Anda di halaman 1dari 20

Interaksi Obat Dalam Proses Distribusi

Kartika Pratiwi Duwi Rahmawati


( 13330133 ) ( 15330103 )

Dinda Aulia Hanifah Melva Novriana


( 15330018 ) ( 15330143 )
Kelompok
3
Yayu Wiranti Putri Nanda Lusiana
( 15330043 ) ( 17330739 )

1
Pendahuluan  Tidak semua interaksi obat membawa pengaruh
yang merugikan, tetapi beberapa interaksi justru
 Interaksi obat dapat didefinisikan sebagai diambil manfaatnya dalam praktek pengobatan,
modifikasi efek suatu obat akibat obat lain misalnya peristiwa interaksi antara probenesid
yang diberikan pada awalnya atau diberikan dengan penisilin, di mana probenesid akan
bersamaan; atau bila dua atau lebih obat menghambat sekresi penisilin di tubuli ginjal,
berinteraksi sedemikian rupa sehingga sehingga akan memperlambat ekskresi penisilin
keefektifan atau toksisitas satu obat berubah. dan mempertahankan penisilin lebih lama dalam
 Interaksi dapat membawa tubuh.
dampak yang merugikan kalau
 Sehingga dampak negatif dari
terjadinya interaksi tersebut
interaksi ini yang
sampai tidak dikenali
kemungkinan akan timbul
sehingga tidak dapat
antara lain: Terjadinya efek
dilakukan upaya-upaya
samping dan Tidak tercapainya
optimalisasi.
efek terapetik yang
diinginkan.
2
Obat-obat Yang Terlibat Dalam Peristiwa Interaksi Obat

Obat
Obat obyek : presipitan(precipit
yakni obat yang aksinya
an drug) :
atau efeknya dipengaruhi yakni obat yang
atau diubah oleh obat lain. mempengaruhi atau
mengubah aksi atau
menimbulkan efek obat
lain.
Ciri – Ciri Obat Obyek dan Obat
Presipitan

Obat Obyek Obat Presipitan


• Obat - obat di mana perubahan sedikit saja  Obat-obat dengan ikatan protein yang kuat, oleh
terhadap dosis (kadar obat) sudah akan karena dengan demikian akan menggusur ikatan-
menyebabkan perubahan besar pada efek ikatan yang protein obat lain yang lebih lemah.
klinik yang timbul.  Obat-obat dengan kemampuan menghambat
• Obat-obat dengan rasio toksis terapik yang (inhibitor) atau merangsang (inducer) enzim-
rendah (low toxic:therapeutic ratio), artinya enzim yang memetabolisir obat dalam hati.
antara dosis toksik dan dosis terapetik  Obat-obat yang dapat mempengaruhi/merubah
tersebut perbandinganya (atau perbedaanya) fungsi ginjal sehingga eliminasi obat-obat lain
tidak besar. Kenaikan sedikit saja dosis dapat dimodifikasi. Misalnya probenesid, obat-
(kadar) obat sudah menyebabkan terjadinya obat golongan diuretika dan lain-lain.
efek toksis.
4
Interaksi Obat Berdasarkan
Mekanisme Kerja
Interaksi pada
fase farmaseutik

03
Interksi pada fase
farmakodinamik

02
Interaksi pada
fase farmakokinetik

01
5
Fase Distribusi

 Penyebaran obat dari  Kecepatan distribusi


pembuluh darah ke dipengaruhi oleh
jaringan atau ke permeabilitas
membran kapiler
tempat kerjanya. terhadap molekul
obat.

6
Faktor yang Mempengaruhi Proses
Distribusi 5.
3. Sifat
1.Pengikatan keterikatan Kondisi
protein plasma obat penyakit

4. Aliran darah
2. Kelarutan
ke dalam organ
obat dalam dan keadaan
lipid sirkulasi
7
Interaksi Obat Pada Fase
Distribusi
Ketika dua obat bersaing untuk mendapatkan
tempat pada protein atau albumin di dalam
plasma.

