IASB (AASB) Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (para 49)
mendefinisikan aset sebagai berikut
Artinya : Aset merupakan sumberdaya yang dikendalikan oleh suatu badan sebagai hasil dari
transaksi yang lalu dan diharapkan memberikan manfaat ekonomis dimasa yang akan datang yang
mengalir pada badan. Dalam chapter ini membahas definisi aset dalam kaitannya dengan tiga
karakteristik penting:
• Manfaat ekonomi masa depan
• Kontrol oleh entitas
• Peristiwa masa lalu
Manfaat ekonomi di masa depan (future economic benefit)
Manfaat ekonomis di masa depan di dalam aset adalah potensi yang dapat dikontribusikan
secara langsung maupun tidak langsung yang mengalir ke kas entitas. Dapat juga disebut sebagai
manfaat yang membantu entitas untuk mencapai tujuannya.
Dari berbagai pendapat, jika disimpulkan, maka aset adalah sesuatu yang ada saat ini, dan
memiliki kapabilitas memberikan jasa atau manfaat saat ini dan juga di masa yang akan datang.
Konsep aset ini membedakan antara objek dengan manfaat yang diwujudkan di dalamnya. Saat
gedung dinyatakan sebagai aset, pada dasarnya aset yang dimaksudkan adalah manfaat tempat pada
gedung itu, bukan batu bata dan semen yang membangung gedung tersebut.
Dikendalikan oleh sebuah entitas (controlled by an entity)
Mengontrol kadang tidak sama dengan memiliki. Misalnya, suatu perusahaan memiliki aset, tapi
ada peraturan pemerintah yang melarang penggunaanya, sehingga perusahaan kehilangan kontrol atas
aset yang sebenarnya dimilikinya itu.
Secara teknis, aset sebenarnya adalah hak untuk menggunakan aset, bukan secara fisik.
Perusahaan memiliki hak untuk menadapatkan manfaat dari aset tersebut dan bisa mengontrolnya.
Misalnya truk yang dibayar dengan kredit, meskipun selama mencicil belum memiliki bukti sah
kepemilikan, tapi sudah boleh mengambil manfaat dari truk tersebut.
Didapat dari kejadian masa lampau (past event)
Executory contract adalah perjanjian yang belum dilaksanakan, tetapi kita sudah terikat
dengan perjanjian baik untuk memenuhi kewajiban dimasa yang akan datang maupun yang akan
menerima kekayaan atau jasa dimasa yang akan datang. Misalnya adalah kontrak pembelian dimasa
yang akan datang dimana perusahaan harus menyediakan barang dimasa yang akan datang – kontrak
pekerjaan dalam pegawai dimana perusahaan harus membayar gaji dimasa yang akan dating.
Dapat dipertukarkan
Salah satu Kriteria Aset adalah dapat dipertukarkan. SEperti yang dikatakan oleh godfrey
“Its disposal value is separate from the value of the entity .” Bahwa nilai jual terpisah dari nilai
entitas jadi Elemen tersebut dapat dipisahkan dari badan usaha sehingga dapat diperjual belikan
Namun, goodwill menjadi dipertanyakan dengan adanya syarat ini karena goodwill tidak bisa
dipertukarkan apabila tidak melekat pada suatu barang. Chambers berpendapat agar goodwil
dipisahkan dari aset karena sangat rawan terhadap variasi yang tidak memiliki kualitas jangka
panjang. Chambers juga berpendapat bahwa dalam penentuan neraca diperlukan pengukuran terhadap
aset dan kewajiban, tapi goodwill menggunakan evaluasi bukan pengukuran. Nilai yang ditetapkan dari
goodwill tidak sama dengan jenis nilai aset dan kewajiban lain.
Pengakuan Aset
Mengakui aset dalam neraca juga melibatkan kondisi yang bisa disebut 'aturan pengakuan'.
Aturan-aturan ini telah dirumuskan karena akuntan memerlukan bukti untuk mendukung catatan
mereka dalam lingkungan ketidakpastian. Akuntan ingin memastikan bahwa aset tertentu ada dan
bahwa masuknya Aset dalam neraca memberikan informasi yang berguna yang relevan dan dapat
diandalkan.
