Anda di halaman 1dari 24

APRILIANTO FANDHI (161079)

GLADYS BRINITA SANTI (161097)


NUR WIJAYANTI (161114)
KONSEP DASAR

DEFINISI
ETIOLOGI
PATOFISIOLOGI

PEMERIKSAAN PENUNJANG
PENATALAKSANAAN
DEFINISI


Suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif
intermiten yang bersifat reversibel, ditandai
dengan adanya periode bronkospasme,
peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap
berbagai rangsangan yang menyebabkan
penyempitan jalan nafas.
ETIOLOGI


EKSTRINSIK INSTRINSIK
ALLERGEN :
PERUBAHAN CUACA :
1. Inhalan : debu, bulu hewan,
1. Udara Dingin  Saluran
serbuk bunga
nafas sempit
2. Ingestan : telur, kacang,
2. Udara Panas  asap, kabut,
susu sapi dan tahu.
dan polusi kendaraan
3. Kontaktan : sengatan lebah
meningkat
4. Injeksitan : beta blockers

AKTIVITAS BERLEBIHAN

KEADAAN EMOSI
PATOFISIOLOGI

EKSTRINSIK 
CONTOH : DEBU ALLERGEN
MASUK KE TUBUH
(BENDA ASING) ANTIGEN
BERIKATAN DG ANTIBODY YG PAS
IG E = BERIKATAN
IMMUNOBLOBULIN E DENGAN IG E

SEL MAST  SISTEM


PERNAFASAN,
MENEMPEL DI
PENCERNAAN, KULIT SEL MAST

SEL MAST MENGHASILKAN


HISTAMIN DAN PROSTAGLANDIN
PATOFISIOLOGI

INSTRINSIK 
AKTIVITAS BERLEBIH, EMOSI,
PERUBAHAN SUHU

UJUNG SARAF PARASIMPATIS UJUNG SARAF SIMPATIS


TERANSANG TERANSANG

PENYEKATAN RESEPTOR B-
SARAF VAGAL TERANGSANG ADRENERGIK
STIMULASI RESEPTOR Α-
ASETILKOLIN MENINGKAT ADRENERGIK

PEURUNAN cAMP

SEL MAST MENGHASILKAN HISTAMIN DAN PROSTAGLANDIN


PEMERIKSAAN
PENUNJANG

PEMERIKSAAN RADIOLOGI
1

Hiperinflasi pada paru ditandai radiolusen yang bertambah

Peleburan rongga intercostalis

3
SAAT SERANGAN SAAT REMISI
Diafragma yang menurun
PEMERIKSAAN
PENUNJANG

PEMERIKSAAN TES KULIT

Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai


alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada
asma.

CARA TEST

1 3
TES UJI KULIT INTRADERMAL TES GORES KULIT

2 4
TES TUSUK (PRICK TES) TES TEMPEL (PATCH TES)
PEMERIKSAAN
PENUNJANG

SPIROMETRI
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas
reversible, cara yang paling cepat dan sederhana diagnosis
asma adalah melihat respon pengobatan dengan
bronkodilator.

Peningkatan FEV1 atau


FVC sebanyak lebih dari
20% menunjukkan
diagnosis asma.
PENATALAKSANAAN

1

NON FARMAKOLOGIS
a.
Fisioterapi dada dan batuk efektif
b.
Latihan fisik
c.
Berikan posisi tidur yang nyaman (semi fowler)
d.
Anjurkan untuk minum air hangat 1,5-2 L/hari
e.
Hindarkan pasien dari faktor pencetus
PENATALAKSANAAN

2.

FARMAKOLOGIS
a.
Memberikan oksigen pernasal
b.
Pemberian Bronkodilator

Golongan Adrenergik
Santin Sediaan Obat :
NamaNama
ObatObat
: : - Sediaan
Tablet (berpengaruh
Obat : pada
- Aminofilin
- Orsiprenalin
(Amicam (Alupent)
supp) - lambung)
Tablet
- Aminofilin
- Fenoterol
(Euphilin Retard) - - Sirup
(berotec) (berpengaruh pada
Sirup
- Teofilin (Amilex)(bricasma) - lambung)
- Terbutalin Suntikan
- - Suntikan
Bubuk halus yang dihirup
- Suppositoria (x pencernaan)
PENATALAKSANAAN

2.

FARMAKOLOGIS
c.
Pemberian Kromalin
Sediaan Obat :
Untuk mencegah asma
- Bubuk halus yang dihirup
(antihistamin).
- Larutan untuk nebulizer
d.
Pemberian Ketolifen
Sediaan Obat :
Untuk mencegah asma - Bubuk halus yang dihirup
(antihistamin). - Larutan untuk nebulizer
- Oral
KONSEP ASUHAN
KEPERAWATAN

PENGKAJIAN

DIAGNOSA

RENCANA KEPERAWATAN
PENGKAJIAN


1.
KELUHAN UTAMA
Keluhan utama meliputi sesak nafas, bernafas terasa berat
pada dada, dan adanya keluhan sulit untuk bernafas.