Apabila salah satu obat tergeser dari ikatan


protein maka akan banyak obat dalam bentuk
bebas yang bersirkulasi dalam plasma.
Hanya terjadi interaksi jika:
1. Obat tersebut memiliki ikatan kuat dengan
protein (>85%)
2. Obat dengan jendela terapi sempit
3. Volume distribusi kecil
4. Memiliki onset yang cepat. 8
Interaksi Obat yang Pada Proses
Distribusi Akan Bermakna Klinik Jika:
Obat objek memiliki ikatan protein sebesar >
1
85%

2 Volume distribusi obat < 0,15 I/kg

3 Memiliki batas keamanan sempit

Obat presipitan berikatan dengan albumin pada


4
tempat ikatan (finding site) yang sama dengan
obat indeks
5 Serta kadarnya cukup tinggi untuk menempati
dan menjenuhkan binding-site nya

9
Prinsip :

Semakin besar afinitas suatu


obat akan semakin kuat terikat
dengan protein plasma.

Dan obat yang memiliki ikatan kuat


dengan protein akan menggeser obat yang
ikatan proteinnya lemah atau di
bawahnya.

Sehingga terdapat banyak obat


bebas dalam darah, distribusi
terganggu dan menimbulkan efek
toksik.

10
Contoh Obat yang Berinteraksi Pada Proses Distribusi

No Obat Objek Obat Presipitan Mekanisme Efek/akibat Penanganan


(A) (B) Interaksi yang
Ditimbulkan
1. Warfarin Fenilbutazon Obat Fenilbutazon Aktivitas Terapi yang
Ikatan protein Ikatan protein > 98% menggeser obat antikoagulan menggunakan
>90%, warfarin dari ikatannya meningkat yang obat ini
Vd=0,14 l/kg dengan protein plasma mengakibatkan hendaknya
→ efek/toksisitas obat terjadinya resiko dihindari.
warfarin↑ pendarahan.

2. Warfarin Kloralhidrat Kloralhidrat mendesak Meningkatkan Terapi pemberian


Ikatan protein Ikatan protein > 97% warfarin dari ikatan respon koagulan. obat tidak boleh
>90%, protein plasma. bersamaan,
Vd=0,14 l/kg Digunakan obat
hypnotik yang
lain, bila terlihat
adanya interaksi,
diganti diazepam
atau flurazepam.
3. Tolbutamid, Fenilbutazon, Fenilbutazon menggeser tolbutamid Hipoglikemia Kombinasi obat
Ikatan protein Ikatan protein > dari ikatan protein ini harus
>86% 98% ditinjau kembali
dosis dan
waktu
pemberiannya.
4 Metotreksat Salisilat, Obat salisilat menggeser Pansitopenia Jika ikatan obat-
Sulfonamid Obat metotreksat dari albumin subnormal,
ikatannya dengan protein Pansitopenia adalah maka dosis obat
plasma → efek/toksisitas pengurangan pada pemberian
Obat metotreksat ↑ signifikan jumlah single dose harus
eritrosit, semua jenis kecil.
Salisilat menggeser sel darah putih, dan Obat yang memiliki
Metrotreksat dari ikatannya trombosit di sirkulasi afinitas tinggi
dengan albumin dan darah. terhadap albumin
menurunkan sekreseinya ke dan memiliki Vd
dalam nephron oleh kecil maka dosis
kompetisi dengan anion obat pada
secretory carrier. pemberian kronik
harus disesuaikan.
5 Fenitoin Fenilbutazon Obat Fenilbutazon Toksisitas Fenitoin ↑ Bila
Ikatan protein > menggeser Obat dimungkinkan
98% Fenitoin dari hindarkan
ikatannya dengan penggunaan
protein plasma → keduanya.
efek/toksisitas Obat
Fenitoin↑