Dua contoh aturan pengakuan konvensional adalah:
• Sebuah piutang akun dicatat sebagai aset ketika penjualan kredit terjadi
• Peralatan dicatat sebagai aset ketika dibeli
Pengakuan Aset
Contoh pedoman pengakuan yang resmi ditetapkan adalah pedoman yang digunakan untuk
pengakuan sewa pembiayaan sebagai aset. Untuk lessee, sebagaimana dimaksud pada ayat 10 dari LAS
17 / AASB 117, memenuhi salah satu dari kriteria berikut menunjukkan bahwa sewa non-dibatalkan
adalah untuk dikapitalisasi kecuali ada alasan lain yang akan membutuhkan sewa yang akan dianggap
sewa operasi:
• Kepemilikan transfer sewa aset kepada lessee pada akhir masa sewa;
• Lessee memiliki opsi untuk membeli aset pada harga yang diperkirakan akan cukup rendah dari nilai
wajar pada tanggal opsi menjadi dieksekusi untuk itu cukup yakin, pada awal sewa, bahwa pilihan
akan dilaksanakan;
• Masa sewa adalah untuk sebagian besar umur ekonomis aset meskipun hak milik tidak dialihkan
• Pada awal sewa, nilai kini dari pembayaran sewa minimum sebesar setidaknya secara substansial
semua nilai wajar aset sewaan; dan
• aktiva sewa guna usaha adalah dari suatu sifat khusus yang hanya penyewa dapat menggunakannya
tanpa modifikasi besar.
• Ketergantungan Hukum
Dalam hal Ketergantungan pada hukum. Apakah kita harus mempunyai hak hukum untuk
mendapatkan manfaat masa depan? Pengakuan banyak aset tergantung pada konsep hukum aset.
Pencatatan piutang karena penjualan persediaan dan pembelian aktiva tetap menggunakan hak
hukum adalah contoh. Kriteria ini berkaitan dengan kedua relevansi dan keandalan informasi
akuntansi. Mengendalikan aset bukanlah kepemilikan hukum yang digunakan untuk menentukan
keberadaan aset. Meskipun demikian, lewat title hukum secara umum menunjukkan adanya
pengendalian dan dapat digunakan dalam menentukan kapan mengakui keberadaan aset ini.
• Substansi Ekonomi
Meskipun hak hukum kepemilikan atau pengendalian dari manfaat dari penggunaan
properti yang sering digunakan sebagai kriteria pengakuan, kriteria pengakuan utama adalah
bahwa adanya substansi ekonomi daripada bentuk hukum menurut Kerangka Konseptual. Adanya
hak hukum merupakan indikator, tapi bukan kriteria untuk pengakuan aset.
• Konservatisme
Selain dalam pengakuan asset, Penggunaan konservatisme yang merupakan prinsip kehati-
hatian adalah upaya dalam mengantisipasi kerugian, tapi tidak keuntungan. Ini digunakan dalam
kondisi ketidakpastian, sehingga aset atau pendapatan tidak terlalu tinggi dan kewajiban atau
beban tidak terlalu rendah. Contoh dari konservatisme berkaitan dengan akuntansi untuk
proyek-proyek konstruksi jangka panjang. Dalam menggunakan metode kontrak selesai, jika
dalam proses membangun sebuah proyek jangka panjang kerugian akan diantisipasi dan tercatat
bahkan sebelum proyek selesai tetapi jika keuntungan yang diharapkan, tidak ada keuntungan
aset. Ada beberapa pendekatan pengukuran yang dijadikan sebagai dasar pengukuran yang
harus diadopsi.
pada biaya perolehan berpendapat untuk bersikap objektif dan untuk memberikan informasi
yang dapat dipercaya dan dapat diverifikasi. Di sisi lain, pengukuran nilai wajar memberikan
keuangan Namun yang belum dapat ditentukan adalah pengukuran apa yang harus digunakan
Model pengukuran yang paling dominan adalah historical cost. Namun, banyak yang
menentang karena tidak relevan. Contohnya derivatif yang telah diatur untuk diukur dalam
fair value. Sehingga, meskipun harga pasar lebih dianjurkan, namun perkiraan manajemen juga
boleh digunakan (untuk fair value).
