Cepu
Lapangan Migas pertama kali ditemukan di Cepu
oleh insinyur dari Belanda bernama Andrian Stoop
pada tahun 1886, di daerah Jawa Timur dan Jawa
Tengah. Pada awal tahun 1870, ditemukan minyak
di daerah Cepu dan sekitarnya oleh BPM
(Bataafsche Petroleum Maarschappij) yang
merupakan perusahaan minyak Belanda pada masa
itu. Lapangan Migas yang ditemukan berjumlah 24
buah dan sekarang hanya tinggal 5 buah saja, yaitu
lapangan minyak Kawengan, Ledok, Nglobo,
Semanggi, dan Balun (gas).
Tugas Pokok Pusdiklat Migas Cepu
• Berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral No.18 tahun 2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral, pada Bagian Keempat Pasal 807
menyebutkan bahwa Pusdiklat Migas Cepu
mempunyai tugas pokok melaksanakan
Pendidikan dan Pelatihan bidang Minyak dan
Gas Bumi.
Fungsi Pusdiklat Migas Cepu
– Penyiapan penyusunan kebijakan teknis, rencana
dan program di bidang pendidikan dan pelatihan
minyak dan gas bumi.
– Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan di bidang
minyak dan gas bumi.
– Pemantauan, evaluasi dan pelaporan
pelaksanaan tugas di bidang pendidikan dan
pelatihan minyak dan gas bumi.
– Pelaksanaan administrasi pusat pendidikan dan
pelatihan minyak dan gas bumi.
SARANA DAN FASILITAS KILANG
PUSDIKLAT MIGAS
UNIT DISTILASI
DAN WAX PLANT
Drain Air
• Tangki Penyimpanan / Tangki Timbun
Merupakan tangki tempat penyimpanan sementara
produk hasil pengolahan minyak bumi.
Tangki Produk
Tangki Umpan
ATC Control Valve
ATO Control Valve
P – T Indikator
Level Indikator
DCS Kilang
Proses Produksi Unit Kilang
Secara umum, proses-proses yang dilakukan di unit kilang
dapat dikelompokkan sebagai berikut:
• Proses Distilasi Atmosferik
Pemisahan fraksi-fraksi minyak bumi sesuai dengan range
didihnya.
• Proses Treating
Pencucian/penghilangan sulfur dari solvent/pertasol
menggunakan larutan NaOH.
• Proses Blending
Mix/pencampuran lebih dari 1 fluida untuk menghasilkan
fluida yang diinginkan sesuai sesuai spesifikasi.
Proses Distilasi Atmosferik
Proses distilasi atmosferik merupakan proses pemisahan
minyak mentah menjadi fraksi-fraksinya berdasarkan
perbedaan titik didihnya pada tekanan 1 atmosfer. Proses
distilasi atmosferik ini meliputi:
• Pemanasan awal dalam HE
• Pemanasan dalam furnace
• Penguapan dalam evaporator
• Pemisahan dalam kolom fraksinasi dan stripper
berdasarkan pada trayek titik didihnya
• Pengembunan dan pendinginan dalam kondensor dan
cooler
• Pemisahan impuritis (air-gas) dalam separator
FLARE
CL 15.16
CN 1 s.d 4
B.C 3 s.d
T.
6
S.1 114.115.116.117
PERTASOL CA
C.2 CN 5 s.d C.L 3
Reflux 12 P.100.6.7.
C.1.A 16 8
15
Reflux 14 T.
21 C.L 4 114.115.116.117
13 S.3
20 PERTASOL CA
19 12
18 11
17 10
16 9
E 15 8
14 C.3
V 13
7
C.L 1, 2, 5,
T., 110
7 6 PERTASOL CB
A 12 6 5 9 S.4
P 11 5
10 4
4
9 3
3
8 2 2 T., 109.
7 1 1 NAPHTHA
6 C.L 13.14
S.2
Steam 5 Stea S.9
m Steam
4 P.100.1.2.
3
5
2
F 1,2,3,4
1
T., 112, 113
C.4 C.L 1.2
S.8 PERTASOL CC
6
5
C.5 Steam 4
H.E 1
6 3
5 2 C.L 7.8.12 T.
Steam 4 1 106.124.125.126
3 Steam S.5
Fuel Oil KEROSINE
2
Fuel Gas 1
Steam
H.E 2
B.C 1
T. 104.122.123
RESIDU
DIAGRAM ALIR DISTILASI ATMOSFERIK
PUSDIKLAT MIGAS CEPU
T. 101.102.
Feed / Crude Oil
P.100.
