.0

20.0
20.0 25.0 30.0 35.0 40.0 45.0 50.0 55.0 60.0 65.0
Pemberian MPASI DIni
(Sumber, Syafiq, 2016)
29 Analisis

 Semakin tinggi angka Pemberian MPASI


Dini semakin rendah angka stunting.
 Apakah ini berarti pemberian MPASI dini
itu baik?
 Bagaimana dengan penyebab
langsung lainnya dari status gizi yaitu
kejadian penyakit?
Imunisasi Lengkap dan Stunting
30 Imunisasi Lengkap
55.0
berkorelasi negatif
dengan stunting
50.0
(R=0.440; sig=0.005)

45.0

40.0
Stunting

35.0

30.0

25.0

20.0
20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0 90.0
Imunisasi Lengkap
(Sumber, Syafiq, 2016)
31 Analisis

 Semakin tinggi angka Imunisasi Lengkap,


semakin rendah angka Stunting (signifikan
secara statistik).
 Jadi imunisasi merupakan faktor penting dalam
pencegahan stunting.
 Ternyata setelah dikontrol oleh variabel Imunisasi
Lengkap, korelasi antara ASI Eksklusif dan
Stunting semakin erat berkorelasi positif dan
signifikan secara statistik (R=0.444; sig=0.005).
 Apa maknanya temuan ini? Adalah benar
bahwa ada korelasi antara ASI eksklusif dan
stunting
32 Analisis
 Pola konsumsi ibu laktasi menjadi masalah di balik
tingginya angka stunting pada bayi:
ASI Eksklusif?  apakah tidak cukup asupan gizi
dengan ASI Eksklusif 6 bulan? Mengapa? Apakah
produksi ASI kurang? Jika ya, mengapa kurang?
Apakah karena pertambahan BB ibu saat hamil
rendah sehingga cadangan lemak untuk produksi
ASI kurang (tapi angka BBLR hanya 1/3 angka
stunting); kemungkinan karena konsumsi gizi
(terutama energi) ibu saat laktasi rendah.
MPASI?  Jika MPASI diperbaiki (waktu, frekuensi,
porsi, keragaman) apakah angka Stunting akan
turun?
Dinamika Perubahan Stunting
Perkembangan Status Gizi Status Gizi Usia 7-9 Tahun
(0-2) – (4-6) Tahun
Normal (%) Pendek (%) Jumlah

Normal  normal 89,9 10,1 138

Normal  pendek 40,5 59,5 42

Pendek  normal 84,3 15,7 51

Pendek  pendek 22,9 77,1 70

Jumlah 66,4 33,6 301

Sumber: Aryastami, 2014


34
Rekomendasi Pemberian Makan
(Unicef 2016)

1. IMD
2. ASI Eksklusif 0-6 Bulan
3. Pengenalan MPASI
4. Frekuensi makan minimal
5. Keragaman pangan minimal
6. Asupan makan minimal
7. Pemberian ASI sampai usia 2 tahun
35
36 4. Frekuensi Makan Minimal
 Indikator: Persentase anak usia 6-23 bulan
yang diberi makan dengan frekuensi minimal
yang dianjurkan (hidangan utama/selingan)
di hari sebelumnya.
 Catatan: Frekuensi minimal makan hidangan
utama/selingan per hari:
 2x untuk bayi 6–8 bulan yang masih disusui;
 3x untuk anak usia 9–23 bulan;
 4 kali untuk anak usia 6–23 bulan yang tidak
mendapatkan ASI (dan dapat termasuk
susu/makanan formula bagi anak yang tidak
disusui).
37 5. Keragaman Pangan Minimal
 Indikator: Persentase anak usia 6-23 bulan yang
diberi makan setidaknya 4 (dari 7) kelompok
pangan di hari sebelumnya.
 7 Kelompok Pangan:
(1)Padi-padian, akar, umbi;
(2)Buah dan sayur kaya vitamin A;
(3)Daging seperti daging merah, ikan, dan unggas;
(4)Legum, kacang-kacangan dan biji-bijian;
(5)Telur;
(6)Buah dan sayur lainnya
(7)Susu dan olahannya
38 6. Minimum Acceptable Diet
 Indikator: Persentase anak usia 6-23 bulan yang
mendapatkan makanan dengan frekuensi
minimal yang dianjurkan dan setidaknya 4
kelompok pangan di hari sebelumnya.
 Sebagai indikator komposit, MAD:
 Dalam hal frekuensi minimal, bagi anak yang tidak disusui
harus mendapatkan susu setidaknya 2 kali per hari.

