Anda di halaman 1dari 41

REFRESHING

Dermatitis

Oleh : Sheila Sarasanti


NIM : 2013730099
Pembimbing : dr. Heryanto, Sp.KK
Definisi

Adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respons


terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen,
menyebabkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik
(eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan
gatal.
Etiologi
Eksogen : bahan kimia, detergen, oli, semen, sinar, suhu, bakteri,
jamur.
Endogen : dermatitis atopic.

Patogenesis
Banyak dermatitis yang belum diketahui secara pasti penyebab
patogenesisnya, terutama yang penyebab faktor endogen.
Gejala Klinis

Pada umumnya pasien dermatitis mengeluh gatal. Kelainan kulit


bergantung pada stadium penyakit, dapat sirkumskrip, dapat pula
difus, dengan penyebaran setempat, generalisata dan universalis.
Stadium akut : eritema, edema, vesikel/bula, erosi, eksudasi, tampak
membasah.
Stadium subakut : eritema dan edema berkurang, eksudat mongering
menjadi krusta.
Stadium kronis : lesi mongering, skuama, hiperpigmentasi, papul,
likenifikasi.
Diagnosis
Pemeriksaan histologic
Gambaran histologic pada :
a. Stadium akut : kelainan di epidermis berupa spongiosis, vesikel/bula,
edema intrasel, eksositosis terutama terdiri atas sel mononuclear.
Dermis sembab, pembuluh darah melebar, eosinophil dapat
ditemukan, sebukan sel radang (mononuclear).
b. Stadium subakut : spongiosis, vesikel berkurang, akantosis ringan,
tertutup krusta, stratum korneum mengalami parakeratosis setempat,
eksositosis berkurang, edema di dermis berkurang, vasodilatasi
maish tampak jelas, masih ada sebukan sel radang, jumlah fibroblast
mulai meningkat.
Gambaran histologic pada :
c. Stadium kronis : akantosis, penebalan stratum korneum, reteridges
memanjang, kadang ditemukan spongiosis ringan, eksositosis ringan,
pigmen melanin bertambah terutama di sel basal, papilla dermis
memanjang, disertai penebalan pembuluh darah. Dermis bersebukan
sel radang mononuclear, jumlah fibroblast memanjang, penebalan
serabut kolagen
Tatalaksana
Pengobatan yang tepat didasarkan atas kausa, yaitu menghindari
penyebabnya. Akan tetapi, seperti diketahui penyebab dermatitis
multifactor, sehingga kadang sulit untuk mengetahui penyebab dengan
pasti.
Umumnya pengobatan bersifat simtomatis, dengan
menghilangkan/mengurangi keluhan dan gejala, serta menekan
peradangan.
Sistemik : antihistamin. Pada kasus akut dan berat dapat diberikan
kortikosteroid.
Topikal : untuk dermatitis basah diobati dengan cara basah (kompres
terbuka), bila subakut diberi losio, krim, pasta/linimentum. Bila kronik
dapat diberikan salap. Makin berat/akut penyakitnya, makin rendah
persentase obat spesifik yang digunakan misalnya kortikosteroid.
DERMATITIS KONTAK
Definisi
 Dermatitis yang disebabkan oleh bahan atau substansi yang
menempel pada kulit dan menyebabkan alergi atau reaksi iritasi

Dermatitis Kontak terbagi menjadi 2, yaitu :


 D.K iritan  reaksi peradangan kulit non imunologik, kerusakan
kulit tanpa didahului proses sensitisasi
 D.K alergik  telah mengalami sensitisasi terhadap suatu alergen
DERMATITIS KONTAK IRITAN
Adalah suatu dermatitis kontak yang disebabkan oleh bahan-bahan
yang bersifat iritan yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan
Dermatitis kontak iritan dibedakan menjadi 2 yaitu
1. dermatitis kontak iritan akut (toksik kuat, asam sulfat pekat)
2. dermatitis kontak iritan kronik (kumulatif). (ex: sabun deterjen,
larutan antiseptik )
Reaksi iritan : dermatitis iritan subklinis pada seseorang yang terpajan
 Kelainan kulit : skuama, eritema, vesikel, pustul, erosi
 Dapat sembuh sendiri  hindari pajanan bahan iritan
DERMATITIS KONTAK IRITAN
Gejala Klinis, Berikut adalah gejala klinis berdasarkan jenis
dermatitis kontak iritan:
1. Dermatitis kontak iritan akut lambat  12-24 jam atau lebih
(podofilin, antralin, asam hidrofluorat )
2. Dermatitis kontak iritan akut segera  Segera timbul (iritan
kuat, asam sulfat dan asam hidrokloid, atau basa kuat seperti
natrium dan kalium hidroksida)
3. Dermatitis kontak iritan kronis  Disebabkan oleh kontak
dengan iritan lemah yang berulang-ulang
DERMATITIS KONTAK ALERGI
 Suatu dermatitis atau peradangan kulit yang timbul setelah kontak
dengan alergen melalui proses sensitasi. Hanya mengenai orang yang
keadaan kulit sangat peka (hipersensitif)
 Dipengaruhi oleh potensi sensitisasi alergen, derajat pajanan, dan
luasnya penetrasi di kulit.
 Respons imun  reaksi imunologik tipe IV, perubahan spesifik
reaktivitas pada kulit
DERMATITIS KONTAK ALERGI

