Anda di halaman 1dari 23

PEREKONOMIAN

INDONESIA PERKEMBANGAN
PEREKONOMIAN
REGIONAL

KELOMPOK 5

1. Anindhyta Sekar Wangi 1511011020 Perkembangan


2. Ardelia Clarissa 1511011021
Perekonomian Wilayah
3. Rahmahnurul Amina 1511011022
Sumatera, Jawa, dan
4. Muhammad Almer Adi Pradana 1511011111
Kawasan Timur
Indonesia
Ringkasan Perembangan Terkini dan Prospek Ekonomi
Daerah

• Perekonomian nasional pada triwulan III 2016 masih menunjukkan kinerja yang positif, yaitu tumbuh 5,02%.
• Perekonomian Sumatera tumbuh sebesar 3,88% pada triwulan III 2016 didukung oleh membaiknya net ekspor
serta masih terjaganya konsumsi.
• Ekonomi Jawa tumbuh cukup kuat mencapai 5,57%, meskipun melambat dibandingkan triwulan
sebelumnya.
• Di sisi lain, perekonomian Kawasan Timur Indonesia (KTI) tercatat tumbuh meningkat sebesar 5,32%.
• Indikator ekonomi terkini di berbagai daerah mengindikasikan perekonomian pada triwulan IV 2016 secara
agregat tumbuh membaik.
• Perekonomian daerah secara agregat pada tahun 2017 diperkirakan tumbuh di kisaran 5,0%-5,4%, lebih
tinggi dibanding 2016.
• Di sisi lain, inflasi pada 2017 diperkirakan masih berada dalam kisaran sasaran inflasi nasional.
• Kedepan, Pemerintah Daerah perlu memberi perhatian khusus yang berimbang baik pada pencapaian
pertumbuhan ekonomi maupun pengendalian inflasi.
• Sementara itu, langkah pengendalian inflasi masih dihadapkan pada berbagai risiko dan tantangan struktural.
1. Perkembangan Perekonomian di Wilayah
Sumatera

Pertumbuhan Ekonomi
Perekonomian di Sumatera pada triwulan III tahun 2016 masih tumbuh cukup kuat sebesar 3,9% (yoy),meski lebih
rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 4,5%. Laju pertumbuhan yang lebih rendah tersebut terjadi
pada sebagian besar provinsi di Sumatera, kecuali Lampung, Jambi, dan Bangka

Tertahannya pertumbuhan konsumsi rumah tangga di Sumatera dipengaruhi oleh penurunan daya beli masyarakat.

Penurunan konsumsi pemerintah akibat kebijakan konsolidasi fiskal oleh Pemerintah.

Realisasi investasi pada triwulan III 2016 tercatat tumbuh sebesar 4,5% (yoy), lebih rendah daripada triwulan
sebelumnya sebesar 6,0% (yoy).

Kinerja ekspor luar negeri terkontraksi makin dalam karena belum pulihnya pasar global.

Pekonomian Sumatera triwulan IV 2016 diprakirakan akan lebih baik dibandingkan triwulan III 2016.
Kinerja Lapangan Usaha

Pertanian
Kinerja sektor pertanian di Sumatera pada triwulan III 2016 mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya.
Kinerja Lapangan usaha pertanian pada triwulan laporan tumbuh 4,0% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya
sebesar 4,2% (yoy).
Pertambangan
Kinerja lapangan usaha pertambangan pada triwulan III 2016 masih terkontraksi. Sektor pertambangan mengalami kontraksi
yang lebih dalam dibandingkan periode triwulan sebelumnya, yakni dari -2,4% (yoy) menjadi -2,6% (yoy).
Industri Pengolahan
Lapangan usaha industri pengolahan tumbuh terbatas sejalan dengan masih lemahnya permintaan ekspor mitra dagang utama
dan harga komoditas. Industri pengolahan pada triwulan III 2016 tumbuh meningkat dari 3,5% (yoy) menjadi 3,7% (yoy).
Perdagangan
Kinerja lapangan usaha perdagangan pada III 2016 membaik. Sektor perdagangan tumbuh dari 6,2% (yoy) menjadi 6,4% (yoy)
pada akhir triwulan laporan. Membaiknya ekspor luar negeri telah memberi dampak positif pada sektor perdagangan.
Konstruksi
Penurunan aktivitas lapangan usaha konstruksi pada triwulan III 2016 dipengaruhi oleh minimnya investasi bangunan swasta
ditengah tertahannya realisasi proyek infrastruktur pemerintah akibat lambannya kemajuan proses pembebasan lahan.
Fiskal Daerah Perkembangan Inflasi
Serapan belanja daerah di Sumatera pada Inflasi wilayah Sumatera pada triwulan III 2016
triwulan III 2016 menunjukkan tercatat lebih tinggiakibat tekanan inflasi
peningkatan,terutama pada serapan belanja volatile food. Pada triwulan III 2016, inflasi
rutin. Seiring dengan perkembangan wilayah Sumatera tercatat sebesar 4,28% (yoy)
realisasi belanja APBD dan pengurangan meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar
alokasi anggaran dari Pemerintah Pusat, 3,71% (yoy). Peningkatan laju inflasi tersebut
simpanan pemerintah pada perbankan di terutama dipengaruhi oleh peningkatan harga
Sumatera mengalami penurunan komoditas cabai merah.
Stabilitas Keuangan Daerah

