Anda di halaman 1dari 19

AUDIT SAMPLING

Kelompok 12 :

1. Devinda Sari (1610536018)


2. M. Azhari (1610536023)
3. Hamda Khairani (1610536043)
4. Zawidni Redla (1610536044)
A. POPULASI dan SAMPEL
Sebelum melakukan pengujian, baik pengujian pengendalian
maupun pengujian substantive, auditor harus mengumpulkan bukti.
Bukti yang dapat digunakan sebagai pendukung laporan audit
adalah seluruh data akuntansi dan informasi penguat yang
digunakan oleh perusahaan dalam menyusun laporan keuangan.
Seluruh bukti ini merupakan populasi bukti audit. Pengujian dengan
menggunakan seluruh anggota populasi dapat menghasilkan hasil
yang akurat, karena dikumpulkan dari semua bukti. Tetapi
penggunaan populasi memakan waktu yang lama dan
membutuhkan biaya yang tinggi. Untuk menghemat waktu sekaligus
menghemat biaya, dan mendapatkan informasi yang dapat
digeneralisir dengan data populasi, auditor dapat menggunakan
sampel.
B. Pengertian Sampling Audit
Standar audit (SA 530) mendefinisikan sampling audit
sebagai penerapan standar audit terhadap kurang
dari 100% unsur dalam suatu populasi audit yang
relevan sedemikian rupa sehingga semua unit sampling
memiliki peluang yang sama dipilih untuk memberikan
basis memadai bagi auditor untuk menarik kesimpulan
tentang populasi secara keseluruhan. Sampling audit
dapat diterapkan baik untuk melakukan pengujian
pengendalian maupun pengujian substantif.
C.Pendekatan yang dapat digunakan
dalam Audit Sampling
1) Sampling Statistik
a) Attribute Sampling Models, ada 3 model :
1. Fixed-sample-size attribute sampling
Prosedur pengambilan sampel adalah sebagai berikut :
 Penentuan attribute yang akan diperiksa untuk menguji
efektivitas pengendalian intern.
 Penentuan populasi yang akan diambil sampelnya.
 Penentuan besarnya sampel.
 Pemilihan anggota sampel dari seluruh anggota populasi
 Pemeriksaan terhadap attribute yang menunjukkan
efektivitas unsur pengendalian intern.
 Evaluasi hasil pemeriksaan terhadap attribute anggota
sampel
2. Stop or Go Sampling
Prosedur yang harus ditempuh:
 Tentukan desired upper precision limit dan tingkat
keandalan.
 Gunakan tabel besarnya sampel minimum untuk
pengujian pengendalian guna menentukan sampel
pertama yang harus diambil
 Buat tabel stop or go decision
 Evaluasi hasil pemeriksaan terhadap sampel
3. Discovery Sampling
Prosedur pengambilan sampel :
 Tentukan attribute yang akan diperiksa
 Tentukan populasi dan besar populasi yang akan diambil
sampelnya
 Tentukan tingkat keandalan
 Tentukan desired upper precision limit
 Tentukan besarnya sampel
 Periksa attribute sampel
 Evaluasi hasil pemeriksaan terhadap karakteristik sampel
b) Variabel Sampling
Variabel sampling adalah teknik statistik yang
digunakan oleh auditor untuk menguji kewajaran
suatu jumlah atau saldo dan untuk mengestimasi
jumlah rupiah suatu saldo akun atau kuantitas yang
lain
Variabel sampling untuk memperkirakan saldo suatu
akun digunakan oleh auditor dalam kondisi :
• Jika klien tidak menyajikan suatu jumlah yang
dapat dianggap benar.
• Jika suatu akun ditentukan dengan statistical
sampling.
Variabel Sampling Untuk Uji Hipotesis
tahap berikut ini :
 Penentuan tujuan pengambilan sampel
 Penentuan populasi
 Penentuan sampling audit
 Penentuan besarnya sampel
 Penentuan metode pemilihan sampel
 Pemeriksaan sampel
 Evaluasi hasil sampel
2) Sampling Non-Statistik
Ada beberapa metode pemilihan sampel yang
dikategorikan dalam sampling non statistik,sebagai
berikut :
a. Haphazard Sampling
b. Block Sampling
c. Systematic Sampling
d. Direct sampling
Kategori Statistik dan Non Statistik serupa karena
keduanya melibatkan tiga tahap:
1. Perencanaan sampel
2. Pemilihan sampel dan melakukan pengujian
3. Pengevaluasian hasil
D. METODE PEMILIHAN SAMPEL NON-PROBABILISTIK
Metode pemilihan sampel non-probabilistik adalah metode
yang tidak memenuhi persyaratan teknis untuk pemilihan
sampel probabilistik. Karena metode ini tidak berdasarkan pada
probabilitas matematis, sehingga keterwakilan sampel tersebut
mungkin sulit untuk ditentukan.
1. Pemilihan Sampel Terarah (Directed Sample Selection)
Pendekatan yang umum digunakan termasuk :
– Pos yang paling mngkin berisi salah saji.
– Pos yang berisi karakteristik populasi yang dipilih
– Cakupan nilai rupiah yang besar
2. Pemilihan Sampel Blok (Block Sample Selection)
3. Pemilihan Sampel Sembarangan (Haphazard Sample Selection)
E. METODE PEMILIHAN SAMPEL PROBABILISTIK
Pengambilan sampel statistik mengharuskan sampel
probabilistik mengukur risiko sampel. Untuk sampel
probabilistik,auditor tidak menggunakan pertimbangan
mengenai item atau pos sampel mana yang harus
dipilih, kecuali dalam memilih yang mana dari metode
pemilihan yang akan digunakan sebagai berikut:
1. Sampel Acak (Random Sample) Sederhana
a. Tabel Nomor Acak
b. Nomor Acak yang dihasilkan Komputer
2. Pemilihan Sampel Sistematik (Sistematic Sample
Selection)
F. Alasan Menggunakan Sampel
Ada beberapa alasan yang mendorong pengambilan sampel.
Alasan pertama menggunakan sampel adalah biaya yang lebih
rendah dari pada menggunakan populasi, alasan lain adalah
akurasi hasil yang lebih besar. Karena jumlah bukti yang lebih
sedikit, maka kecepatan pengumpulan data lebih tinggi, dan
tersedianya elemen populasi.
G. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Penggunaan Sampling Audit

