Anda di halaman 1dari 22

KELOMPOK 2

 Rachdad Agwil Suryana (13330056)


 Endah Sedyoningrum (15330011)
 Fitria Haryani (15330042)
 Laura Risma Melati Situmorang (15330102)
 Firdha Aprilya Utami (15330141)
 Harika (17330737)
KELOMPOK 2
PENGERTIAN
Interaksi obat adalah perubahan efek suatu
obat akibat pemakaian obat lain (interaksi obat-
obat) atau oleh makanan, obat tradisional dan
senyawa kimia lain. Interaksi obat yang signifikan
dapat terjadi jika dua atau lebih obat digunakan
bersama-sama.
Absorbsi obat meliputi proses obat dari saat
dimasukkan ke dalam tubuh, melalui jalurnya hingga
masuk kedalam sirkulasi sistemik. Pada level seluler, obat
diabsorbsi melalui beberapa metode, terutama transport
aktif dan transport pasif, Proses absorbsi sangat penting
dalam menentukan efek obat. Pada umumnya obat yang
tidak diabsorbsi tidak menimbulkan efek, kecuali antasida
dan obat yang bekerja lokal.
Pasien-pasien yang harus diberi perhatian apabila
terjadi interaksi obat adalah pasien lanjut usia, yang
biasanya menderita beberapa penyakit kronis,sehingga
minum banyak macam obat, selain tentunya perubahan
klirens obat karena faktor usia. Selain interaksi obat dengan
obat dapat juga terjadi interaksi obat dengan senyawa yang
terkandung dalam makanan.

Pembahasan
Obat diabsorbsi melalui beberapa metode
yaitu: Transport aktif dan transport pasif
• Ø Metode absorpsi :
• · Transport Pasif
• Transport pasif tidak memerlukan energi , sebab hanya dengan
proses difusi obat dapat berpindah dari daerah dengan kadar
konsentrasi tinggi ke daerah dengan konsentrasi rendah. Transport
pasif terjadi selama molekul-molekul kecil dapat berdifusi
sepanjang membaran dan berhenti bila konsentrasinya pada kedua
sisi membran seimbang.
• · Transport Aktif
• Transport aktif membutuhkan energi untuk menggerakkan obat
dari daerah dengan konsentrasi obat rendah kedaerah konsentrasi
obat tinggi.
Kecepatan Absorpsi

Apabila pembatas antara obat aktif dan sirkulasi


sistemik hanya sedikit (jumlah sel) maka absorpsi terjadi
cepat dan obat segera mencapai level. Dilihat dari bentuk
sediaan obatnya semakin kecil bentuk partikelnya maka
akan semakin mudah menyerap, rute pemberian injeksi
intravena (iv) lebih cepat diabsorpsi jika dibandingkan
dengan per oral.
• o Diperlambat oleh nyeri dan stress
• o Makanan tinggi lemak dan padat
• o Faktor bentuk obat
• o Kombinasi dengan obat lain
INTERAKSI OBAT PADA
TINGKAT ABSORPSI
Obat-obat yang digunakan secara oral biasanya diserap dari saluran
cerna ke dalam sistem sirkulasi. Ada banyak kemungkinan terjadi interaksi
selama obat melewati saluran cerna. Absorpsi obat dapat terjadi melalui
transport pasif maupun aktif, di mana sebagian besar obat diabsorpsi secara
pasif. Proses ini melibatkan difusi obat dari daerah dengan kadar tinggi ke
daerah dengan kadar obat yang lebih rendah. Pada transport aktif terjadi
perpindahan obat melawan gradien konsentrasi (contohnya ion-ion dan
molekul yang larut air) dan proses ini membutuhkan energi.
Absorpsi obat secara transport aktif lebih cepat dari pada secara
tansport pasif. Obat dalam bentuk tak-terion larut lemak dan mudah berdifusi
melewati membran sel, sedangkan obat dalam bentuk terion tidak larut lemak
dan tidak dapat berdifusi. Di bawah kondisi fisiologi normal absorpsinya agak
tertunda tetapi tingkat absorbsi biasanya sempurna. Bila kecepatan absorpsi
berubah, interaksi obat secara signifikan akan lebih mudah terjadi, terutama
obat dengan waktu paro yang pendek atau bila dibutuhkan kadar puncak
plasma yang cepat untuk mendapatkan efek
1. Kompleksasi dan adsorbsi (interaksi langsung)
Interaksi langsung yaitu terjadi reaksi/pembentukan
senyawa kompleks antar senyawa obat yang
mengakibatkan salah satu atau semuanya dari macam
obat mengalami penurunan kecepatan absorpsi. Interaksi
ini dapat dihindarkan bila obat yang berinteraksi
diberikan dalam jangka waktu minimal 2 jam.

