Anda di halaman 1dari 36

Kelompok 5 :

 Linda Agustina Hutapea


 Maya Engelia Damanik
 Oktania Sundari
 Surya Dewi
 Syukur Selamat

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
T.A 2016
hal 1...

 Pelaksanaan

Manusia/Pekerja

Input Proses Output

Lingkungan
Identifikasi Industri
 Nama Industri : Usaha Kue Telur
Gabus Salwa
 Lokasi : Jln. Setia Luhur
 Jumlah Pekerja : 26 orang
 Waktu Bekerja : 08.00-17.00 wib
INPUT
A. Bahan Baku
Adapun bahan baku yang diperlukan usaha
ini adalah :

Telur Tepung Tapioca Sanghee


Selanjutnya hal 4...

Keju kraf cheddar

Garam

Minyak Goreng
Selanjutnya hal 5...

Kebutuhan bahan baku setiap hari :


Telur : 600 Butir
Tepung Tapioca Sanghee : 1 Karung
Keju kraf cheddar : 4 kg
Garam : Secukupnya
Minyak Goreng : 15 Liter
Selanjutnya hal 6...

Peralatan yang digunakan :


 Wadah
 Mesin Penggiling
 Timbangan
 Sendok
 Penggoreng
 Dll
Selanjutnya hal 7...

1. Masukkan telur kedalam


adonan mesin penggiling yang
telah dicuci bersih tunggu 2. Parut keju
hingga mengembang
Selanjutnya hal 8...

3. Kemudian aduk
keju dengan tepung
4. Tambahkan garam
menjadi satu adonan
secukupnya
Selanjutnya hal 9...

5. Pindahkan adonan
telur yang telah 6. Kemudian masukan
mengembang kedalam mesin adonan
kemudian tambahkan yang berfungsi untuk
tepung dan keju yang menyatukan semua
telah diaduk tadinnya bahan tersebut.
Selanjutnya hal 10...

7. Setelah adonan
tercampur rata . 8. Kemudian ambil
Bentuklah adonan sedikit adonan lalu
menjadi beberapa bagian dibentuk memanjang
atau bentuk bulatan dengan ukuran sesuai
seperti gambar di atas
selera
Selanjutnya hal 11...

9. Goreng adonan yang sudah dibentuk


sampai benar benar matang,
Kemudian angkat dan tiriskan.
Setelah dingin
Masukan kue telur gabus kedalam plastik
yang terlihat seperti di atas.
Selanjutnya hal 12...

10. Kue telur gabus


yang sudah dingin
dikemas kedalam
Kue telur gabus
plastik yang sudah siap dipasarkan.
disediakan.
Selanjutnya hal 13...

Pekerja di usaha kue telur gabus tersebut berjumlah 26


orang, yang bertugas untuk membuat kue telur gabus. Pekerja
pembuat kue telur gabus bekerja mulai dari jam 08.00 WIB –
17.00 WIB selama 6 hari.
Dari pengamatan dapat disimpulkan:
1. Dalam bekerja, pekerja menggunakan APD seperti masker,
celemek untuk menghindari debu, panas selama proses
pembuatan kue.
Selanjutnya hal 14...

 2.Dari hasil wawancara dengan pekerja,


pekerja tidak pernah mengalami penyakit
yang berhubungan dengan pekerjaan,
tetapi selama bekerja, pekerja merasakan
keluhan seperti :
- sakit pinggang
- Mata perih
- Pegal pada tangan
- Air mata keluar
Selanjutnya hal 15...

Lingkungan kerja di usaha kue telur gabus


tergolong ke dalam lingkungan kerja panas. Semua
kegiatan proses produksi dilakukan di dalam 1
ruangan yang dibagi menjadi :
1. Penyimpanan
Untuk kue yang sudah siap digoreng disimpan
langsung di tempat penyimpanan. Dalam ruang
penyimpanan ini belum terdapat bahan toksik yang
membahayakan.
Selanjutnya hal 16...

