Dermatitis
Patogenesis
Banyak dermatitis yang belum diketahui secara pasti penyebab
patogenesisnya, terutama yang penyebab faktor endogen.
Gejala Klinis
Gejala Klinis
Bercak eritema berbatas tegas,
kemudian diikuti edema, papulovesikel, vesikel atau bula. Vesikel atau bula
dapat pecah menimbulkan erosi dan eksudasi(basah).
Pada yang kronis terlihat kulit kering, berskuama, papul, likenifikasi dan
mungkin jugga fisur, batasnya tidak jelas.
Pemeriksaan lain
Uji tempel
Prick test
Scratch test
Uji tempel
Tempat untuk melakukan uji tempel biasanya di punggung atau bagian luar
dari lengan atas. Bahan uji dapat berasal dari antigen standar buatan pabrik
atau dari bahan kimia murni dan lebih sering bahan campuran yang berasal
dari rumah, lingkungan kerja atau tempat rekreasi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan uji tempel:
1. Dermatitis harus sudah tenang (sembuh)
2. Tes dilakukan sekurang-kurangnya 1 minggu setelah penghentian
terapi kortikosteroid sistemik
3. Uji temple dibuka setelah 2 hari lalu dibaca, dan pembacaan kedua
dilakukan pada hari ke-3 sampai hari ke-7 setelah aplikasi pertama.
4. Penderita dilarang melakukan aktifitas yang dapat melonggarkan uji
tempel
5. Uji tempel dengan bahan standar jangan dilakukan pada penderita
urtikaria tipe dadakan karena dapat menyebabkan urtikaria
generalisata atau bahkan reaksi anafilaksis
Setelah dibiarkan menempel selama 48 jam, uji temple dilepas. Pembacaan
pertama dilakukan 15-30 menit setelah dilepas, agar efek tekanan bahan yang
diuji telah menghilang atau minimal. Hasilnya sebagai berikut:
1 = reaksi lemah (nonvesikuler): eritema, infiltrate, papul (+)
2 = reaksi kuat: edema atau vesikel (++)
3 = reaksi sangat kuat (ekstrim): bula atau ulkus (+++)
4 = meragukan: hanya macula eritematosa
5 = iritasi: rasa seperti terbakar, pustul atau purpura
6 = reaksi negatif (-)
7 = excited skin; dipicu oleh hipersensitivitas kulit
8 = tidak di tes (NT; not tested)
Pembacaan kedua perlu dilakukan sampai 1 minggu setelah aplikasi,
biasanya 72 atau 96 jam setelah aplikasi. Pembacaan kedua ini penting
untuk membantu membedakan antara respon alergi
(crescendo/meningkat) atau iritasi (decrescendo/ menurun) dan
mengidentifikasi lebih banyak lagi respon positif allergen
DKA DKI
Tatalaksana
DKI
Hindari Pajanan bahan iritan
Sembuh sendiri Cukup diberikan pelembab
Kortikosteroid topikal
DKA
Hindari Kontak dengan Alergen
Kortikosteroid oral dalam jangka pendek (prednison 30 mg/hari)
Kelainan kulit dapat di kompres
Bila ringan atau sudah mereda cukup berikan kortikosteroid
topikal
DERMATITIS ATOPI
Definisi
Peradangan kulit kronis & residifis, disertai rasa gatal
Berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dan riwayat atopi pada
keluarga atau penderita (rhinitis alergika, asma bronkial, dermatitis
atopi)
Kelainan kulit : papul gatal, ekskoriasi & likenifikasi, distribusinya di
lipatan (fleksural)
Etiologi
Sampai saat ini etiologi maupun mekanisme yang pasti DA belum
semuanya diketahui, demikian pula pruritus pada DA. Tanpa
pruritus diagnosis DA tidak dapat ditegakkan.
Patogenesis
• Rangsangan yang ringan, superfisial dengan intensitas rendah
menyebabkan rasa gatal, sedangkan yang dalam dan berintensitas
tinggi menyebabkan rasa nyeri. Sebagian patogenesis DA dapat
dijelaskan secara :
• Imunologik (riwayat atopi asma bronkial, rinitis alergi)
• Nonimunologik. (faktor genetik, yaitu kulit DA yang kering
(xerosis)).
Gejala Klinis
bentuk infantil (2 bulan - 2 tahun)
bentuk anak (2 - 10 tahun)
Bentuk remaja dan dewasa.
