Anda di halaman 1dari 5

18.

4 EFEK PANAS SELAMA REAKSI

Ketika reaksi sangat cepat sehingga panas dilepaskan (atau diserap) di pelet
tidak bisa dihapus dengan cukup cepat untuk menjaga pelet dekat dengan suhu
cairan, kemudian terdapat efek nonisotermal yang mengganggu. Dalam suatu situasi
dua jenis efek suhu yang berbeda mungkin akan dijumpai:
• ∆T dalam partikel, mungkin terdapat variasi suhu di dalam pelet.
• Film ∆T. Pelet mungkin lebih panas (atau dingin) dari cairan sekitarnya.
Untuk reaksi eksotermis, panas dilepaskan dan partikel lebih panas dari
cairan sekitarnya, maka laju nonisothermal selalu lebih tinggi dari laju isothermal
yang diukur dengan kondisi aliran masal. Namun, untuk reaksi endotermis laju
nonisothermal lebih rendah dari laju isothermal karena partikel lebih dingin dari
cairan sekitarnya.
Jadi kesimpulan pertama: jika efek berbahaya dari thermal shock, atau sintering dari
permukaan katalis, atau penurunan selektivitas, tidak terjadi dengan partikel panas, maka kita
akan mendorong perilaku nonisothermal dalam reaksi eksotermik. Dan reaksi endotermik
berlaku sebaliknya.
Selanjutnya menentukan bentuk efek nonisotermal , jika ada. Berikut perhitungan
sederhananya.
Untuk film ∆𝑇 kecepatan perpindahan panas melalui film sama dengan perpindahan
panas yang dihasilkan oleh reksi di dalam pelet. Dengan persamaan sebagai berikut
𝑄𝑔𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑡𝑒𝑑 = 𝑉𝑝𝑒𝑙𝑙𝑒𝑡 −𝑟 ′′′𝐴,𝑜𝑏𝑠 −∆𝐻𝑟
𝑄𝑟𝑒𝑚𝑜𝑣𝑒𝑑 = ℎ𝑆𝑝𝑒𝑙𝑙𝑒𝑡 (𝑇𝑔 − 𝑇𝑠 )
Dan setelah dikombinasikan didapatkan
𝐿(−𝑟 ′′′ 𝐴,𝑜𝑏𝑠 )(−∆𝐻𝑟 )
∆𝑇𝑓𝑖𝑙𝑚 = (𝑇𝑔 − 𝑇𝑠 ) =

Dimana L adalah ukuran karakteristik dari pelet
Analisa sederhana untuk ∆𝑇 di dalam partikel oleh Prater (1958) untuk setiap
geometri dan kinetic dari partikel memberikan ekspresi yang diinginkan. Karena, suhu dan
konsentrasi di dalam partikel diwakili oleh bentuk persamaan diferensial (persamaan
Laplace) Prater menunjukkan bahwa distribusi T dan Ca harus memiliki bentuk yang sama;
sehingga pada setiap titik pelet x
𝑑𝑇 𝐶𝐴
−𝑘𝑒𝑓𝑓 = 𝐷𝑒 (−∆𝐻𝑟 )
𝑑𝑥 𝑑𝑥
Dimana 𝑘𝑒𝑓𝑓 adalah konduktifitas termal didalam pellet.
Untuk gradient suhu di dalam partikel, kurva faktor nonisotermal yang
berhubungan telah dihitung oleh Carberry (1961), Weisz dan Hicks (1962) dan Bischoff
(1967). Gambar 18.8 mengilustrasikan kurva ini tanpa dimensi dan menunjukan bahwa
bentuk kurva nonisotermal mirip dengan kurve isothermal pada gambar 18.6 dengan
beberapa pengecualian berikut. Hanya untuk reaksi eksotermis, dimana ketahanan pori
mulai berpengaruh, efektifitas faktor lebih dari satu. Temuan ini tidak terduga pada
pembahasan yang sedikit di atas.
Bagaimanapun, untuk system gas-solid Hutchings dan Carberry (1966) dan
McGreavy menunjukan bahwa jika reaksi yang cukup cepat untuk memperkenalkan efek-
efek isothermal, maka gradient suhu terjadi utamanya melewati gas film, tidak di dalam
partikel

Anda mungkin juga menyukai