Anda di halaman 1dari 16

HIPERTENSI

Oleh :
YUDIA SUSILOWATI
WIWIK YULIATI
SHELVI FERDYANI
DEFINISI
Menurut JNC 7, Hipertensi merupakan
pengukuran tekanan darah di atas skala normal
(120/80 mmHg).
Hipertensi disebabkan karena adanya
gangguan pada pembuluh darah yang
mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang
dibawa oleh darah menjadi berkurang (Karyadi,
2002).
KLASIFIKASI JNC 7

Klasifikasi TDS* TDD*


Tekanan mmHg mmHg
Darah

Normal <120 <80

Pre-Hipertensi 120-139 80-89

Hipertensi Stage 1 140-159 90-99

Hipertensi Stage 2 >160 >100


KLASIFIKASI JNC 8
Katagori TDS TDD

Optimal <120 <80


Normal <130 <85
Normal Tinggi 130-139 85-89
Hipertensi Derajat I 140-159 90-99
Hipertensi Derajat II 160-179 100-109
Hipertensi Derajat III >180 >110
EPIDEMIOLOGI
Menurut data WHO, di seluruh dunia
sekitar 972 juta orang atau 26,4% orang di seluruh
dunia mengidap hipertensi, angka ini
kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di
tahun 2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333
juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada
di negara berkembang, termasuk Indonesia
(Yonata, 2016).
Penyakit terbanyak pada usia lanjut
berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013
adalah hipertensi. dengan prevalensi 45,9% pada
usia 55-64 tahun, 57,6% pada usia 65,74% dan
63,8% pada usia ≥ 75 tahun (Infodatin Kemenkes
RI, 2016).
ETIOLOGI
a. Hipertensi primer
 penyebab terjadinya belum diketahui.

 faktor yang memicu terjadinya hipertensi primer


seperti faktor genetik dan faktor lingkungan.

b. Hipertensi Sekunder
 umumnya disebabkan karena penggunaan obat-
obatan, terjadinya hipertensi pada kehamilan, dan
adanya gangguan ginjal.
FAKTOR RESIKO
Resiko hipertensi yang tidak diobati besar
sekali dan dapat menyebakan kerusakan pada
jantung, otak dan mata.
TD yang tinggi menyebabkan jantung
memompa lebih keras, yang akhirnya dapat
mengakibatkan gagal jantung. TD yang meningkat
menyebakan serangan otak (stroke) akibat
pecahnya suatu kapiler dan mungkin juga infark
jantung. Begitu pula cacat pada ginjal dan
pembuluh mata, yang dapat menyebakan
kemunduran penglihatan.
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi terjadinya hipertensi masih
belum dapat diketahui. Namun, ada beberapa
mekanisme yang akan memengaruhi terjadinya
hipertensi antara lain:
a. Sistem Renin Angiotensin Aldosteron (RAAS)
b. Volume pukulan jantung
c. Kelenturan dinding arteri
d. Pelepasan neurohormon
TANDA DAN GEJALA

Hipertensi tidak menimbulkan gejaka khas,


setelah beberapa tahun pasien merasakan nyeri kepala
pagi hari sebelum bangun tidur, nyeri ini biasanya
hilang setelah bangun. Gangguan hanya dapat dikenali
dengan pengukuran tensi dan adakalanya melalui
pemeriksaan tambahan terhadap ginjal dan pembuluh.
DIAGNOSIS

Diagnosis hipertensi hanya bisa ditegakkan


apabila hasil pengukuran pada minimal 2x kunjungan
yang berbeda didapatkan hasil yang melampaui ambang
batas hipertensi (120/80 mmHg).
TERAPI
Tatalaksana hipertensi dapat dilakukan
dalam dua kategori yaitu farmakologis dan secara
non farmakologis .
TERAPI FARMAKOLOGIS

 Angiotensin converting enzim inhibitor ( ACEI)


Menghambat enzim ACE yang merombak
angiotensin I menjadi Angiotensin II sehingga
terjadi vasodilatasi dan berkurangnya retensi
garam dan air.
contoh : Captopril, Lisinopril, Ramipril

 Angiotensin reseptor blocker (ARB)


Menghambat efek angiotensin II atau
senyawa yang menyempitkan pembuluh darah.
contoh : irbesarta, Valsartan, Telmisartan
 Beta blocker (BB)
Penghambatan adrenodeptor beta di jantung dan
pembuluh darah, sehingga kontraksi otot menurun, kerja
jantung dan tekanan darah turun
contoh : Bisoprolol, Propanolol

 Kalsium chanel blocker (CCB)


Memperlambat gerakan kalsium ke jantung dan
pembuluh darah, sehingga jantung mudah untuk memompa
dan memperlebar pembuluh darah.
contoh : diltiazem, Amlodipin

 Diuretik jenis Thiazid


Mengurangi penyerapan natrium pada ginjal
Contoh : Klorothiazid, Indapamid
TERAPI NONFARMAKOLOGI

Modifikasi gaya hidup :


 Menurunkan berat badan

 Melakukan pola diet

 Diet rendah natrium

 Olahraga

 Membatasi penggunaan alkohol


ALGORITMA PENANGANAN HIPERTENSI JN 7
Modifikasi Gaya Hidup

Tidak pada tekanan darah target (<140/90mmHg)


(<130/80 mmHg untuk pasien dan gagal ginjal kronik)
Pilihan Obat Awal

Tanpa faktor resiko Dengan Faktor Resiko


Hipertensi Stage 2
Hipertensi Stage 1
(TDS >160 mmHg atau Obat-obat untuk pasien
(TDS 140-159) mmHg)
TTD >100 mmHg) dengan faktor resiko
Diuretik jenis Tiazid
Dua obat kombinasi Obat obat antihipertensi
untuk semua pasien.
untuk semua pasien lainnya (diuretik, ACEI,
Dapat dipertimbangkan
(biasanya diuretik jenis ARB, BB, CCB yang
ACEI, ARB, BB, CCB,
tiazid dan ACEI atau diperlukan
atau kombinasi
ARB atau BB atau CCB)

Sasaran tekanan darah tidak tercapai

Optimalkan dosis atau tambahkan ibat obat tambahan sampai tekanan


darah tercapai. Pertimbangkan konsultasi dengan spesialis
DAFTAR PUSTAKA

 JNC VII. 2003. The seventh report of the Joint National


Committee on prevention, detection, evaluation, and
treatment of high blood pressure. Hypertension, 42: 1206-52.
 Saputra, Bagus Rumanto dkk. 2013. Profil Penderita
Hipertensi di RSUD Jombang Periode Januari –Desember
2011. Kota Malang : Fakultas Kedokteran Universitas
Muhamadiyah.
 Tjai, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2010. Obat –obat
Penting. Edisi VI. Jakarta : PT Elex Media
Komputindo Kelompok Kompas- Gramedia.
 Yonata, adi dan Arif Satria. 2016. Hipertensi Sebagai Faktor
Pencetus Terjadinya Stroke. Lampung : Ilmu
Penyakit dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung

Anda mungkin juga menyukai