Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BLOK EMERGENSI
“TEKANAN DARAH TINGGI DALAM
KEHAMILAN”
KELOMPOK A – 5
Status Obstetri
Riwayat kehamilan atau persalinan.
Pertanyaan:
Mengapa kasus pasien termasuk kasus gawat darurat?
Mengapa terjadi proteinuria?
Apa faktor risiko tekanan darah meningkat pada kehamilan?
Mengapa terjadi trombositopenia?
Apa tindakan pertama untuk kasus tersebut?
Apa yang terjadi bila keadaan tersebut tidak ditangani segera?
Apa saja macam hipertensi pada kehamilan?
Apa saja tanda-tanda preeklampsia?
Apa kemungkinan diagnosis pasien?
Mengapa kepala pasien terasa sakit?
Hipotesis:
(Sastrawinata,2005)
LO.1.2. Epidemiologi
5 – 15% penyulit kehamilan
Salah satu dari tiga penyebab tertinggi mortalitas dan
morbiditas ibu bersalin.
Di Indonesia, mortalitas dan morbiditas hipertensi dalam
kehamilan juga masih cukup tinggi.
LO.1.3. Faktor Risiko
Primigravida, primipaternitas
Hiperplasentosis, misalnya: mola hidatidosa, kehamilan
multipel, DM, hidrops fetalis, bayi besar.
Umur yang ekstrim
Riwayat keluarga pernah preeklampsia/ eklampsia
Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada
sebelum hamil
Obesitas
Hipertensi kronik
Jarang atau tidak melakukan pemeriksaan antenatal
LO.1.4. Klasifikasi
Klasifikasi yang di pakai di Indonesia adalah berdasarkan Report of the National
High Blood Pressure Education Program Working Group on High Blood Pressure in
Pregnancy ialah: Timbul sebelum umur
kehamilan 20 minggu,
Pertama kali didiagnosis
setelah umur kehamilan
Hipertensi 20 minggu’
kronik
Menetap sampai 12
minggu pasca perslinan
Hipertensi
Hipertensi kronik kronik
dengan
disertai proteinuria. superimposed
preeklamsia
Timbul pada
Hipertensi kehamilan tanpa
gestasional disertai proteinuria,
Menghilang setelah 3
bulan pasca
melahirkan
Timbul setelah 20 minggu
kehamilan disertai dengan
Preeklampsia TD ≥140/90 mmHg
Proteinuria
Edema
Preeklamsia-eklampsia
LO.1.6. Manifestasi Klinis
Preeklamsia Ringan
• Tekanan darah ≥ 140 mmHg/ 90 mmHg
• Proteinuria ≥ 300 mg/ 24 jam atau ≥ 1 +
dipstik
• Edema
Preeklamsia Berat
• Tekanan darah ≥ 160 mmHg/ ≥ 110 mmHg
• Proteinuria > 5 g/ 24 jam atau 4 +
• Oliguria
• Gangguan visus dan serebral
Superimposed Eclampsia
• Hipertensi kronik karena kelainan organ
• Dapat diserta preeclampsia saat kehamilan
Gestational Hypertension
•TD 140/90 mmHg atau lebih terjadi pertama
kali pada saat hamil, dan kembali normal 12
minggu post partum
• Proteinuria (-)
LO.1.7. Diagnosis dan Diagnosis Banding
Diagnosis
Anamnesis, meliputi:
Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah
Indikasi adanya hipertensi sekunder
Faktor-faktor risiko
Gejala kerusakan organ
Pemeriksaan Fisik
Pengukuran tekanan darah
Pemeriksaan Penunjang
Tes darah rutin
Fungsi ginjal (ureum, kreatinin serum)
Proteinuria kuantitatif Profil koagulasi (PT, APTT, fibrinogen)
Hitung darah perifer lengkap (DPL) USG
Golongan darah ABO, Rh, dan uji pencocokan silang
Fungsi hati (LDH, SGOT, SGPT)
Wanita hamil dengan
TD >140/90 mmHg
Proteinuria baru /
peningkatan
Tanpa proteinuria proteinuria, terjadi Proteinuria Tanpa proteinuria
peningkatan TD atau
sindrom HELLP
Preeklampsia
superimposed
Hipertensi kronik hipertensi kronik Preeklampsia Hipertensi gestasional
Diagnosis banding
Antiphospholipid Antibody Syndrome and Pregnancy
Antithrombin Deficiency
Aortic Coarctation
Autoimmune Thyroid Disease and Pregnancy
LO.1.8. Tatalaksana
Tata laksana terhadap Hipertensi
Terapi antihipertensi (juga dianjurkan untuk hipertensi
pascasalin berat.)
Pilihan antihipertensi didasarkan terutama pada
pengalaman dokter dan ketersediaan obat.
Antihipertensi golongan ACE inhibitor (misalnya
kaptopril), ARB (misalnya valsartan), dan klorotiazid
dikontraindikasikan pada ibu hamil.
Ibu yang mendapat terapi antihipertensi di masa antenatal
dianjurkan untuk melanjutkan terapi antihipertensi hingga
persalinan
Tata laksana terhadap Kejang
Bila terjadi kejang, perhatikan jalan napas, pernapasan
(oksigen), dan sirkulasi (cairan intravena).
MgSO4 diberikan secara intravena kepada ibu dengan
eklampsia (sebagai tatalaksana kejang) dan preeklampsia
berat (sebagai pencegahan kejang).
Pada kondisi di mana MgSO4 tidak dapat diberikan
seluruhnya, berikan dosis awal (loading dose) lalu rujuk
ibu segera ke fasilitas kesehatan yang memadai.
Lakukan intubasi jika terjadi kejang berulang dan segera
kirim ibu ke ruang ICU (bila tersedia) yang sudah siap
dengan fasilitas ventilator tekanan positif.
Sikap terhadap Kehamilan
Berdasarkan William Obstetrics, ditinjau dari umur kehamilan dan
perkembangan gejala-gejala preeklamsia berat selama perawatan; maka sikap
terhadap kehamilannya dibagi menjadi:
Aktif (Agressive
Management)
kehamilannya segera
diakhiri / diterminasi +
pemberian pengobatan
medikamentosa.
Konservatif
(Ekspektatif): kehamilan
dipertahankan +
pemberian pengobatan
medikamentosa
Indikasi perawatan aktif, bila didapatkan satu atau lebih keadaan :
Pada ibu
Umur kehamilan ≥ 37 minggu.
Gejala Impending Eclampsia
Kegagalan terapi pada perawtan konservatif
Diduga terjadi solusio plasenta.
Timbul onset persalinan, ketuban pecah, atau perdarahan.
Pada janin
Tanda-tanda fetal distress (gawat janin)
tanda-tanda Intrauterine Growth Restriction (IUGR)
NST nonreaktif dengan profil biofisik abnormal
Terjadinya oligohidramnion
Pada laboratorium
“Sindroma HELLP” (Hemolysis, Elevated Liver Enzyme, Low Platelets Count )
Menurunnya trombosit dengan cepat.
Indikasi perawatan konservatif (ekspektatif)
Kehamilan preterm ≤ 37 minggu
Tanpa tanda-tanda impending eclampsia
Keadaan janin baik
LO.1.9. Komplikasi
Iskemia Spasme
Kejang dan koma
uteroplasenta arteriolar
• Pertumbuhan • Perdarahan • Trauma akibat
janin serebral kejang
terhambat • Ablasio retina • Aspirasi cairan,
• Kematian janin • Tromboemboli darah,
• Persalinan • Gangguan muntahan yang
prematur pembekuan berakibat
• Solusio darah gangguan
plasenta pernafasan
• Buta kortikal
LO.1.10. Prognosis
Preeklampsia diperkirakan berakibat kematian
maternal sebesar 14%.
Kemungkinan preeklampsia berulang 10%.
Apabila wanita tersebut mengalami preeklampsia
dengan komplikasi, maka kemungkinan untuk berulang
di kehamilan berikutnya menjadi lebih besar.
Jika kejadian dideteksi lebih dini, maka kemungkinan
prognosisnya juga lebih baik.
LO. 1.11. Pencegahan