 Dalam hal keragaman pangan, bagi anak yang tidak


disusui didasarkan atas 6 dan bukan 7 kelompok pangan
(tidak termasuk “susu dan olahannya”), karena susu
sudah harus (wajib) ada dalam menu (lihat poin di atas).
ASUPAN GIZI IBU HAMIL DAN LAKTASI
 Sumber utama pertumbuhan dan perkembangan
janin adalah dari gizi ibu. Asupan gizi ibu saat hamil
digunakan untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu dan
bayinya.
 Namun, data Riset Kesehatan Dasar (2014) di
Indonesia menunjukkan 1 dari 2 ibu hamil di Indonesia
tidak terpenuhi kebutuhan gizinya

ASUPAN GIZI IBU HAMIL MENENTUKAN ASUPAN GIZI


YANG DIPEROLEH JANIN DALAM KANDUNGAN
ZAT GIZI MAKRO
 Zat gizi makro merupakan zat gizi yang dibutuhkan
tubuh dalam jumlah besar, yaitu karbohidrat, protein,
dan lemak.
 Seberapa besarnya? Tergantung kebutuhan tubuh kita.
Kebutuhannya bergantung kepada beberapa faktor
misalnya jenis kelamin, usia, aktivitas, dan kondisi tubuh.
 Zat gizi makro inilah yang menentukan kenaikan berat
badan ibu hamil.

MANFAAT ZAT GIZI MAKRO DAN MIKRO


UNTUK IBU HAMIL
Protein
Beras Jagung Gandum

Daging Susu Telur Ikan

Singkong Ubi Kentang

Karbohidrat
Tahu Tempe Kacang-kacangan

ZAT GIZI Gajih (lemak daging) Minyak ikan Mentega

MAKRO
Margarin Minyak goreng Lemak
42
ZAT GIZI MAKRO

 Rekomendasi energi tambahan untuk ibu hamil


adalah 300 kalori/hari.
 Prinsip konsumsinya adalah harus memenuhi gizi
seimbang yaitu makanan beraneka ragam pangan,
makan lauk pauk protein tinggi, konsumsi banyak
buah dan sayur, batasi makan manis, asin dan
berlemak, minum air putih yang cukup, dll.
 Kendala yang sering dialami ibu hamil adalah rasa
mual, muntah dan mudah kenyang yang membuat
konsumsi makanan dapat berkurang.
ZAT GIZI MIKRO
 Zat gizi mikro ialah zat yang diperlukan tubuh dalam
jumlah kecil. Walaupun kebutuhannya sedikit namun
keberadaannya di dalam tubuh tetap harus ada.
 Zat gizi yang termasuk zat gizi mikro ialah vitamin
(seperti vitamin B6, B12 dan folat) serta mineral (seperti
zat besi, kalsium, fosfor, dan lainnya).
 Manfaatnya sangat banyak terkait pengaturan
metabolisme tubuh, misalnya zat besi, folat dan
vitamin B12 berperan untuk memenuhi kebutuhan
peningkatan volume darah untuk janin & plasenta.
 Kalsium dan fosfor diperlukan untuk pembentukan
tulang dan gigi janin
Vitamin: Sayur dan Buah

MIneral: Sayur, Buah, Susu, Daging

ZAT GIZI
MIKRO
MANFAAT SUSU BAGI IBU HAMIL DAN LAKTASI
 Susu ibu hamil dapat menjadi alternatif yang baik
untuk membantu ibu memenuhi kebutuhan zat
gizinya sehingga terhindar dari kekurangan gizi
pada masa kehamilan.
 Dalam 1 gelas susu terdapat sekitar 150 kalori.
Disarankan ibu hamil untuk mengonsumsi minimal 1
gelas per hari, dan untuk optimalnya 2 gelas per
hari.
 Di samping memiliki fungsi gizi dasar pangan, susu
merupakan asupan yang relatif lengkap untuk
membantu menyediakan segala kandungan yang
dibutuhkan manusia setiap hari.
MANFAAT SUSU BAGI IBU HAMIL DAN LAKTASI

 Susupraktis dikonsumsi karena:


 Kemasan ringkas dan kuat tahan lama
 Berbentuk cair, konsumsi cepat dan mudah
diserap/dicerna
 Mudah disiapkan tidak perlu dimasak
 Konsumsi mandiri, tidak perlu dicampur
dengan bahan lain
 Sekali minum berbagai zat gizi penting
terpenuhi (protein, lemak, kalsium, zat besi,
dan folat)
MANFAAT SUSU BAGI IBU HAMIL DAN LAKTASI

Kandungan gizinya lengkap, antara lain:


 Protein: termasuk asam amino esensial yang lengkap
yang bermanfaat untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin/bayi
 Mineral: kalsium, fosfor, magnesium, untuk
pertumbuhan tulang dan gigi.
 Vitamin larut lemak seperti vitamin A, D, E, dan K.
 Vitamin larut dalam air, seperti vitamin B1, B2, B6, B12,
Vit C, dan asam folat.
 Asam lemak omega3 dan 6
Perbandingan Energi 1 Gelas Susu
48
Dengan 1Porsi Makanan
Per Sajian
3 Sendok Makan (35gr) Air 180 ml
• Energi : 150 Kkal
• Karbohidrat Total : 22 gr
• Protein : 6 gr
• Lemak Total : 3.5 gr

Per Sajian
½ porsi Nasi Merah (51 gr)
40 gr Daging Ayam Suwir
5 ptg Mentimun
3 ptg Tomat

