Anda di halaman 1dari 45

TUBERKULOSIS KUTIS

Klemens Edward (2016-061-110)


Yohanes Jonathan (2016-061-124)
 Negara berkembang
Pendahuluan  Jarang ditemukan : Tuberkulosis kutis papulonekrotika,
tuberculosis kutis gumosa, dan eritema nodosum
 Tuberkulosis pada kulit, disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis atau Mikobakteria atipikal
Definisi dan
Epidemiologi  Skrofuloderma adalah bentuk yang paling sering ditemukan,
disusul tuberculosis kutis verukosa
 Banyak dijumpai pada anak–anak dan dewasa muda. Wanita > pria
 M. tuberculosis
Etiologi  Mikobakteria atipikal tipe II (M. scrofulaceum) atau tipe IV
 Batang, tahan asam, non motil, aerob obligat
 BTA (dengan pewarnaan Ziehl Neelsen)
 Kultur : Löwenstein-Jensen
 Patogenitas M. tuberculosis > Mikobakterium atipikal

Bakteri  Mikobakterium atipikal


 Gol. I = Fotokromogen (cahaya > pigmen)
 Gol. II = Skotokromogen
 Gol. III = Nonfotokromogen
 Gol. IV = rapid gowers (koloni tumbuh dalam beberapa hari)
1. Tuberkulosis kutis sejati
a) Tuberkulosis kutis primer (tuberculosis chancre)
b) Tuberkulosis kutis sekunder
1. Skrofuloderma
2. Tuberkulosis kutis miliaris
3. Tuberkulosis kutis verukosa
4. Tuberkulosis kutis gumosa
5. Tuberkulosis kutis orifisialis
6. Lupus vulgaris
Klasifikasi
2. Tuberkulid
a) Papul
1. Lupus miliaris diseminatus fasiei
2. Tuberkulid papulonekrotika
3. Liken skrofulo dosorum
b) Granuloma / Ulseronodulus :
1. Eritema nodosum
2. Eritema induratum
Cara infeksi ada 6 macam :
1. Penjalaran langsung dari organ bawah kulit ke kulit
2. Inokulasi langsung kulit sekitar orifisium alat dalam yang
terinfeksi
Patogenesis 3. Penjalaran hematogen
4. Penjalaran limfogen
5. Penjalaran langsung dari selaput lendir yang terinfeksi
6. Kuman langsung masuk ke kulit, akibat kerusakan kulit atau
penurunan resistensi lokal
 Berkorelasi dengan bentuk tuberculosis kutis