Ketahanan Sektor Korporasi


•Kinerja Korporasi dan Penilaian Risiko
Secara umum, kondisi sistem keuangan di Sumatera masih relatif stabil. Hal ini tercermin dari kondisi risiko kredit
(NPL) yang masih terjaga ditengah penurunan pertumbuhan kredit. Pada triwulan III 2016, pertumbuhan kredit
total tercatat sebesar 6,50% (yoy), lebih lambat dari triwulan sebelumnya 8,07% (yoy).
•Eksposur Perbankan pada Sektor Korporasi
Penyaluran kredit perbankan kepada sektor korporasi melambat dari 10,64% (yoy) menjadi 5,98% (yoy) pada
triwulan III 2016.
•Ketahanan Sektor Rumah Tangga
Pertumbuhan DPK perseorangan Sumatera pada triwulan III 2016 mencatatkan laju pertumbuhan yang lebih
rendah. DPK perseorangan melambat dari 11,87% (yoy) di triwulan II 2016 menjadi 9,19% (yoy) pada triwulan III
2016.
•Pembiayaan Sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
Pada triwulan III 2016, laju pertumbuhan kredit UMKM di Sumatera menunjukkan perlambatan. Secara tahunan,
penyaluran kredit UMKM pada triwulan III 2016 tercatat sebesar 6,15%, lebih rendah dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar 6,40%.
Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang
Rupiah
Sistem Pembayaran Non Tunai
Transaksi kliring di kawasan Sumatera pada triwulan III 2016 menunjukkan perlambatan. Pada periode laporan,
transaksi kliring tercatat tumbuh sebesar 28,99% atau sebesar Rp113 triliun.

Pengelolaan Uang Rupiah


Sesuai dengan pola musimannya, arus uang kartal pada triwulan III 2016 mengalami net inflow yang lebih
tinggi. Berakhirnya momen puasa dan Idul Fitri menyebabkan arus net inflow uang kartal sebesar Rp10,13
triliun.

Pengembangan Layanan Keuangan Digital


Upaya peningkatan inklusi keuangan terlihat dari peningkatan ketersediaan layanan keuangan digital (LKD) bagi
penduduk Sumatera.
Prospek Perekonomian

Prospek Pertumbuhan Ekonomi


Perekonomian Sumatera pada 2017 diperkirakan tumbuh lebih tinggi daripada tahun 2016. Secara keseluruhan
tahun 2017, Kontributor utama pertumbuhan ekonomi pada 2017 tetap berasal dari lapangan usaha utama
Sumatera yaitu pertanian, dan Industri pengolahan.

Prospek Inflasi
Inflasi Sumatera tahun 2017 masih akan berada dalam rentang target inflasi nasional . Tekanan inflasi harga pangan
diperkirakan akan berkurang di tahun 2017, terutama ditopang oleh membaiknya iklim dan aksi pengendalian
inflasi.
2. Perkembangan Perekonomian di Wilayah
Jawa
Pertumbuhan
Ekonomi
Provinsi 2014 2015 2016

• Perekonomian Jawa masih menunjukkan kinerja I II III IV Total I II III

yang positif meski mengalami perlambatan pada DKI Jakarta 5.9 5.5 5.3 6.1 6.5 5.9 5.6 5.9 5.8

triwulan laporan. Jawa Barat 5.1 4.9 4.9 5.0 5.2 5.0 5.2 6.0 5.8

• Melambatnya ekonomi Jawa disumbang oleh Banten 5.5 5.5 5.2 5.9 4.9 5.4 5.1 5.2 5.4

perlambatan konsumsi Pemerintah dan ekspor luar Jawa Tengah 5.3 5.6 5.1 5.0 6.1 5.4 4.9 5.7 5.1

negeri.
• Konsumsi rumah tangga yang memiliki porsi
DI Yogyakarta 5.2 4.3 4.6 5.3 5.5 4.9 4.8 5.5 4.7