Diagnosis
Kriteria Hanifin dan Rajka (3 mayor dan 3 minor)
Kriteria Mayor :
Pruritus dengan Morfologi dan distribusi khas :
dewasa : likenifikasi fleksura
bayi dan anak : lokasi kelainan di daerah muka dan ekstensor
Dermatitis bersifat kronik residif
Riwayat atopi pada penderita atau keluarganya
Kriteria Minor
Xerosis
Infeksi kulit (khususnya S.Aureus dan Virus Herps simpleks)
Reaktivasi pada uji kulit tipe cepat
Peningkatan kadar IgE
Dermatitis pada papila mammae
Keilitis
Konjungtivitis berulang
Lipatan Dennie-Morgan daerah infraorbita
Keratokonus
Kriteria Minor Menegakkan
diagnosa minimal 3
Katarak subskapular anterior kriteria mayor dan 3
Hiperpigmentasi daerah orbita kriteria minor
Kepucatan/eritema daerah muka
Pitiriasis alba
Lipatan leher anterior
Gatal bila berkeringat
Intoleransi terhadap bahan wol dan lipid solven
Gambaran perifolikular lebih nyata
Perjalanan penyakit dipengaruhi lingkungan dan
emosi
White dermographism
Penatalaksanaan
Topikal
- Hidrasi kulit
- Kortikosteroid topikal anti inflamasi lesi kulit
Sistemik
- Kortikosteroid sistemik mengendalikan eksaserbasi akut,
jangka pendek
- Antihistamin
- Anti-infeksi
- Interferon
- Siklosporin
DERMATITIS NUMULARIS
Definisi
Dermatitis Numuler adalah dermatitis berupa lesi berbentuk mata
uang (coin) atau agak lonjong, berbatas tegas dengan efloresensi
berupa papulovesikel, biasanya mudah pecah sehingga basah.
Etiopatogenesis
Gatal
Lesi biasanya tunggal awalnya berupa plak eritematosa edema &
eritema menghilang bag. Tengah berskuama menebal
likenifikasi & ekskoriasi hiperpigmentasi batas dengan
kulit normal tidak jelas
Letak lesi : scalp, tengkuk, lengan ekstensor, pubis, lutut
Lesi berupa nodus berbentuk kubah, permukaan mengalami erosi
tertutup krusta & skuama
Tatalaksana
Definisi
Dermatitis Stasis adalah suatu peradangan menahun (berupa
kemerahan, pembentukan sisik dan pembengkakan) pada tungkai
bawah yang teraba hangat, yang sering meninggalkan bekas berupa
kulit yang berwarna coklat gelap
Etiologi
Dermatitis stasis merupakan akibat dari penimbunan darah dan cairan
di bawah kulit, sehingga cenderung terjadi pada penderita vena
varikosa (varises) dan pembengkakan (edema).
Gambaran Klinis
Tekanan vena meningkat pada tungkai bawah pelebaran vena
/varises edema
Kulit berwarna merah kehitaman & timbul purpura akibat ekstravasasi
sel darah merah ke dalam dermis.
Perubahan ekzematosa : eritema, skuama, eksudasi dan gatal.
Tatalaksana
Edema tungkai dinaikkan waktu tidur & duduk
Saat aktivitas pakai kaos kaki penyangga varises
Eksudat dikompres & setelah kering diberi krim kortikosteroid potensi
rendah
Infeksi sekunder antibiotik
DERMATITIS DIAPER RASH
Diaper rash (eksim popok) adalah kelainan kulit pada bayi dan balita
yang terjadi karena pemakaian popok.
Biasanya timbul pada kulit didaerah yang terkena popok yakni alat
kelamin, sekitar dubur, bokong, lipat paha dan perut bagian bawah.
Etiopatologi
Tidak segera menggantii popok setelah bayi/balita saat BAB/BAK →
Tinja bercampur dengan air seni → Terjadi pembentukan ammonia (zat
dari kotoran bayi) → Keasaman kulit meningkat → Terjadi iritasi pada
kulit bayi/balita → DIAPER RASH.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya diaper rash adalah:
• kelembaban kulit
• Air seni dan kotoran
• Jamur/kuman (saat kulit lembab akibat pemakaian popok jamur
tumbuh lebih cepat).
Gejala Klinis
Biasanya menyerang usia 9-15 bulan, bisa ditemukan sebelum usia
2 bulan
Eritema, bisa ditemukan vesikel, erosi kecil, papul
Diagnosis Banding
KOH
VDRL
Skin biopsy
Tatalaksana Farmakologik
Mild topical corticosteroid with an antifungal.
Tatalaksana Nonfarmakologik
Definisi
Dermatitis autosensitisasi adalah dermatitis akut yang timbul pada
tempat jauh dari focus inflamasi local, sedangkan penyebabnya tidak
berhubungan langsung dengan penyebab focus inflamasi tersebut.
Patogenesis
Sitokin dilepaskan → Sensitivitas meningkat → Timbul reaksi
sensitisasi
Gambaran Klinis
Satu sampai 2 minggu setelah inflamasi akut, timbul erupsi macula,
papul, dan vesikeleritematosa, simetris, yang sangat gatal. Erupsi
mengenai lengan, tungkai, badan, wajah,tangan, leher dan kaki.
Pemeriksaan Penunjang
Histopatologi
Dalam epidermis terlihat spongiosis, vesikel.
Pada dermis ditemukan infiltrate limfohistiosit di sekitar pembuluh
darah superfisial dan berisi eosinophil yang tersebar
Tatalaksana
Bila lesi basah harus dikompres
Kostikosteroid sistemik atau topical
Antihistamin
antibiotik