Gejala Klinis
 Bercak eritema berbatas tegas,
 kemudian diikuti edema, papulovesikel, vesikel atau bula. Vesikel atau bula
dapat pecah menimbulkan erosi dan eksudasi(basah).
 Pada yang kronis terlihat kulit kering, berskuama, papul, likenifikasi dan
mungkin jugga fisur, batasnya tidak jelas.
Pemeriksaan lain
Uji tempel
Prick test
Scratch test
 Uji tempel
Tempat untuk melakukan uji tempel biasanya di punggung atau bagian luar
dari lengan atas. Bahan uji dapat berasal dari antigen standar buatan pabrik
atau dari bahan kimia murni dan lebih sering bahan campuran yang berasal
dari rumah, lingkungan kerja atau tempat rekreasi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan uji tempel:
1. Dermatitis harus sudah tenang (sembuh)
2. Tes dilakukan sekurang-kurangnya 1 minggu setelah penghentian
terapi kortikosteroid sistemik
3. Uji temple dibuka setelah 2 hari lalu dibaca, dan pembacaan kedua
dilakukan pada hari ke-3 sampai hari ke-7 setelah aplikasi pertama.
4. Penderita dilarang melakukan aktifitas yang dapat melonggarkan uji
tempel
5. Uji tempel dengan bahan standar jangan dilakukan pada penderita
urtikaria tipe dadakan karena dapat menyebabkan urtikaria
generalisata atau bahkan reaksi anafilaksis
Setelah dibiarkan menempel selama 48 jam, uji temple dilepas. Pembacaan
pertama dilakukan 15-30 menit setelah dilepas, agar efek tekanan bahan yang
diuji telah menghilang atau minimal. Hasilnya sebagai berikut:
1 = reaksi lemah (nonvesikuler): eritema, infiltrate, papul (+)
2 = reaksi kuat: edema atau vesikel (++)
3 = reaksi sangat kuat (ekstrim): bula atau ulkus (+++)
4 = meragukan: hanya macula eritematosa
5 = iritasi: rasa seperti terbakar, pustul atau purpura
6 = reaksi negatif (-)
7 = excited skin; dipicu oleh hipersensitivitas kulit
8 = tidak di tes (NT; not tested)
Pembacaan kedua perlu dilakukan sampai 1 minggu setelah aplikasi,
biasanya 72 atau 96 jam setelah aplikasi. Pembacaan kedua ini penting
untuk membantu membedakan antara respon alergi
(crescendo/meningkat) atau iritasi (decrescendo/ menurun) dan
mengidentifikasi lebih banyak lagi respon positif allergen