Mekanisme interaksi akibat


gangguan absorpsi antara lain :
2. Perubahan pH saluran pencernaan
pH cairan saluran cerna mempengaruhi laju absorbsi obat yang
bersifat asam atau basa lemah. Pada pH cairan saluran cerna yang alkalis obat
asam terionisasi, kurang terabsorbsi, misalnya akibat adanya antasid, akan
meningkatkan kelarutan obat yang bersifat asam yang sukar larut dalam
saluran cerna, misalnya aspirin. Dengan demikian dipercepatnya disolusi
aspirin oleh basa akan mempercepat absorpsinya.
Akan tetapi, suasana alkalis di saluran cerna akan mengurangi
kelarutan beberapa obat yang bersifat basa (misalnya tetrasiklin) dalam cairan
saluran cerna, sehingga mengurangi absorpsinya. Berkurangnya keasaman
lambung oleh antasida akan mengurangi pengrusakan obat yang tidak tahan
asam sehingga meningkatkan bioavailabilitasnya.Ketokonazol yang diminum
per oral membutuhkan medium asam untuk melarutkan sejumlah yang
dibutuhkan sehingga tidak memungkinkan diberikan bersama antasida, obat
antikolinergik, penghambatan H2, atau inhibitor pompa proton (misalnya
omeprazol). Jika memang dibutuhkan, sebaiknya abat-obat ini diberikan
sedikitnya 2 jam setelah pemberian ketokonazol.
3. Perubahan motilitas atau laju pengosongan lambung
Usus halus adalah tempat absorbsi utama untuk
semua obat termasuk obat bersifat asam. Disini absorbsi
terjadi jauh lebih cepat dari pada di lambung. makin cepat
obat sampai di usus halus, makin cepat pula absorbsinya.
Kecepatan pengosongan lambung biasanya hanya
mempengaruhi kecepatan absorbsi tanpa mempengaruhi
jumlah obat yang diabsorbi. Ini berarti, kecepatan
pengosongan lambung biasanya hanya mengubah tinggi
kadar puncak dan waktu untuk mencapai kadar tersebut
tanpa mengubah bioavailibilitas obat. Karena kapasitas
metabolisme dinding usus halus lebih terbatas
dibandingkan kapasitas absorbsinya, maka makin cepat
obat ini sampai di usus halus, makin tinggi
bioavailibilitanya.
4. Penghambatan enzim pencernaan
Obat-obat atau makanan tertentu dapat mempengaruhi sistem
transpor enzim sehingga mempengaruhi absorbsi obat-obat spesifik
pada usus. Alopurinol dan sediaan atau makanan yang mengandung
besi tidak boleh diberikan secara bersamaan karena alopurinol
memblok sistem enzim yang mencegah absorbsi besi. Kelebihan
absorbsi dan kelebihan muatan besi pada pasien dapat terjadi
sehingga menyebabkan hemosiderosis (deposit hematin yang tidak
larut di dalam jaringan).
Asam folat pada umumnya terdapat di dalam makanan dalam
bentuk poliglutamat yang sukar terabsorbsi. Agar absorbsi mudah
ter-jadi, maka poliglutamat itu harus diubah menjadi turunannya yang
mu-dah terabsorbsi, yaitu folat. Perubahan ini dikatalisis oleh enzim
konjugase di dalam usus. Fenomena interaksi ditemukan pada pasien
yang mengalami anemia akibat kekurangan asam folat setelah diberi
fenitoin. Berdasarkan hal ini disimpulkan bahwa fenitoin
menghambat aktivitas enzim konjugase yang mengubah poliglutamat
menjadi asam folat.
5. Perubahan flora saluran pencernaan
Flora normal usus berperan antara lain untuk :
o sintesis vitamin K
o memecah sulfasalsin menjadi bagian-bagian yang aktif yaitu
sulfapiridin dan 5-amino salisilat
o metabolisme obat-obat tertentu seperti levodopa dan digoksin
o hidrolisis glukuronida yang diekskresi melalui empedu sehingga
memperpanjang kerja obat-obat tertentu seperti kontrasepsi oral.
Obat-obat yang dapat mempengaruhi flora saluran pencernaan adalah
antimikroba, khususnya antibakteri. Pemberian antibakteri spektrum luas
akan mengubah atau menekan flora normal sehingga mengakibatkan :
 meningkatnya aktivitas antikoagulan oral (antagonis Vitamin K) yang
diberikan bersamaan
 menurunnya efektivitas sulfasalasin
 meningkatnya bioavailabilitas levo-dopa dan digoksin
 menurunnya efektivitas kontrasepsi oral.
Interaksi ditimbulkan

1 Allopurino Ferrous Allopurinol Kelebihan besi Obat yang mengandung Ferrous Sulfat
memblok menyebabkan diberikan minimal 2 jam setelah Allopurinol
l Sulfat
sistem enzim hemosiderosis
(Vitamin pencernaan (deposit hematin
Neurotropik sehingga yang tidak larut
absoprsi besi dalam jaringan)
)
meningkat
2 Linkomisi Kaolin Kaolin Penuruna Antibiotik diberikan 2 jam setelah
n mengur n kadar pemberian Kaolin
angi plasma
absorpsi Linkomisi
Linkom n
isin sehingga
secara berpotensi
signifik menghilan
an gkan efek
antimikro
ba
3 Ketokonazol Antasida penghambat Disolusi Absorpsi Antasida diberikan sedikitnya 2 jam setelah
H2 ketokonazol ketokonazol pemberian ketokonazol