2.
RIWAYAT PENYAKIT SAAT INI
Klien dengan serangan asma datang mencari pertolongan
terutama dengan keluhan sesak nafas yang hebat dan
mendadak, kemudian diikuti dengan gejala-gejala lain
seperti wheezing, penggunaan otot bantu pernapasan,
kelelahan, gangguan kesadaran, sianosis, dan perubahan
tekanan darah.
PENGKAJIAN


3.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Klien dengan serangan asma datang mencari pertolongan
terutama dengan keluhan sesak nafas yang hebat dan
mendadak, kemudian diikuti dengan gejala-gejala lain
seperti wheezing, penggunaan otot bantu pernapasan,
kelelahan, gangguan kesadaran, sianosis, dan perubahan
tekanan darah.
4.
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Pada klien dengan serangan asma perlu dikaji tentang riwayat
penyakit asma atau penyakit alergi yang lain pada anggota
keluarganya karena hipersensitivitas pada penyakit asma ini
lebih ditentukan oleh factor genetic dan lingkungan.
PENGKAJIAN

5.
AKTIFITAS

a. Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernapas.
b. Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan
melakukan aktivitas sehari-hari.
c. Tidur dalam posisi duduk tinggi.

6.
ASUPAN NUTRISI
a. Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan.
b. Penurunan berat badan karena anoreksia.

7.
HUBUNGAN SOISAL
a. Keterbatasan mobilitas fisik.
b. Susah bicara atau bicara terbata-bata.
c. Adanya ketergantungan pada orang lain.
PENGKAJIAN

8.
INTEGRITAS EGO

a. Ansietas
b. Ketakutan
c. Peka rangsangan
d. Gelisah

9.
SIRKULASI
a. Adanya peningkatan tekanan darah.
b. Adanya peningkatan frekuensi jantung.
c. Warna kulit atau membran mukosa normal/ abu-abu/ sianosis.
d. Kemerahan atau berkeringat.
PENGKAJIAN

10.

PEMERIKSAAN FISIK
KEADAAN UMUM :
Perawat juga perlu mengkaji tentang kesadaran klien,
kecemasan, kegelisahan, kelemahan suara bicara, denyut nadi,
frekuensi pernapasan yang meningkat, penggunaan otot-otot bantu
pernapasan, sianosis, batuk dengan lender lengket, dan posisi
istirahat klien.
PENGKAJIAN

10.

PEMERIKSAAN FISIK
PARU :
a. Inspeksi : Pada klien asma terlihat adanya peningkatan usaha dan
frekuensi pernapasan, serta penggunaan otot bantu pernapasan,
melihat postur bentuk dan kesimetrisan, adanya peningkatan
diameter anteroposterior, retraksi otot-otot interkostalis
b. Palpasi : Pada palpasi biasanya kesimetrisan, ekspansi, dan taktil
fremitus normal.
c. Perkusi : Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor
sedangkan diafragma menjadi datar dan rendah.
d. Auskultasi : Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai
dengan ekspirasi lebih dari empat detik atau lebih dari tiga kali
inspirasi, dengan adanya bunyi napas tambahan utama wheezing
pada akhir ekspirasi.
DIAGNOSA


a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan
bronkhokonstriksi, bronkhospasme, edema mukosa dan dinding
bronkhus, serta sekresi mukus yang kental.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan spasme bronkus.
c. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan tidak mampu mengabsorbsi makanan
karena factor biologi.
d. Cemas berhubungan dengan ancaman kematian
(ketidakmampuan untuk bernapas).
RENCANA ASUHAN
KEPERAWATAN
1.

DIAGNOSA 1

1. Kaji warna dan kekentalan sputum


2. Atur posisi semi fowler
3. Ajarkan cara batuk efektif
4. Bantu klien napas dalam
5. Pertahankan intake cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali
tidak diindikasikan
6. Kolaborasi dengan melakukan fisioterapi dada dengan
tehnik postural drainase, perkusi dan fibrasi dada.
7. Kolaborasi pemberian obat : Bronkodilator
RENCANA ASUHAN
KEPERAWATAN

2.
DIAGNOSA 2

1. Kaji kefektifan jalan napas


2. Kolaborasi untuk pemberian bronkodilator secara aerosol
3. Lakukan fisioterapi dada
4. Kolaborasi untuk pemantauan analisa gas arteri
5. Kolaborasi pemberian oksigen via nasal
RENCANA ASUHAN
KEPERAWATAN
3.

DIAGNOSA 3
1. Kaji status nutrisi klien, turgor kulit, berat badan, integritas
mukosa oral, kemampuan menelan, riwayat mual/muntah
dan diare.
2. Pantau intake –output, timbang berat badan secara periodik
(sekali seminggu)
3. Lakukan dan ajarkan perawatan mulut sebelum dan sesudah
intervensi/pemeriksaan peroral.
4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetapkan komposisi dan
jenis yang tepat
5. Fasilitasi pemberian diet berikan dalam porsi kecil tapi
sering.
6. Kolaborasi untuk pemberian multivitamin
RENCANA ASUHAN
KEPERAWATAN

4.
DIAGNOSA 4
1. Bantu dalam mengidentifikasi sumber koping yang ada
2. Ajarkan tehnik relaksasi
3. Pertahankan hubungan saling percaya antara klien dengan
perawat
4. Kaji faktor yang menimbulkan rasa cemas
5. Bantu klien mengenali dan mengakui rasa cemasnya

Anda mungkin juga menyukai