Jawa Timur 5.9 5.0 5.2 5.5 5.9 5.4 5.5 5.6 5.6
terbesar dalam ekonomi Jawa tumbuh melambat
dan menahan laju pertumbuhan yang lebih Jawa 5.6 5.3 5.2 5.5 5.9 5.5 5.3 5.8 5.6

tinggi Pertumbuhan Ekonomi Daerah di Jawa


• Perlambatan konsumsi Pemerintah menjadi salah
satu penahan utama pertumbuhan ekonomi.
• Realisasi pertumbuhan investasi di Jawa yang • Ekspor dalam negeri yang tumbuh meningkat
meningkat dapat menahan perlambatan ekonomi membuat ekspor Jawa secara keseluruhan tumbuh
membaik
lebih dalam
• Kinerja ekspor wilayah Jawa kembali melambat dan mengalami kontraksi
seiring permintaan global yang masih terbatas

• Ekspor dalam negeri yang tumbuh meningkat membuat ekspor Jawa


secara keseluruhan tumbuh membaik

• Ekonomi Jawa diprakirakan akan membaik pada triwulan IV tahun 2016


yang didorong peningkatan konsumsi rumah tangga dan perbaikan ekspor

• Keyakinan konsumen yang meningkat diprakirakan akan mendorong


konsumsi rumah tangga di triwulan IV

• Membaiknya laju pertumbuhan investasi Jawa diprakirakan masih akan


berlanjut pada triwulan IV 2016.

• Perekonomian Jawa untuk keseluruhan tahun 2016 diproyeksikan akan


lebih tinggi dibandingkan tahun 2015.
Kinerja Lapangan Usaha

Pertumbuhan ekonomi Jawa


pada triwulan laporan yang
terbatas, disebabkan oleh
melambatnya hampir seluruh
lapangan usaha utama di
Jawa, kecuali pertanian.
Industri Pengolahan
• Lapangan usaha industri pengolahan tercatat hanya tumbuh4,4% (yoy), lebih rendah dibandingkan
triwulansebelumnya yang tumbuh sebesar 4,6% (yoy).

Konstruksi
• Lapangan usaha konstruksi mengalami perlambatan dari 4,0% (yoy) menjadi 3,4% (yoy).

Pertanian
• Kinerja lapangan usaha pertanian menunjukkan adanya kenaikan dari 2,6% (yoy) menjadi 4,5% (yoy), terutama
didukung dari oleh peningkatan produksi tanaman pangan di daerah sentra di Jawa Barat dan Jawa Tengah.

Perdagangan
• Kinerja lapangan usaha perdagangan mengalami perlambatan setelah meningkat cukup tinggi pada triwulan
sebelumnya.

Jasa Keuangan
• Jasa keuangan hanya mampu tumbuh sebesar9,4% (yoy), lebih rendah dari pencapaian periode sebelumnya
yang mencapai 13,9% (yoy).
Belanja provinsi kawasan Jawa Pada triwulan ini tercatat sebesar
pada triwulan III 2016 tumbuh 2,58% (yoy), lebih rendah
sebesar26,35% (yoy) lebih rendah dibandingkan realisasi triwulan

Tingkat inflasi
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,14% (yoy).
Fiskal Daerah sebelumnya yang sebesar 42,73% Pencapaian inflasi tersebut juga
(yoy). Pertumbuhan tertinggi lebih rendah dibandingkan laju
berlangsung di provinsi Banten inflasi tahunan nasional sebesar
sebesar 49,90% (yoy) yang 3,07% (yoy). Hingga bulan
didorong percepatan penyaluran September 2016, laju inflasi
hibah BOS Sekolah Dasar meski kalendar di kawasan Jawa tercatat
masih di bawah capaian triwulan sebesar 1,70% (ytd), jauh
sebelumnya. Di sisi lain, dibawah angka historis rata-rata
pertumbuhan realisasi belanja lima tahun terakhir sebesar 3,75%
Jawa Timur yang merupakan (ytd).
terendah di kawasan Jawa
mengalami peningkatan
menjadi3,48% (yoy), lebih tinggi
dari sebelumnya yang
terkontraksi 0,03% (yoy) pada
triwulan II 2016.
Perkembangan Inflasi