 Hiperergik = positif dengan tuberculin pengenceran tinggi


(1:100.000 atau kurang)
Imunologi  Normergik = positif dengan tuberculin pengenceran sedang
(1:10.000)
 Hipoergik = tidak bereaksi / bereaksi lemah dengan tuberculin
pengenceran rendah (1:1.000)
 Anergik = tidak bereaksi
Tuberkulosis Kutis
Sejati
 Afek primer = papul, pustul, atau ulkus indolen, berdinding
bergaung dan sekitarnya livid.
 Inkubasi 2–3 minggu
 Limfangitis dan limfadenitis timbul setelah beberapa minggu
Tuberculous hingga beberapa bulan setelah afek primer = kompleks primer.
chancre  Kompleks primer terbentuk > reaksi tuberculin (+)
 Makin muda > gejala makin berat
 Resistensi tinggi = involusi spontan + sikatriks
Tuberculous
chancre
 Penjalaran ke kulit dari focus di badan
 Tuberkulin biasanya (-) = anergic
Tuberkulosis
 Lesi = eritema sirkumskripta, papul, vesikel, pustule, skuama, atau
kutis miliaris purpura generalisata
 Prognosis : buruk
 Penjalaran ke kulit langsung dari organ bawah kulit yang terinfeksi
TB (KGB)
 Predileksi : leher, ketiak, jarang di paha
 Port d entrée : tonsil, apeks pleura
Skrofuloderma  Biasanya dimulai sebagai limfadenitis TB (tumor), menyebar,
berkonfluens
 Periadenitis KGB > perlekatan.
 Perlunakan tidak serentak > Abses dingin > pecah membentuk
fistel > fistel meluas > ulkus.
 Ulkus : memanjang, tidak teratur, sekitarnya livid, bergaung,
jaringan granulasi tertutup pus seropurulen > krusta kuning
 Ulkus sembuh > sikatriks memanjang dan tidak teratur
 Di atas sikatriks > skin bridge (seperti tali, kedua ujung melekat
pada sikatriks, dapat dimasuki sonde)
Skrofuloderma
 Gambaran klinis bervariasi (tergantung lamanya penyakit)
 Skrofuloderma ketiak > DD/ Hidraadenitis Supurativa
 Skrofuloderma lipat paha > DD/ LGV
Skrofuloderma
Skrofuloderma
Skrofuloderma
 Infeksi eksogen
Tuberkulosis  Predileksi : tungkai bawah dan kaki (sering trauma)
kutis verukosa  Klinis : papul lentikuler, dasar eritematosa, serpiginosa. Dapat
menjalar ke perifer, sikatriks di tengah
Tuberkulosis
kutis verukosa
Tuberkulosis
kutis verukosa
 Penjalaran hematogen dari paru
 Infiltrat subkutan, sirkumskipta, dapat melunak dan bersifat
Tuberkulosis destruktif
 Kronis
kutis gumosa
 DD/ Sifilis, frambusia, mikosis dalam
 Wajib : histopatologi
 Nama lain : tuberculosis kutis ulserosa
 Predileksi : sekitar orifisium
 TB paru > ulkus di mulut, bibir (akibat kontak dengan sputum)
Tuberkulosis  TB saluran cerna > ulkus di sekitar anus (feses)
kutis orifisialis  TB saluran kemih > ulkus OUE (urin)
 Terjadi pada penderita dengan kekebalan tubuh kurang
 Ulkus bergaung, sekitarnya livid
Tuberkulosis
kutis orifisialis
 Predileksi : wajah, badan, ekstremitas
 Endogen maupun Eksogen
 Nodus eritematosa, menjadi kuning dengan penekanan (apple jelly
colour) > tidak selalu ditemukan
Lupus vulgaris  Nodus dapat konfluensi > plak > ulkus > involusi > sikatriks
 Wajah : tulang rawan hidung
 Sembuh spontan di satu lokasi, lokasi lain mengalami kerusakan
 Serpiginosa atau penjalaran ke perifer
Lupus vulgaris
Lupus Vulgaris
Tuberkulid
 Tuberkulid merupakan reaksi id. Pada kelainan kulit tersebut tidak
Tuberkulid ditemukan kuman penyebab tetapi kuman tersebut terdapat pada
tempat lain dalam tubuh, misalnya di paru.
 Bentuk Papul
 Lupus Miliaris diseminatus fasiei
 Tuberkulid papulonekrotika
 Liken skrofulosorum
Tuberkulid
 Bentuk granuloma dan ulseronodulus
 Eritema Nodosum
 Eritema Induratum Bazin
 Bentuk : Papul bulat berwarna kuning kecoklatan /