Tabel Interaksi Obat


menurun menurun

4 Penisilamin Antasida Antasida Absorpsi Penggunaan penisilamin setidaknya 1 jam sebelum


mengandung Al, Mg menyebabkan penisilamin antasida
pembentukan menurun
No. Obat Objek Obat Presipitan Mekanisme Efek yang Penanganan
Interaksi ditimbulkan
6 Tetrasiklin Antasida Terbentuknya Resistensi Antasida sebelum
mengandung Al, kompleks mikroba makan, tetrasiklin
Mg, Fe, Zn sesudah makan
7 Metoklopramid Asetosal Metoklopramid Metoklopramid Pemberian
menyebabkan meningkatkan Metoklopramid 1 jam
perubahan kecepatan sebelum makan dan
motilitas usus absorpsi Asetosal 1 jam sesudah
Asetosal makan
(meningkatkan
efek)

8 Aspirin NaCO3 NaCO3 mengubah pH Meningkatnya disosiasi, NaCO3 sebelum makan, aspirin
saluran cerna sehingga absorpsi sesudah makan
aspirin meningkat

9 Digoksin Metoklopramid Stimulasi Kadar plasma Digoksin diberikan paling


motilitas Digoksin sedikit 2-4 jam setelah
lambung yang menurun pemberian
diinduksi oleh sehingga efek Metoklopramid
Metoklopramid terapinya
yang dapat menurun
menurunkan
absorpsi
Digoksin
10 Warfarin Kolesteramin Kolesteramin Penurunan efek Pemberian selang waktu
menurunkan antikoagulan 4 jam
absorpsi dari warfarin
warfarin
KASUS GASTRITIS
Keluhan klinis penderita gastritis
Dari keluhan klinis penderita gastritis yang menderita
keluhan nyeri ulu hati sebanyak 10 orang, mual sebanyak 8
orang, muntah 5 orang, nafsu makan menurun sebayak 4
orang, dan perut terasa kembung sebanyak 3 orang. Dimana
keluhan tersebut merupakan gejala klinis yang sering dialami
oleh pasien yang didiagnosa menderita gastritis.
Evaluasi setelah pemberian terapi
Penderita yang memenuhi kriteria inklusi dibagai
dalam dua kelompok. Masing-masing kelompok I
mendapatkan terapi Ranitidin dan Antasida dan kelompok 2
mendapatkan terapi Ranitidin dan Sukralfat.
• kombinasi ranitidin dengan sukralfat memberikan efek
terapi yang baik dalam pengobatan gastritis
• dimana ranitidin mengurangi faktor agresif dengan cara
menghambat histamin pada reseptor H2 sel parietal
sehingga sel parietal tidak terangsang mengeluarkan asam
lambung.
• sukralfat meningkatkan faktor devensif dengan cara
melindungi mukosa lambung
• kombinasi ranitidin dan antasida dimana antasida
berperan dalam menetralkan asam lambung sehingga
dapat mengurangi keluhan nyeri yang dialami pasien
• terapi kombinasi perlu diperhatikan adalah interaksi obat.
Dimana interaksi obat ini ada yang menguntungkan
seperti diperolehnya efek sinergis, dan ada juga efek yang
merugikan seperti :
- berkurangnya absorpsi salah satu obat
- meningkatkan efek samping
- terapi duplikasi
- dll.
• Pada kombinasi obat yang digunakan dalam penelitian ini
terdapat interaksi obat dimana Antasida dapat mengurangi
absorbsi Ranitidin. Oleh karena itu perlu pengaturan
waktu pemberian obat dimana obat diminum dalam
waktu selang 1 jam (Ranitidin diminum 1 jam setelah
mengkonsumsi Antasida).
• Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa 100%
dari pasien yang menggunakan terapi kombinasi
Ranitidin dengan Sukralfat keluhannya hilang dan 80%
keluhan hilang pada pasien yang menggunakan terapi
kombinasi Ranitidin dengan Antasida.
Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat
akibat pemakaian obat lain (interaksi obat-obat) atau oleh
makanan, obat tradisional dan senyawa kimia lain. Interaksi
obat yang signifikan dapat terjadi jika dua atau lebih obat
digunakan bersama-sama.
Absorbsi obat meliputi proses obat dari saat
dimasukkan kedalam tubuh, melalui jalurnya hingga masuk
kedalam sirkulasi sistemik. Pada level seluler, obat
diabsorbsi melalui beberapa metode, terutama transport
aktif dan transport pasif.

Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai