Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Rizky Amalia
22010116220347
Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga. Biaya hidup ditanggung oleh
suaminya yang bekerja sebagai buruh. Biaya pengobatan dengan JKN PBI.
Tidak ada tetangga maupun keluarga pasien yang menderita sakit atau
keluhan yang sama.
Kesan sosial ekonomi: kurang.
PEMERIKSAAN FISIK
TANDA VITAL
Keadaan Umum Tampak sakit sedang
Kesadaran Compos mentis, GCS E3M5V4=12
Tanda Vital
Assessment : -
Rencana Awal
Dx : Pemeriksaan GDS serial, BGA ulang, pemeriksaan urine lengkap
Rencana Awal
Dx : kultur darah, kultur urine
Rencana Awal
Dx : BGA ulang
Rx : Rawat luka
Paracetamol 3x500 mg
Mx : Keadaan umum, tanda vital
Ex : • Menjelaskan kepada keluarga pasien bahwa pasien mengalami
suatu infeksi bakteri di kulit yang menyebabkan kulit menjadi
bengkak, kemerahan dan nyeri, untuk tatalaksananya dilakukan
rawat luka dan diberikan anti nyeri
CATATAN KEMAJUAN
20 OKTOBER 2018
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal Ket.
Kimia Klinik
Glukosa sewaktu 508 mg/dL 70 – 115 H
Blood Gas Analysis
PH 7,194 -
PCO2 16,1 mmHg 33 – 44 L
PO2 303 mmHg 71 – 104 H
PH (37C) 7,151 - H
PO2 (37C) 319 mmHg H
PCO2 (37C) 18,5 mmHg L
TCO2 6,7 mmol/L 23 – 27 L
SO2% 99,9 % 94 – 98
O2 CT 17,9 V% H
HCT 37,6 % 35 – 45
HB 12,2 g/dL 11,7 – 15,5
SBC 9,5 mmol/L H
A mmHg
A/A -
O2 CAP V%
A-aDo2 222 mmHg H
BE ECF -22,1 mmol/L L
RI 0,73 - H
BE B -19,9 mmol/L -2 - +3 L
HCO3 6,2 mmol/L 22 – 29 L
Tanggal 20 Oktober 2018 pukul 21.10
S : Henti nafas, henti jantung
O : TD: - Nadi: - RR: - SpO2: -
A : Cardiac arrest ec KAD
Sepsis
Asidosis metabolik
Erisipelas
P : RJP + bagging O2 (2 siklus)
Nadi (-)
RJP + bagging O2 + Inj. Epinefrin 1 Amp
RJP + bagging O2 + Inj. Epinefrin 1 Amp
sRJP + bangging O2
Nadi (-), pupil midriasis maksimal, eko flat
Pasien dinyatakan meninggal
PEMBAHASAN
• Pada kasus ini, dari hasil anamnesis dengan pasien didapapatkan bahwa
pasien datang dengan keluhan penurunan kesadaran. Penurunan
kesadaran terjadi 2 jam sebelum dibawa ke rumah sakit. Sebelumnya pasien
datang ke Puskesmas dengan keluhan lemas sejak 3 hari ini, lemas dirasakan
di seluruh tubuh dan terus-menerus. Lemas menyebabkan pasien hanya
berbaring di tempat tidur. Lemas membuat pasien sulit untuk makan dan
minum sehingga keluarga membawa pasien ke Puskesmas. Pasien sudah
diwarat di Puskesmas selama 2 hari. 1 hari ini pasien mengeluhkan sesak dan
kesadaran pasien menurun sejak 2 jam sebelum dibawa ke rumah sakit.
Sesak dirasakan terus menerus sehingga pasien dirujuk ke RSUD dr. Soetrasno
Rembang. Pasien juga mengeluhkan demam sejak 1 hari sebelum dirawat
di Puskesmas. Pasien tidak mengeluhkan mual maupun muntah. BAB dan
BAK tidak ada keluhan. Pasien memiliki riwayat sakit kencing manis sejak 5
tahun yang lalu namun tidak meminum obat rutin.
• Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit sedang dengan
kesadaran apatis, GCS: E3M5V4= 12, respiration rate 36x/menit (takipneu),
heart rate 145x/menit (takikardi). Pada tangan kanan pasien didapatkan
luka dengan edem, ekskoriasi dan eritem.
• Hasil pemeriksaan penunjang laboratorium yang dilakukan di RSUD dr.
Soetrasno Rembang pada tanggal 20 Oktober 2018 menunjukkan hasil
leukositosis (41,22 103/uL), trombositosis (640 103/uL), hiperglikemia (> 600
mg/dL), protein urine positif 1, reduksi urine positif 3, reaksi pH urine 5,5, keton
urine positif 3, silinder granula halus urine positif, bakteri urine positif, asidosis
metabolik terkompensasi sebagian (BGA: pH , PCO2 , HCO3 ), shift to the
left, peningkatan kadar kreatinin serum (1,04 mg/dL), hiponatremia (133,9
mmol/L) dan hiperkloremia (108,3 mmol/L).
• Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
tersebut, didapatkan assessment ketoasidosis diabetic, sepsis, asidosis
metabolik dan erisipelas. Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah keadaan
dekompensasi kekacauan metabolik yang ditandai oleh trias hiperglikemia,
asidosis, dan ketosis, terutama disebabkan oleh defisiensi insulin absolut atau
relatif. Pada pasien ini didapatkan semua trias tersebut sehingga pasien
ditatalaksana sesuai tatalaksana ketoasidosis diabetik. Tatalaksana yang
diberikan untuk mengatasi keadaan ketoasidosis pada pasien ini adalah
dengan pemberian infus NaCl 1000 cc loading, insulin bolus 10 iu sliding
scale 0,5 cc/jam, memasang DC untuk monitoring urine output,
memasangkan O2 nasal canul 3 lpm, dan koreksi bicnat 100 ml.
• Daftar masalah kedua dari pasien ini adalah sepsis. Diagnosis awal sepsis pada
pasien ini dilakukan dengan menggunakan quick SOFA score. Dari tiga komponen
quick SOFA, pada pasien ini didapatkan peningkatan frekuensi pernafasan >
22x/menit dan gangguan status mental akut (GCS: E3M5V4= 12) sehingga dapat
dikatakan pasien termasuk ke dalam kriteria sepsis dan dapat ditatalaksana awal
sebagaimana tatalaksana pasien sepsis walaupun belum dilakukan penghitungan
skor SOFA. Pada pasien ini diberikan injeksi ceftriaxone 2 gram/24 jam dan injeksi
ciprofloxacin 400 mg/12 jam. Untuk selanjutnya dapat dilakukan penghitungan skor
SOFA untuk lebih mengetahui fungsi organ pasien dan tingkat kegagalan organ
yang dialami. Faktor pencetus tersering dari KAD adalah infeksi, dan diperkirakan
sebagai pencetus lebih dari 50% kasus KAD. Pada infeksi akan terjadi peningkatan
sekresi kortisol dan glukagon sehingga terjadi peningkatan kadar gula darah yang
bermakna. Faktor lainnya adalah cerebrovascular accident, alcohol abuse,
pankreatitis, infark jantung, trauma, pheochromocytoma, obat, DM tipe I yang baru
diketahui dan diskontinuitas (kepatuhan) atau terapi insulin inadekuat. Infeksi yang
diketahui paling sering mencetuskan KAD adalah infeksi saluran kemih dan
pneumonia. Pneumonia atau penyakit paru lainnya dapat mempengaruhi
oksigenasi dan mencetuskan gagal napas, sehingga harus selalu diperhatikan
sebagai keadaan yang serius dan akan menurunkan kompensasi respiratorik dari
asidosis metabolik. Infeksi lain dapat berupa infeksi ringan seperti skin lesion atau
infeksi tenggorokan. Angka kematian menjadi lebih tinggi pada beberapa
keadaan yang menyertai KAD, seperti sepsis, syok berat, infark miokard akut yang
luas, pasien usia lanjut, kadar glukosa darah awal yang tinggi, uremia dan kadar
keasaman darah yang rendah.
• Dari anamnesis pasien mengeluhkan sesak dan pada pemeriksaan fisik
didapatkan respiration rate 36x/menit (takipneu). Pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan reaksi pH urine 5,5 dan hasil blood gas analysis
menunjukkan pH , PCO2 , HCO3 sehingga pasien ini di assess dengan
asidosis metabolik terkompensasi sebagian. Seiring dengan menurunnya pH
darah, pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat sebagai usaha
tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan cara
menurunkan jumlah karbon, ginjal juga berusaha mengkompensasi
keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam dalam
air kemih. Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus
menerus menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat
dan berakhir dengan keadaan koma. Tatalaksana untuk asidosis metabolik
pada pasien ini diberikan sesuai tatalaksana untuk pasien ketoasidosis
metabolik.
• Pemeriksaan fisik pada pasien ini juga menunjukkan adanya luka di tangan
kanan, pada luka didapatkan ekskoriasi, edem dan makula eritem yang
cukup luas melingkupi > 50% tangan kanannya, dan pasien juga
mengeluhkan bahwa luka ini terasa nyeri sehingga dapat disimpulkan
diagnosis untuk lesi pada pasien ini adalah erisipelas. Tatalaksana yang
diberikan pada pasien ini adalah rawat luka dan pemberian analgetik.
Erisipelas adalah bentuk selulitis superfisial yang mengenai pembuluh limfe.
Selulitis merupakan peradangan akut jaringan subkutis. Faktor risiko
terjadinya infeksi ini adalah trauma lokal (robekan kulit), luka terbuka di kulit,
atau gangguan pada pembuluh vena maupun pembuluh limfe.
TERIMA KASIH