DKA DKI
Tatalaksana

 DKI
 Hindari Pajanan bahan iritan
 Sembuh sendiri  Cukup diberikan pelembab
 Kortikosteroid topikal
 DKA
 Hindari Kontak dengan Alergen
 Kortikosteroid oral dalam jangka pendek (prednison 30 mg/hari)
 Kelainan kulit dapat di kompres
 Bila ringan atau sudah mereda  cukup berikan kortikosteroid
topikal
DERMATITIS ATOPI
Definisi
 Peradangan kulit kronis & residifis, disertai rasa gatal
 Berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dan riwayat atopi pada
keluarga atau penderita (rhinitis alergika, asma bronkial, dermatitis
atopi)
 Kelainan kulit : papul gatal, ekskoriasi & likenifikasi, distribusinya di
lipatan (fleksural)
Etiologi
Sampai saat ini etiologi maupun mekanisme yang pasti DA belum
semuanya diketahui, demikian pula pruritus pada DA. Tanpa
pruritus diagnosis DA tidak dapat ditegakkan.
Patogenesis
• Rangsangan yang ringan, superfisial dengan intensitas rendah
menyebabkan rasa gatal, sedangkan yang dalam dan berintensitas
tinggi menyebabkan rasa nyeri. Sebagian patogenesis DA dapat
dijelaskan secara :
• Imunologik  (riwayat atopi asma bronkial, rinitis alergi)
• Nonimunologik.  (faktor genetik, yaitu kulit DA yang kering
(xerosis)).
Gejala Klinis
bentuk infantil  (2 bulan - 2 tahun)
bentuk anak  (2 - 10 tahun)
Bentuk remaja dan dewasa.
Diagnosis
Kriteria Hanifin dan Rajka (3 mayor dan 3 minor)
Kriteria Mayor :
Pruritus dengan Morfologi dan distribusi khas :
dewasa : likenifikasi fleksura
bayi dan anak : lokasi kelainan di daerah muka dan ekstensor
Dermatitis bersifat kronik residif
Riwayat atopi pada penderita atau keluarganya
Kriteria Minor
 Xerosis
 Infeksi kulit (khususnya S.Aureus dan Virus Herps simpleks)
 Reaktivasi pada uji kulit tipe cepat
 Peningkatan kadar IgE
 Dermatitis pada papila mammae
 Keilitis
 Konjungtivitis berulang
 Lipatan Dennie-Morgan daerah infraorbita
 Keratokonus
Kriteria Minor Menegakkan
diagnosa minimal 3
 Katarak subskapular anterior kriteria mayor dan 3
 Hiperpigmentasi daerah orbita kriteria minor
 Kepucatan/eritema daerah muka
 Pitiriasis alba
 Lipatan leher anterior
 Gatal bila berkeringat
 Intoleransi terhadap bahan wol dan lipid solven
 Gambaran perifolikular lebih nyata
 Perjalanan penyakit dipengaruhi lingkungan dan
emosi
 White dermographism
Penatalaksanaan

 Topikal
- Hidrasi kulit
- Kortikosteroid topikal  anti inflamasi lesi kulit
 Sistemik
- Kortikosteroid sistemik  mengendalikan eksaserbasi akut,
jangka pendek
- Antihistamin
- Anti-infeksi
- Interferon
- Siklosporin
DERMATITIS NUMULARIS
Definisi
Dermatitis Numuler adalah dermatitis berupa lesi berbentuk mata
uang (coin) atau agak lonjong, berbatas tegas dengan efloresensi
berupa papulovesikel, biasanya mudah pecah sehingga basah.
Etiopatogenesis

Etiologi belum diketahui pasti


Kulit cenderung kering
Stres emosional dan minuman berakohol
Gambaran Klinis
Gatal
Lesi akut vesikel dan papulovesikel (0,3 – 1 cm)  konfluensi
/meluas ke samping  membentuk coin, eritematosa dan batas tegas
Vesikel pecah  eksudasi  krusta kekuningan
Predileksi : tungkai bawah, badan, lengan, punggung tangan
Tatalaksana

 Kulit kering  pelembab / emolien


 Basah (Madidans)  Kompres
 Topikal
- Lesi  obat anti inflamasi (preparat ter, glukokortikoid)
 Sistemik
- Pruritus  antihistamin
- Infeksi sekunder  antibiotik
- Kasus berat  kortikosteroid
NEURODERMATITIS
Definisi
Neurodermatitis (Liken Simpleks Kronis) adalah suatu peradangan
menahun pada lapisan kulit paling atas yang menimbulkan rasa gatal.
Penyakit ini menyebabkan bercak-bercak penebalan kulit yang kering,
bersisik dan berwarna lebihi gelap, dengan bentuk lonjong atau tidak
beraturan.
Etiopatogenesis

Kontak  mengiritasi kulit  liken simpleks kronis  menahun 


penebalan kulit.
Penyakit ini biasanya berhubungan dengan:
Dermatitis atopik
Psoriasis
Kecemasan, depresi ataupun gangguan psikis lainnya.
Lebih banyak ditemukan pada wanita dan biasanya timbul pada usia
20-50 tahun.
Gejala Klinis

 Gatal
 Lesi biasanya tunggal awalnya berupa plak eritematosa edema &
eritema menghilang  bag. Tengah berskuama menebal
likenifikasi & ekskoriasi  hiperpigmentasi  batas dengan
kulit normal tidak jelas
 Letak lesi : scalp, tengkuk, lengan ekstensor, pubis, lutut
 Lesi berupa nodus berbentuk kubah, permukaan mengalami erosi
tertutup krusta & skuama
Tatalaksana