3,4.
Proses pengolahan dimulai dengan melewatkan
minyak dari tangki penampung ke HE-1 dengan
menggunakan pompa sentrifugal P-100/34 pada
suhu memasuki HE-1 32 °C, dengan fluida yang
panas digunakan pada HE-1 adalah solar yang
merupakan bottom product dari solar stripper C-
2 yang beroperasi pada suhu 265 °C, sehingga
suhu keluar sebesar 115 °C dan dilanjutkan
menuju HE-2, HE-3, HE-4, dan HE-5 dengan
fluida panas adalah residu yang merupakan
bottom product dari stripper C-5 dengan suhu
operasi 285 °C.
Solar yang keluar dari HE-1 didinginkan dalam
cooler CL-1/13/14, dan dipisahkan dari air yang
masih dikandung dalam separator S-2, separator
tersebut bekerja berdasarkan perbedaan berat
jenis. Dan residu yang keluar dari HE-2/3/4
didinginnkan dalam box cooler BC-1, dan
ditampung dalam tangki T-104/122/123.
Sedangkan untuk solar dari HE-2 ditampung
dalam tangki T-111/120/127. Solar dan residu
yang dihasilkan dapat langsung digunakan
sebagai bahan bakar.
Feed yang keluar dari HE-2/3/4/5 dialirkan ke
dalam furnace yang berjumlah 5 buah yaitu F-
1/2/3/4/5, dimana yang sekarang aktif hanya 1
furnace (furnace baru). Bahan bakar yang
dipakai dalam furnace tersebut adalah
campuran udara, fuel gas, fuel oil dan steam
untuk proses atomizing (pengkabutan) fuel oil,
dan gas hasil pembakaran yang berupa O2, CO
dan CO2 dialirkan melewati cerobong (stack).
Feed yang keluar dari furnace pada suhu 340 °C
dimasukkan ke dalam evaporator agar dapat
dipisahkan antara fraksi berat dan fraksi
ringannya, evaporator V-1 yang digunakan
adalah flash evaporator. Uap yang keluar dari
puncak V-1 dengan suhu 320 °C dialirkan
menuju menara fraksinasi C-1 A, sedangkan
yang keluar dari dasar V-1 berupa liquid dengan
suhu 305 °C dialirkan menuju residu stripper C-5
untuk memisahkan fraksi ringan yang masih
terkandung di dalamnya dengan bantuan injeksi
steam dari dasar kolom
Uap dari puncak C-5 digunakan sebagai umpan
menara C-1 A dan cairannya yang berupa residu
dengan suhu yang relatif tinggi digunakan sebagai
fluida panas pada HE-3. Uap yang keluar dari
puncak menara C-1 A adalah pertasol dengan suhu
125 °C dan hasil dasar yang berupa PH solar yang
keluar dari dasar menara C-1 A pada suhu 260°C.
Sebelum ditampung pada tangki T-118/119 terlebih
dahulu didinginkan dalam box cooler BC-2 sampai
suhunya mencapai 80 °C, serta dipisahkan dari air
yang masih terkandung di dalamnya dalam
separator S-7.
Sedangkan umpan untuk kolom kerosin stripper
C-3 diambil dari side stream 14 dan 15 kolom
fraksinasi C-1 A. Dan dengan menginjeksikan
steam diperoleh hasil puncak yang diumpannya
lagi ke kolom fraksinasi C-1 A bagian atas dengan
suhu 170 °C, sedangkan hasil dasar yang berupa
kerosin dengan suhu 165 °C dan didinginkan
dalam cooler CL-7/8/12, yang selanjutnya
dipisahkan dari air dalam separator S-5 pada
suhu 44 °C. Hasil kerosin kemudian ditampung
dalam tangki T-106/124/125/126.
Sedangkan umpan untuk kolom stripper C-4
diambil dari side stream 3 sampai 11 kolom
fraksinasi C-1 A dengan suhu 130 °C. Hasil dasar
berupa solar dimanfaatkan panasnya dengan
digunakan sebagai fluida panas pada HE-2 dan
didinginkan lebih lanjut dalam cooler CL-
6/10/11. Solar dipisahkan dari air yang masih
terkandung di dalamnya pada separator S-6
pada suhu 40 °C dan kemudian ditampung
dalam tangki T-111/120/127.