Energi : 141 Kkal


Karbohidrat Total : 14.5 gr
Protein : 12.1 gr
Lemak Total : 3.27 gr
Perbandingan Energi 1 Gelas Susu
49
Dengan 1Porsi Makanan
Per Sajian
3 Sendok Makan (35gr) Air 180 ml
• Energi : 150 Kkal
• Karbohidrat Total : 22 gr
• Protein : 6 gr
• Lemak Total : 3.5 gr

Per Sajian
½ porsi Nasi Putih
1 sdg Telur Dadar
30 gr Cap Cay

Energi : 154.5 Kkal


Karbohidrat : 19.88 gr
Protein : 5.88 gr
Lemak Total : 5.51 gr
TINGKAT ASI EKSKLUSIF MINGGU KE-4, 8, 12 PP
• Studi kohort di Vietnam pada ibu hamil trimester terakhir -12 minggu PP.
• Kelompok intervensi mendapatkan susu 2 kali/hari sejak trimester akhir s/d
12 minggu postpartum, 1 kali kelas menyusui saat ANC, 1 kali kunjungan
konsultasi dalam 48-jam persalinan, 1 kali dihubungi per telepon pada
minggu ke-1 postpartum, dan 1 kali face-to-face follow-up session pada
minggu ke-4 postpartum.

n intervensi = 104
n kontrol = 100

(Huynh, Tran, Nguyen,


Berde & Lo, 2017)

• Kelompok intervensi memiliki kemungkinan 2 kali lebih besar untuk


tetap memberikan ASI eksklusif dibandingkan dengan kontrol.
SUPLEMENTASI SUSU PADA IBU MENYUSUI
DI KOTA DEPOK 2016
• Studi kohort di Depok terhadap ibu menyusui yang diikuti sejak
melahirkan sampai 6 bulan postpartum.
• Kelompok intervensi 1 mendapatkan susu dan kelompok intervensi 2
mendapatkan susu + telur sebanyak 1 kali/hari selama 5 hari/minggu.
Semua kelompok mendapatkan edukasi tentang gizi dan ASI eksklusif

(Fikawati, Syafiq, 2017)


• Sebanyak 83% ibu di kelompok suplementasi susu memberikan ASI
eksklusif 6 bulan
• Kelompok suplementasi susu memiliki kemungkinan 2 kali lebih besar
untuk tetap memberikan ASI eksklusif dibandingkan dengan kontrol.
SUPLEMENTASI SUSU PADA IBU MENYUSUI
DI KOTA DEPOK 2017
• Studi kohort di Depok terhadap ibu menyusui yang diikuti sejak
melahirkan sampai 6 bulan postpartum.
• Kelompok intervensi 1 mendapatkan SMS mingguan, kelompok intervensi
2 dipantau kader, kelompok intervensi 3 disuplementasi susu 1 kali/hari
sebanyak 5 kali/minggu
• Semua kelompok mendapatkan edukasi tentang gizi dan ASI eksklusif

(Fikawati, Syafiq, 2018)

• Rata2 ASI eksklusif kelompok suplementasi susu paling tinggi yaitu 170 hari.
• Sebanyak 90% ibu di kelompok suplementasi susu memberikan ASI
eksklusif 6 bulan
• Kelompok suplementasi susu memiliki kemungkinan 4 kali lebih besar
untuk tetap memberikan ASI eksklusif dibandingkan dengan kontrol.
Kesimpulan
1. Di Indonesia, asupan gizi ibu hamil kurang yang ditandai
dengan tingginya prevalensi bumil KEK dan anemia
2. Asupan energi dan zat gizi ibu menyusui bahkan lebih rendah
3. Perlu adanya upaya signifikan peningkatan gizi ibu hamil dan
menyusui, terutama bila prevalensi bayi/anak stunting ingin
diturunkan
4. Untuk menjamin kehamilan yang sehat, menyusui yang
berhasil dan pertumbuhan bayi yang optimal, maka
kecukupan zat gizi ibu harus diperhatikan.
5. Susu dengan kandungan zat gizi yang lengkap, mudah
dikonsumsi dan diserap, serta praktis disiapkan sangat
disarankan untuk diminum oleh ibu hamil dan manyusui
6. Konsumsi susu harus terus berlanjut sejak hamil sampai masa
menyusui berakhir
Daftar Pustaka
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Program
Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga.

WHO, 2014. Childhood Stunting: Challenges and opportunities.


Report of a Promoting Healthy Growth and Preventing Childhood
Stunting colloquium. Geneva: World Health Organization.

Adila P, Fikawati S, Syafiq A. 2015. ASI Eksklusif dan Persepsi


Ketidakcukupan ASI. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 9,
No. 3, Februari 2015

Fikawati S, Syafiq A. Penyebab Keberhasilan dan Kegagalan ASI


Eksklusif. 2009. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 4, No. 3,
Desember.

Van Raaij JMA, Schonk CM, Vermaat-Miedema SH et al. (1991)


Energy cost of lactation, and energy balances of well-nourished
Dutch lactating women: reappraisal of the extra energy
requirements of lactation. Am J Clin Nutr 53,612-619.

Anda mungkin juga menyukai