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi


penggunaan sampling audit :

 Keahlian menggunakan metode audit sampling

 Persepsi auditor terhadap metode sampling statistik


dan persepsi auditor terhadap risiko audit.
H. SAMPLING UNTUK TINGKAT
PENGECUALIAN
Auditor sangat memperhatikan jenis pengecualian
berikut dalam populasi data akuntansi:
 Menyimpan atau deviasi daripengendalian yang
diterapkan klien
 Salah saji moneter dalam populasi data transaksi
 Salah saji moneter dalam rincian transaksi saldo akun
I. Ketidakpastian dalam Sampling Audit

Ketidakpastian yang melekat dalam penerapan


prosedur-prosedur audit disebut risiko audit.
Risiko audit terdiri dari :
(a) Risiko bawaan dan risiko pengendalian,
(b) Risiko deteksi
Aspek-Aspek Risiko Audit adalah Risiko Sampling dan Risiko
Non-Sampling:
 Risiko Sampling
auditor memperhatikan dua aspek dari risiko sampling :
– Risiko keliru menerima (risk of incorrect acceptance)
– Risiko keliru menolak (risk of incorrect rejection),
Auditor juga memperhatikan dua aspek risiko sampling
dalam menyelenggarakan pengujian pengendalian jika ia
menggunakan sampling :
– Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu
rendah (risk of assessing control risk too low),
– Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu
tinggi (risk of assessing control risk too high),
• Risiko Non-Sampling
merupakan resiko bahwa suatu pengujian audit tidak
dapat mengungkapkan adanya penyimpangan
dalam sampel.
penyebab risiko non-sampling adalah:
auditor gagal untuk mengetahui adanya
penyimpangan
tidak tepat atau tidak efektifnya prosedur audit
-SELESAI-

Anda mungkin juga menyukai