2. Ruangan Penggoreng
Di dalam ruangan ini terjadi
proses penggorengan kue telur
gabus. Dari proses
penggorengan ini dihasilkan
bahan toksik fisik seperti panas,
asap, dan debu. Ruangan ini
dilengkapi dengan ventilasi
tetapi kurang untuk pertukaran
udara yang cukup, sehingga
debu dan asap terperangkap dan
pekerja terpapar secara terus
menerus.
Selanjutnya hal 17...

3. Ruang Penggiling
Untuk ruang penggilingan
berada di ruangan tersendiri
dan mesin penggilingan
digerakkan dengan tenaga
listrik. Bahan toksik yang
membahayakan berasal dari
tepung yang dapat terbang
dan tidak sengaja ikut
terhirup oleh pekerja dan
akan masuk ke dalam saluran
pernafasan.
Selanjutnya hal 18...

Output yang dihasilkan :


 Produk

 Adonan kue telur


Kue telur gabus yang
gabus
sudah masak
Selanjutnya hal 19...

 Limbah
Limbah yang dihasilkan dari
pembuatan kue telur gabus yaitu limbah
minyak bekas penggoreng, limbah bekas
pencucian peralatan.
Selanjutnya hal 20...
Selanjutnya hal 21...

Adapun kesimpulan dari identifikasi bahan toksik di usaha


pembuatan kue telur gabus adalah ;
1. Identifikasi bahan toksik di lingkungan kerja dilakukan di Usaha
Telur Gabus di Jln.Setia Luhur, Medan
2. Pada bahan baku ada terdapat resiko toksik.
3. Pada proses pembuatan kue mulai dari membersihkan telur,
pencampuran adonan, penggorengan, dan pengemasan terdapat
resiko toksik yaitu mikroorganisme yang masuk ke dalam kue.
4. Pada lingkungan kerja terdapat resiko toksik dimana tergolong
dalam lingkungan kerja panas, dan bahan toksik yang dihasilkan
berupa panas, asap dan debu yang berasal dari ruang lingkungan.
Selanjutnya hal 22...
Selanjutnya hal 23...

1) Data kuantitatif
 Dari suhu yang terdapat di lingkungan kerja
usaha kue telur gabus diperkirakan 35ºC.
Menurut KepMen Tenaga Kerja No Kep-
51/Men/1999 tentang NAB Faktor Fisik di
Tempat Kerja, NAB Iklim Kerja Indeks Suhu
Basah dan Bola (ISBB) pada pekerja dengan
pekerjaan sedang yang bekerja selama 8 jam
adalah 28ºC.
Dengan demikian suhu lingkungan kerja
usaha kue telur gabus melebihi NAB yang
ditetapkan.
Selanjutnya hal 24...

2. Data Kualitatif
Data kualitatif yang diperoleh berupa
panas, asap dan debu dimana terdapat
keluhan-keluhan pekerja berupa sakit
pinggang, mata perih, pegal pada
tangan dan air mata keluar.
Selanjutnya hal 25...

 Panas
Hazards temperature tinggi (heat
stress) dapat ditemukan pada operasi
perusahaan yang menggunakan
peralatan yang memerlukan panas
tinggi, misalnya dari mesin
pembuatan kue dan dari panas pada
saat penggorengan
Selanjutnya hal 26...

 Debu
Debu adalah partikel padat yang dihasilkan
dari tepung dan lingkungan sekitar.
Debu yang mempunyai ukuran 5 – 10 μm akan
tertahan pada saluran pernapasan bagian atas.
Partikel atau debu berukuran 3 – 5 μm akan
tertahan pada saluran pernapasan bagian
tengah, sedangkan debu yang berukuran 1 – 3
μm akan tertinggal pada pemukaan alveoli
paru – paru. Debu yang berukuran kurang dari
0, 1 μm akan bergerak keluar masuk alveoli.
Selanjutnya hal 27...

