(SLE)
2. Hormonal
Estrogen menambah resiko SLE
Prolaktin (merangsang respon imun)
3. Lingkungan
sinar ultra violet mengurangi supresi imun sehingga
terapi menjadi kurang efektif atau menyebabkan
kekambuhan SLE. Sel kulit mengeluarkan sitokin
dan prostaglandin sehingga terjadi inflamasi lokal
atau sistemik melalui peredaran pembuluh darah
4. Obat-obatan
Obat pasti penyebab lupus (menimbulkan ANA +):
Klorpromazin, Isoniazid, Metildopa, Hidralazin dan
Prokainamid
Eksaserbasi SLE: Sulfonamid, Penisilin dan
kontrasepsi oral
Gambaran Klinis SLE
6. Serositis
Pleuritis: adanya riwayat nyeri pleura atau
terdengarnya bunyi gesekan pleura
Perikarditis: diperoleh dari gambaran EKG atau
terdengarnya gesekan perikardium
7. Kelainan ginjal
proteinuria persisten >0,5 gr/hari atau > +3
atau adanya silinder selular, mungkin eritrosit,
hemoglobin granular, tubular atau campuran.
8. Gangguan neurologi
Kejang yang timbul spontan tanpa adanya obat yang
menyebabkan atau kelainan metabolik seperti uremia,
ketosidosis, dan gangguan keseimbangan cairan.
Psikosis yang timbul spontan tanpa adanya obat yang
menyebabkan atau kelainan metabolik seperti uremia,
ketosidosis, dan gangguan keseimbangan cairan.
9. Kelainan hematologi
Anemia hemolitik dengan retikulositosis
Leukopeni kurang dari 4000/mm3 pada dua kali
pemeriksaan atau lebih
Limfopeni kurang dari 1500/mm3 pada dua kali
pemeriksaan atau lebih
Trombositopeni kurang dari 100.000/mm3 tanpa adanya
obat yang mungkin menyebabkan
10. Gangguan imunologi
sel-sel eritemetosus +
Anti DNA (antibodi terhadap native DNA dengan
titer abnormal)
Anti Sm yaitu adanya antibodi terhadap antigen inti
otot polos
Uji serologi positif palsu untuk sifilis selama paling
sedikit 6 bulan.
b.Kelompok berat
Termasuk pada kelompok ini ialah : efusi pleura dan
perikard masif, penyakit ginjal, anemia hemolitik,
trombositopenia, lupus serebral, vaskulitis akut,
miokarditis, lupus pneumonitis dan perdarahan paru.
Pemeriksaan imunologi
-sel LE
-antibodi antinuklear
-anti DNA
-uji serologis sifilis
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan umum
1. Kelelahan
Hampir setengah penderita LES mengeluh kelelahan.
Sebelumnya kita harus mengklarifikasi apakah
kelelahan ini bagian dari derajat sakitnya atau karena
penyakit lain yaitu: anemia, demam, infeksi,
gangguan hormonal atau komplikasi pengobatan dan
emotional stress.
3. Cuaca
Walaupun di Indonesia tidak ditemukan cuaca yang
sangat berbeda dan hanya ada dua musim akan tetapi
pada sebagian penderita LES khususnya dengan
keluhan artritis sebaiknya menghindari perubahan
cuaca karena akan mempengaruhi proses inflamasi.
4. Stres dan trauma fisik
Beberapa penelitian mengemukakan bahwa perubahan
emosi dan trauma fisik dapat mempengaruhi sistem
imun melalui : penurunan respon mitogen limfosit,
menurunkan fungsi sitotoksik limfosit dan menaikkan
aktivitas sel NK (Natural Killer).
2. Trombositopenia otoimun.
Prednison : 60-80 mg/hari (1-1,5 mg/kgbb./hari).
Bila tidak ada respon dalam 4 minggu ditambahkan
Imunoglobulin intravena (IVIG) 0,4 mg/kgbb./hari
selama 5 hari berturut-turut.
3. Vaskulis sistemik akut.
Prednison : 60-100 mg/hari
umumnya respon akan terlihat dalam beberapa
hari,kecuali pada kasus dengan komplikasi gangren di
tungkai, respon terlihat dalam beberapa minggu. Pada
keadaan akut diberikan steroid parenteral.
4. Perikarditis
- Ringan : obat anti inflamasi non steroid atau anti
malaria. Bila dengan obat ini tidak efektif dapat diberi
prednison 20-40 mg/hari.
- Berat : prednison 1 mg /kgbb./hari.
5. Miokarditis
Prednison 1 mg/kgbb/hari; bila tidak efektif dapat dikombinasi
dengan siklofosfamid.
6. Efusi pleura
Prednison 15-40 mg/hari. Bila efusi masif, lakukan pungsi
pleura/drainage.
7. Lupus pneumonitis
Prednison 1-1,5 mg/kgbb./hari selama 4-6 minggu.
8. Lupus serebral
- Metil prednisolon 2 mg/kgbb./hari untuk 3-5 hari, bila
berhasil dilanjutkan pemberian oral 5-7 hari lalu diturunkan
perlahan.
- Metil prednisolon pulse dosis selama 3 hari berturut-turut.
Prognosa
Sudoyo, Aru dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid
II. Pusat Penerbitan FKUI: Jakarta.