Untuk membuat standar yang baku, IASB telah menetapkan penggunaan fair value
guna menyediakan informasi yang relevan bagi pengguna laporan keuangan. Beberapa pihak
menentang karena akan menghasilkan laproan yang tidak relevan, tidak dapat diantdalkan,
diak dapat dimengerti, dan tidak dapat dibandingkan.
Pengukuran ini sangat konpleks. Belum ada sebuah model pengukuran yang disetujui
oleh pembuat standar di IAS 39. Financial instrument kemudian dibagi menjadi 4 tipe dengan
pengukuran yang berbeda-beda.
Tipe aset finansial Metode pengukuran
Original (pinjaman dan piutang) Amortized cost
Originated loans and receivables Aset tidak dipengaruhi oleh niat untuk menjual atau hold to
maturity.
Hold-to-maturity investment Amortized cost, subject to review for impairment in value.
Perusahaan tidak diperbolehkan menggunakan klasifikasi
HTM apabila aset dijual atau ditransfer lebih dari sebagian
kecil
Financial asset held for trading, or classified as fair value Fair value.
through profit and loss, and derivatives Dengan profit atau loss atas remeasurement diakui sebagai
profit dan loss.
Semua financial intstrument yang berdasarkan amoritzed
cost dan AFS harus dinilai impairment nya setiap tanggal
pelaporan.
Challenges for Standard Setters
Which measurement model?
Terdapat dukungan dari IASB dan FASB untuk penggunaan nilai wajar yang lebih luas dan menjadi fokus
beberapa bagian dalam komunitas keuangan.
How to calculate fair value measurement?
Dalam SFAS 157 terdapat contoh dari teknik penilaian yang digunakan untuk memperkirakan niali wajar,
termasuk di dalamnya:
a. Pendekatan pasar
Penggunaan dari harga observasi dan informasi dari transaksi aktual untuk aset dan kewajiban yang
identik, mirip, atau sebanding.
b. Pendekatan pendapatan
Konversi dari nilai masa depan ke nilai sekarang.
c. Pendekatan biaya
Nilai yang dibutuhkan untuk mengganti kapasitas dari sebuah jasa.
Tiga kategori untuk input yang digunakan untuk estimasi nilai wajar
1. Tingkat 1
Menggunakan harga terpilih untuk aset dan kewajiban yang identik di pasar yang aktif yang
direkomendasikan kapan pun informasi tersebut tersedia. Harga tersebut tidak perlu disesuaikan.
2. Tingkat 2
Jika harga terpilih untuk aset dan kewajiban yang identik di pasar yang aktif yang direkomendasikan
tidak tersedia, maka nilai wajar harus diestimasikan berdasarkan harga yang terpilih untuk aset dan
kewajiban yang hampir sama di pasar aktif. Dibutuhkan adanya penyesuaian pada beberapa perbedaan.
3. Tingkat 3
Jika tingkat 1 dan 2 tidak tersedia, atau jika perbedaan antara set dan kewajiba yang hampir sama
tidak dapat ditentukan secara objektif, maka nilai wajar dapat diestimasi menggunakan beberapa
teknik penilaian yang konsisten dengan pendekatan pasar, pendapatan dan biaya.
Issues for Auditors
Mengaudit fair value menimbulkan kesulitan pada auditor karena membutuhkan penerapan dari model
valuasi dan ahli dari valuasi itu sendiri. Untuk menciptakan pendekatan audit yang efektif, auditor
memiliki peranan penting untuk memastikan pengukuran yang dilakukan telah sesuai dan tidak
terpengaruhi berlebihan oleh insentif manajer. Auditor harus mengetahui proses dari perusahaan
kliennya dan pengendalian dalam pengukuran fair value, dan auditor harus membuat penilai an apakah
metodae pengukuran dan asumsi yang diguankan dari perusahaan kliennya tersebut sudah sesuai dan
memberikna landasa yang kuat dalam pengukuran fair value. Ada potensi auditor dikenakan tuntutan legal
apabila gagal untuk mealkukan pendekatan atas audit nilai wajar untuk aset secara sesuai. Mayoritas
masalah yang ditemukan terkait dengan pengujian nilai aset menggunakan model biaya historis. Situasi
spesifik yang mengharusskan penggunaan nilai wajar untuk berbagai macam tipe aset adalah dalam
kombinasi bisnis.