 Asap
Seperti pada saat penggorengan.
Smoke atau asap terdiri dari unsur karbon
atau partikel jelaga yang ukurannya
kurang dari 0, 1 μm.
Asap umumnya mengandung titik – titik
(droplets) partikel kering.
Selanjutnya hal 28...

 Panas
Adapun yang mempunyai resiko paling besar untuk tepapar
panas adalah pekerja terutama pada saat penggorengan
 Debu
Lingkungan menjadi tercemar akibat debu yang dihasilkan
oleh tepung. Pekerja juga mempunyai resiko tepapar debu.
 Asap/uap pada saat penggorengan
Pekerja mempunyai resiko untuk tepapar asap /uap pada saat
penggorengan. Lingkungan sekitar usaha kue telur gabus juga
tercemar oleh asap/uap yang berasal dari proses
penggorengan.
Selanjutnya hal 29...

1. Panas
 Teknik pengendalian terhadap pemaparan
tekanan panas dapat dijelaskan sebagai berikut
:
a) Mengurangi jarak pada saat penggorengan.
b) Mengurangi temperatur dan kelembaban.
Dengan cara melalui ventilasi pengenceran
(dilution ventilation) atau pendinginan secara
mekanis (mechanical cooling), karena dapat
menghemat biaya dan meningkatkan
pergerakan kenyamanan
Selanjutnya hal 30...

c) Meningkatkan pergerakan udara melalui ventilasi


buatan dimaksudkan untuk memperluas pendinginan
evaporasi, tetapi tidak boleh melebihi 0,2 m/det.
d) Pembatasan terhadap waktu pemaparan panas
dengan cara :
- Penyediaan tempat sejuk yang terpisah dengan
proses kerja untuk pemulihan.
-Mengatur waktu kerja-istirahat tepat berdasarkan
beban kerja dan nilai ISSB.
Dari uraian di atas, bahwa kondisi yang harus
dipertimbangkan dalam setiap desain atau redesain
sistem ventilasi adalah adanya sirkulasi udara pada
tempat kerja yang baik, sehingga terjadi pergantian
udara dalam ruangan dengan udara segar dari luar
secara terus-menerus dan faktor pakaian & pemberian
minum harus juga dipertimbangkan dalam mengatasi
masalah panas lingkungan.
Selanjutnya hal 31...

Alternatif pengendalian:
a. Menggunakan cerobong asap yang dibuat
tinggi,sehingga asap terkumpul dan disebarkan
ke atas oleh udara.
b. Menggunakan APD bagi pekerja seperti :
masker atau penutup mulut untuk mengurangi
resiko terpapar asap.
c. Membatasi jam kerja. Pekerja berada di ruang
penggorengan sehingga mengurangi waktu
pemaparan asap.
Selanjutnya hal 32...

Adapun alternatif pengendalian untuk


debu antara lain :
* Kebersihan ruang dan peralatan
penting untuk diperhatikan di tempat
kerja dan mesin-mesin, pembuangan
sampah yang adekuat dan kontribusi
terhadap upaya mempertahankan
pemaparan yang rendah terhadap zat-zat
kimia dan debu.
Selanjutnya hal 33...

1. Berdasarkan walk through survey resiko toksik yang


terdapat di usaha kue telur gabus terdapat di proses
yakni penggorengan, pada pekerja, di lingkungan
kerja dan output berupa limbah.
2. Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan maka
bahan toksik yang berbahaya bagi kesehatan adalah
panas, debu dan asap.
3. Dari beberapa alternatif pengendalian maka yang
mungkin dilakukan adalah :
- Penyediaan tempat sejuk yang terpisah dengan
proses kerja untuk pemulihan.
- Mengatur waktu kerja-istirahat tepat berdasarkan
beban kerja dan nilai ISSB dan membatasi jam
kerja.
- Menggunakan APD bagi pekerja seperti: masker
atau penutup mulut untuk mengurangi resiko
terpapar debu.

Anda mungkin juga menyukai