6 Fenitoin Asam Valporat Asam valporat Kadarnya dalam Kombinasi obat


menggeser ikatan darah meningkat ini sebaiknya
protein plasma sehingga bersifat dihindari atau
fenitoin hepatotoksik bila tetap
dilakukan maka
dibutuhkan
penyesuaian
dosis.
7 Fenitoin Asetosal Asetosal menggeser Meninggkatkan efek Tidak diberikan
fenitoin dari ikatan fenitoin secara
protein plasma -> toksik bersamaan.
8 Warfarin Allupurinol Efek warfarin ↑ atau Pendarahan ↑ Diamati apakah terjadi
Ikatan protein antikoagulan ↑ hypoprotrombinaemia bila
>90%, terjadi hypoprotrombinaemia
Vd=0,14 l/kg pada saat pemberian
antikoagulan dengan
allupurinol pada awal atau
beberapa saat setelah
pemberian obat tersebut, di
stop dulu pemberian warfarin
dan dosis warfarin
disesuaikan.

9 Furosemid Probenedik Tindakan loop diuretik Probenedik dapat Tidak di perlukan intervensi
dapat terkurangi, mengurangi klinis.
peningkatan kosentrasi distribusi loop
plasma menghasilkan diuretik untuk aksi
peningkatan diuresis terhadap lumen
bersih selama waktu tubular yang
yang lebih lama. nyata.
10 Antikoalgulan Metronidazol Metronidazol Efek antikoagulan Sebaiknya kombinasi obat
(Warfarin) menghambat meningkat, tersebut dihindari. Bila
Ikatan protein metabolisme akibatnya resiko digunakan pasien harus
>90%, warfarin, juga pendarahan dimonitor , apakah efek
Vd=0,14 l/kg meningkatkan meningkat. antikoagulan meningkat pada
hypoprotrombinemia. awal pemberian metronidazole,
sampai saat penghentian.

Biasanya dosis antikoagulan


diperkecil dahulu pada saat
memulai terapi dengan obat lain
tersebut, dan baru ditingkatkan
lagi setelah pengobatan dengan
obat itu selesai.
Kesimpulan :
 Distribusi obat adalah distribusi obat dari dan
kedarah dan beberapa jaringan tubuh ( misalnya
lemak, otot, dan jaringan otak) dan proporsi
relative obat didalam jaringan.
 Interaksi obat terjadi jika efek suatu obat (index
drug) berubah akibat adanya obat lain (precipitant
drug), makanan, atau minuman.
 Menurut mekanisme kerjanya interaksi obat dibagi
menjadi tiga, yaitu: interaksi farmakokinetik,
interaksi farmakodinamik, interaksi obat dengan
makanan.
 Interaksi pada fase distribusi dapat terjadi ketika
dua obat bersaing untuk mendapatkan tempat pada
protein atau albumin di dalam plasma.
Kesimpulan :

Untuk mencegah atau mengurangi terjadinya interaksi obat yang


tidak dikehendaki dan mungkin dapat bersifat fatal, beberapa hal
berikut dapat di pertimbangkan :
1. usahakan memberikan jumlah obat sedikit mungkin pada tiap-
tiappenderita, termasuk pemberian obat-obat OTC dan obat-
obat herbal.
2. Dalam memberikan obat, perhatikan teruytama pada pasien usia
lanjut, pasien dengan penyakit yang sangat berat, pasien
dengan adanya disfungsi hati atau ginjal.

18
Kesimpulan :

3. sangat berhati-hati jika menggunakan obat-


obat dengan batas keamanan sempit (antikoagulan,
digitalis, antidiabetik, antiaritmia, anti konvulsan,
anti psikotik, inhibitor kuat CYP (ketokonazol,
itrakonazol, eritromisin,klaritrornisin).
4. melakukan monitoring terhadap kejadian interaksi
(misal terhadap tanda, gejala, uji laboratorik)
sehingga dapat cepat terdeteksi dan diambil tindakan
yang memadai, saperti menyesuaikan dosis atau
menghentikan salah satu atau semua obat yang
digunakan.

19

Anda mungkin juga menyukai