Tingkat inflasi pada triwulan ini tercatat sebesar 2,58% (yoy), lebih rendah dibandingkan realisasi triwulan
sebelumnya sebesar 3,14% (yoy). Pencapaian inflasi tersebut juga lebih rendah dibandingkan laju inflasi
tahunan nasional sebesar 3,07% (yoy). Hingga bulan September 2016, laju inflasi kalendar di kawasan Jawa
tercatat sebesar 1,70% (ytd), jauh dibawah angka historis rata-rata lima tahun terakhir sebesar 3,75% (ytd).
• Prospek Perekonomian
• Perekonomian Jawa diperkirakan akan membaik pada tahun 2017 dan tumbuh lebih tinggi
dibandingkan dengan tahun laporan. Ekonomi Jawa diperkirakan akan berada dalam rentang5,5% -
5,9% (yoy) yang didorong oleh membaiknya seluruh komponen PDRB, terutama pada konsumsi
rumah tangga.Perkembangan ekonomi global yang diperkirakan akan mulai pulih pada tahun 2017
diharapkan dapat mendorong penjualan ekspor Jawa.Dari sisi penawaran, seluruh lapangan usaha
utama mulai terakselerasi, terutama ditopang oleh membaiknya kinerja industri pengolahan.
• Prospek Inflasi
• Tingkat inflasi Jawa pada tahun 2017 diperkirakan akan lebih tinggi dibandingkan tahun 2016,
meski masih berada dalam rentang sasaran inflasi tahun 2017
3. Perkembangan Perekonomian di Wilayah
Kawasan Timur Indonesia
Pertumbuhan
Ekonomi

•Pada triwulan III 2016, pertumbuhan ekonomi Kawasan Timur Indonesia (KTI) yang mencakup
wilayah Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Papua mengalami peningkatan
menjadi 5,3% (yoy) dari triwulan sebelumnya sebesar 3,9%.

Memasuki triwulan IV 2016, laju pertumbuhan ekonomi KTI diperkirakan melambat, akibat
penurunan net eskpor di sektor utama. Tren penurunan laju inflasi kembali berlanjut pada awal
triwulan IV 2016 yang ditandai dengan deflasi 0,19% pada Oktober 2016.

Untuk keseluruhan tahun 2016, ekonomi KTI diproyeksikan tumbuh melambat dibandingkan 2015
dikisaran 4,4-4,9%. Perlambatan pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh penurunan kinerja ekspor,
investasi swasta dankonsumsi pemerintah.
Kinerja Lapangan Usaha

Pertanian
• Pada triwulan III 2016, pertumbuhan lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan mengalami akselerasi
dari 2,3% (yoy) menjadi4,0% (yoy).Secara spasial, perbaikan terjadi di semua wilayah di KTI, antara lain
peningkatan ekspor kakao di Sulawesi Tenggara, perikanan tangkap di Sulawesi, Maluku dan Papua Barat dan rumput
laut di Sulawesi Selatan, serta meningkatnya produksi CPO pasca berkurangnya dampak El Nino yang terjadi di tahun
2015 di Kalimantan.
Pertambangan
• Pertumbuhan lapangan usaha pertambangan kembali mengalami peningkatan pada triwulan III 2016.Secara
spasial, membaiknya kinerja pertambangan terutama terjadi di Kalimantan dan Papua akibat peningkatan
permintaan global terhadap batubara.Peningkatan itu dipicu berkurangnya pasokan dalam negeri diTiongkoksebagai
dampak pengurangan jam kerja.
Industri
• Pertumbuhan lapangan usaha industri pengolahan mengalami perlambatan pada triwulan III 2016, dari 6,3% (yoy)
pada triwulan sebelumnya, menjadi 6,0% (yoy).Disebabkan oleh perlambatan kinerja industri makanan olahan di
Sulawesi dan Nusa Tenggara pasca periode Lebaran akibat kembali normalnya permintaan, kinerjaindustri kayu dan
nikel olahan yang juga masih tertahan, serta kontraksi industri pengolahan ikan maupun kelapa sawit di Sulawesi
Barat akibat keterbatasan bahan bakuuntuk produksi.
Konstruksi
• Pada triwulan III 2016, lapangan usaha konstruksi tumbuh meningkat dibandingkan dengan triwulan II 2016,
dari 4,5% (yoy) menjadI5,2% (yoy). Hal ini didorong oleh realisasi berbagai proyek strategis Pemerintah di
Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Papua yang terus membaik, seperti peningkatan kapasitas jalan, jembatan,
perbaikan irigasi, perbaikan jalan akses antara kota ke bandara, serta pembangunan fasilitas umum seperti rumah
sakit dan rel kereta api.