 Sistemik  anti histamin


 Topikal krim doxepin 5% dalam jangka pendek (max.8 hari)
 Kortikosteroid potensi kuat
DERMATITIS STASIS

Definisi
 Dermatitis Stasis adalah suatu peradangan menahun (berupa
kemerahan, pembentukan sisik dan pembengkakan) pada tungkai
bawah yang teraba hangat, yang sering meninggalkan bekas berupa
kulit yang berwarna coklat gelap

Etiologi
Dermatitis stasis merupakan akibat dari penimbunan darah dan cairan
di bawah kulit, sehingga cenderung terjadi pada penderita vena
varikosa (varises) dan pembengkakan (edema).
Gambaran Klinis
 Tekanan vena meningkat pada tungkai bawah  pelebaran vena
/varises edema
 Kulit berwarna merah kehitaman & timbul purpura akibat ekstravasasi
sel darah merah ke dalam dermis.
 Perubahan ekzematosa : eritema, skuama, eksudasi dan gatal.
Tatalaksana
 Edema  tungkai dinaikkan waktu tidur & duduk
 Saat aktivitas pakai kaos kaki penyangga varises
 Eksudat dikompres & setelah kering diberi krim kortikosteroid potensi
rendah
 Infeksi sekunder  antibiotik
DERMATITIS DIAPER RASH
Diaper rash (eksim popok) adalah kelainan kulit pada bayi dan balita
yang terjadi karena pemakaian popok.
Biasanya timbul pada kulit didaerah yang terkena popok yakni alat
kelamin, sekitar dubur, bokong, lipat paha dan perut bagian bawah.
Etiopatologi
Tidak segera menggantii popok setelah bayi/balita saat BAB/BAK →
Tinja bercampur dengan air seni → Terjadi pembentukan ammonia (zat
dari kotoran bayi) → Keasaman kulit meningkat → Terjadi iritasi pada
kulit bayi/balita → DIAPER RASH.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya diaper rash adalah:
• kelembaban kulit
• Air seni dan kotoran
• Jamur/kuman (saat kulit lembab akibat pemakaian popok jamur
tumbuh lebih cepat).
Gejala Klinis
Biasanya menyerang usia 9-15 bulan, bisa ditemukan sebelum usia
2 bulan
Eritema, bisa ditemukan vesikel, erosi kecil, papul

Diagnosis Banding

• Primary Candidal infection


• Sifilis Congenital
• Dermatitis kontak iritan
Pemeriksaan Penunjang

KOH
VDRL
Skin biopsy

Tatalaksana Farmakologik
Mild topical corticosteroid with an antifungal.
Tatalaksana Nonfarmakologik

• Ganti popok setelah BAB


• Gunakanlah popok sekali pakai sesuai dengan daya tampungnya
• Bersihkan kulit dengan air hangat setelah BAB. Gunakan sabun,
bilas sampai bersih lalu keringkan
• Agar kulit bayi/balita tidak lembab, setiap hari paling sedikit 2-3 jam
bayi/balita tidak memakai popok
• Pilih popok yang sesuai ukuran
• Jika ruam disebabkan oleh dermatitis alergi, hentikan penggunaan
sabun/ popok yang dapat menyebabkan ruam
• Jika ruam ternyata disebabkan oleh infeksi Candida, gunakan topikal
antijamur
DERMATITIS AUTOSENSITISASI

Definisi
Dermatitis autosensitisasi adalah dermatitis akut yang timbul pada
tempat jauh dari focus inflamasi local, sedangkan penyebabnya tidak
berhubungan langsung dengan penyebab focus inflamasi tersebut.
Patogenesis
Sitokin dilepaskan → Sensitivitas meningkat → Timbul reaksi
sensitisasi
Gambaran Klinis
Satu sampai 2 minggu setelah inflamasi akut, timbul erupsi macula,
papul, dan vesikeleritematosa, simetris, yang sangat gatal. Erupsi
mengenai lengan, tungkai, badan, wajah,tangan, leher dan kaki.

Pemeriksaan Penunjang
Histopatologi
Dalam epidermis terlihat spongiosis, vesikel.
Pada dermis ditemukan infiltrate limfohistiosit di sekitar pembuluh
darah superfisial dan berisi eosinophil yang tersebar
Tatalaksana
Bila lesi basah harus dikompres
Kostikosteroid sistemik atau topical
Antihistamin
antibiotik

Anda mungkin juga menyukai