Hasil sampingan dari kolom fraksinasi C-1 A
berupa LAWS 4 diambil dari plate 18, dan
didinginkan lebih lanjut dalam cooler Cl-1/2 dan
dipisahkan dari air dalam separator S-8 pada
suhu 40 °C, dan ditampung dalam tangki T-
112/113. Hasil dari puncak menara fraksinasi
adalah pertasol yang dialirkan menuju menara
fraksinasi C-2 dan dengan menggunakan steam
yang diinjeksikan akan diperoleh hasil berupa
pertasol 2 pada puncak menara
Pertasol 2 yang berupa uap tersebut
diembunkan dalam kondensor parsial CN-
1/2/3/4 dan embunan yang terbentuk
didinginkan dalam box cooler BC-3/6, dan
kemudian ditampung dalam tangki T-
114/115/116/227 dari tangki penyimpanan
sebagian pertasol 2 digunakan sebagai reflux
pada menara fraksinasi C-2 dengan bantuan
pompa reflux P-100-78.
Sedangkan sisa uap yang tidak
terembunkan di kondensor CN-1/2/3/4
diembunkan lagi di kondensor CN-5-12 lalu
didinginkan dalam cooler CL-3/4 dan selanjutnya
dipisahkan dengan air yang masih terkandung di
dalamnya dalam separator S-3 dan hasilnya
ditampung dalam tangki T-114/115/116/117.
Hasil dari dasar menara fraksinasi C-2 yang berupa
uap LAWS 3 didinginkan dalam cooler CL-13/14 dan
dipisahkan dari air yang masih terkandung dalam
separator S-2 pada suhu 43 °C, dan ditampung
dalam tangki T-110. Sebagian LAWS 4 digunakan
sebagai reflux pada menara fraksinasi C-1 A dengan
bantuan pompa P-100-1/2/5. Hasil samping dari
menara C-2 didinginkan dalam cooler CL-5/9 dan
dilewatkan separator S-4 pada suhu 39 °C. Produk
ditampung dalam tangki T-108 sebagai reflux gas-
gas ringan yang dipisahkan dalam separator S-
1/2/3/4 dan dari kondensor CN-5-12 selanjutnya
digabung untuk dibuang ke udara bebas melalui
flare.
Bahan tambahan yang biasa digunakan untuk
menghilangkan/mengurangi kotoran-kotoran
• Amonia (NH3)
Gas Amonia ( NH3)
Amonia berfungsi untuk
mencegah dan mengurangi
korosi produk, karena dapat
mengikat gas H2S dalam
minyak dan menetralkan
senyawa-senyawa asam
yang dapat menyebabkan
korosi klorida misalnya
senyawa HCl yang terbentuk
akibat hidrolisis garam
klorida.
Bahan tambahan yang biasa digunakan untuk
menghilangkan/mengurangi kotoran-kotoran
• Caustic Soda (NaOH) Rumah Pompa Treating
Pemberian NaOH bertujuan
untuk menetralisir senyawa-
senyawa belerang dan
menghilangkan merchaptan
(RSH) yang dapat
mengakibatkan korosi
terhadap alat dengan cara
mencuci hasil pemisahan
crude oil dan dapat juga
digunakan untuk proses
treating yang bertujuan untuk
memisahkan hidrogen dan
sulfur dalam fraksi gasoline.
PRODUK-PRODUK DI KILANG
PUSDIKLAT MIGAS
Produk Distilasi Atmosferis Cepu:
1. Gas Flare → Fuel Gas Furnace
2. Pertasol CA (Pertasol 2) → Pelarut, Petkim
3. Pertasol CB (LAWS 3) → Pelarut, Petkim
4. Pertasol CC (LAWS 4) → Pelarut, Petkim
5. Kerosine/Minyak Tanah.
6. Solar → BBM.
7. Residue ( MBC ).
PERTASOL 2
(lama: PERTASOL CA)
Merupakan cairan jernih, stabil, dan tidak korosif. Aplikasi: pelarut cat, varnish,
tinta cetak, dan proses industri kimia lainnya.
Merupakan cairan jernih, stabil, dan tidak korosif. Aplikasi: pelarut cat, varnish,
tinta cetak, dan proses industri kimia lainnya.
Limits*)
Properties Units Methods Results
min. max.
Density at 15oC kg/m3 ASTM D 1298 814,2 - 835
Char Value mg/kg IP.10 46 40 -
Distillation: oC ASTM D 86
Recovered at 200oC vol. % 30 18 -
End point oC 290
Copper strip corrosion % vol. ASTM D130 No.I No. 1
Abel flash point oC IP.170 40 38
Smoke point mm ASTM D1322 17 15
Odour and colour - IP. 17 Marketable Marketable
Sulphur content wt. % ASTM D 1266 0,16 0,20