merah
Lupus Milliaris  Tempat : Wajah  Kelopak mata ikut terkena
Diseminatus  Ukuran : 1-5 mm
Fasiei  Diaskopi  apple jelly colur  Lupus Vulgaris
 Riwayat  ≠ flushing, ≠ persistent
eritema/telangiectasis, muncul pada kelopak mata,
sembuh dengan meninggalkan scar.
Lupus miliaris
disemanata
fasiei
 Erupsi papula nekrotik,simetris, muncul dalam
kelompok  sembuh meninggalkan scar.
 Anak-anak dan dewasa muda.
 Predileksi  Anggota gerak bagian ekstensor 
terutama pada siku dan lutut, tangan dan kaki bagian
Tuberkulid dorsal, pantat, muka dan telinga, glans penis.
Papulonekrotika  Papula eritematosa  muncul bergelombang  Pustul
 pecah dan menjadi krusta  8 minggu  jaringan
nekrotik  Scar
 Dapat muncul bersamaan dengan kelainan TB kutis 
eritema induratum atau skrofuloderma
 Lama penyakit  Bertahun-tahun
Tuberkulid
Papulonekrotika
 Biasanya terjadi pada anak-anak yang terkena
tuberkulosis
 Kelainan  Papul milliar 2-4mm, warna sama /
kemerahan, follicular atau parafollicular,
Asimptomatik.
Liken
 Bentuk  nummular atau discoid, terkadang dapat
Skrofulosum ditemukan skuama halus
 Predileksi  dada, perut, punggung, dan daerah
sakrum
 Perjalanan penyakit  lama  sembuh ≠ scar
Liken
Skrofulosum
 Epidemiologi  > wanita usia dekade 2 – 4
 Etiologi  Infeksi, medikasi, malginansi, autoimun.
 Infeksi  streptococcal upper respiratory
infections Anak-anak, TB  Sudah jarang
 Hampir semua kasus  idiopatik
 Manifestasi Klinis  Acute onset  tenderness, nyeri,
Eritema eritematosa, nodul hangat
Nodosum  Predileksi  Ekstremitas bagian ekstensor
 Gejala sistemik
 Sering  demam, fatigue, malaise, arthralgia,
arthritis, dan sakit kepala
 Jarang  nyeri abdomen, muntah, dan diare.
 Durasi  3 - 6 minggu
Eritema
Nodosum
 Epidemiologi  > wanita muda dan paruh baya
 Etiologi  MTB, ≠MTB  Nodular Vasculitis
Eritema  Predileksi  Ekstremitas fleksor  Terutama
Induratum ekstremitas bawah
Bazin  Klinis  Kronik  tender, eritematosa / violaceous,
nodul subkutan 1-2cm  Terjadi suppurasi  Ulkus
 Terjadi kelainan pada lemak subkutan.
Eritema
Induratum
Bazin
 LED ↑  Kerusakan jaringan  pengamatan hasil
pengobatan
 Bakteriologi  Gold Standard  kurang bagus 
Pemeriksaan waktu lama
Penunjang  Tuberkulin  < 5 tahun  pernah atau sedang terkena
 Tuberkulin Human Kuat  M. Tuberculosis
 Tuberkulin lemah  Mikobakteria Atipikal
 PCR  menentukan etiologi  ≠ deteksi kuman hidup
 Non–medikamentosa : keadaan gizi, simptomatik
 Medikamentosa : sama dengan TB paru (teratur, tidak
Tatalaksana terputus)
 Pilih setidaknya 2 obat dengan sifat bakterisidal
Nama Obat Dosis (mg/kgBB) Efek samping
H = INH Neuritis perifer
5–10
(Isoniazid) Gangguan hepar
R = Rifampisin 10 Gangguan hepar
Z = Pirazinamid 20–35 Gangguan hepar
Bulan I/II = 25, Neurotoksik (N.
E = Etambutol
selanjutnya 15 II)
Tatalaksana Neurotoksik (N.
S = Streptomycin 25
VII)

Tahapan = intensif dan lanjutan


Dewasa = 2HRZE / 4HR3

Cek fungsi hepar (ALP, ALT, AST) = sebelum terapi, 2 dan


4 minggu setelahnya.
Kriteria sembuh skrofuloderma :
(1) Semua fistel dan ulkus telah menutup
Tatalaksana (2) Seluruh KGB mengecil (< 1 cm DAN konsistensi keras)
(3) Sikatriks menjadi non eritematosa
LED menjadi normal
 Menaldi SLSW, Bramono K, Indriatmi W. Ilmu
penyakit kulit dan kelamin. Ed 7. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
2015
Daftar Pustaka
 James WD, Berger TG, Elston DM. Andrews'
diseases of the skin. 12th Ed. Philadelphia:
Elsevier. 2016

Anda mungkin juga menyukai