Perdagangan
• Pada triwulan III 2016, pertumbuhan lapangan usaha perdagangan di KTI mengalami perlambatan, dari 7,3% (yoy)
pada triwulan sebelumnya menjadi 6,9% (yoy). Secara spasial, perlambatan terjadi di wilayah Kalimantan terutama
di Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat serta Balinusra. Perlambatan sektor perdagangan dipengaruhi oleh
lesunya perdagangan komoditas, yang terindikasi dari kenaikanstok pertanian dan pertambangan.
Perkembangan Inflasi

Secara spasial, inflasi triwulan III


Laju inflasi KTI triwulan III 2016, 2016 di sebagian besar provinsi di
menurun dibandingkan triwulan KTI masih tetap terjaga pada
sebelumnya, dari 4,26% (yoy) menjadi kisaran sasaran inflasi nasional.
3,47% (yoy). Hal ini disebabkan oleh
terkendalinya inflasi volatile foods dan
inflasi inti (core inflation).
Bertambahnya supply komoditas
pangan akibat panen beras dan
komoditi hortikultura di sejumlah
daerah mampu menahan tekanan
inflasi volatile foods meski di tengah
tekanan permintaan di hari raya dan
musim liburan. Sementara inflasi inti
relatif stabil di dukung oleh minimalnya
tekanan imported inflation seiring
dengan nilai tukar yang terkendali.
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Grafik IV.9. Perkembangan Inflasi Spasial KTI
Stabilitas Keuangan Daerah

Identifikasi & Pengukuran Sumber Kerentanan


• Secara keseluruhan, sumber kerentanan dari sisi eksternal tetap perlu
mendapatkan perhatian karena tingginya pangsa ekspor KTI yang berbasis
komoditas SDA

Ketahanan Sektor Korporasi


• Seiring tertekannya kinerja keuangan korporasi terbuka, khususnya
tambang, intermediasi serta kualitas kredit perbankan kepada sektor
korporasi turut menunjukkan perlambatan pada triwulan III 2016.

Ketahanan Sektor Rumah Tangga


• Di tengah kondisi korporasi yang tertekan, kinerja kredit rumah tangga masih
dapat terjaga dengan adanya peningkatan pertumbuhan dan tingkat NPL yang
masih rendah
Sistem Pembayaran dan Pengelolaan
Uang Rupiah
Sistem Pembayaran Non Tunai
• Jumlah transaksi kliring melalui Sistem Kliring Nasional Bank
Indonesia (SKNBI) pada triwulan III 2016 tetap tumbuh tinggi.Volume
transaksi SKNBI tercatat mencapai 2,3 juta transaksi dengan
nominal Rp86 triliun. Sekalipun melambat dibanding triwulan
sebelumnya yang mencapai 102,27% (yoy), nominal transaksi tersebut
masih mencatatkan pertumbuhan yang tinggi yaitu sebesar 49,98%
(yoy).

Pengelolaan Uang Rupiah


• Pada triwulan III 2016, wilayah KTI mengalaminet-
inflowsebesar Rp5,84 triliun.Net-inflowdi triwulan III
berbeda dengan pola historisnya, yang disebabkan
pergeseran Idul Fitri ke triwulan II 2016. Fenomena ini
terjadi di semua wilayah KTI, yakni Kalimantan, Balinusra dan
Sulampua.
Prospek Perekonomian

Prospek Pertumbuhan Ekonomi


Dibandingkan pada 2016, perekonomian KTI pada 2017 diprakirakan tumbuh meningkat pada range
4,6%-5,1% (yoy).Secara spasial, kenaikan pertumbuhan didorong oleh Kalimantan dan Balinusra, sementara
Sulampua cenderung melambat. Perbaikan utamanya didorong oleh komoditas pertambangan seperti batubara,
dan komoditi industri seperti CPO dan olahan mineral sehingga ekspor meningkat. Selain itu, kenaikan ekspor
juga didorong oleh pembebasan visa yang mendorong sektor pariwisata.

Prospek Inflasi
Tekanan inflasi KTI di awal tahun 2017 diperkirakan mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun
2016.Tren peningkatan terutama disebabkan oleh inflasivolatile fooddan inflasi inti. Terkait inflasivolatile food,
fenomena La Nina diperkirakan masih akan berlanjut hingga awal tahun 2017 yang berpengaruh pada produksi
tabama, perkebunan dan perikanan serta gangguan distribusi barang antar daerah. Sementara itu, inflasi inti
akan meningkat seiring dengan perbaikan ekonomi dan infrastruktur yang terus dilakukan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai