Anda di halaman 1dari 42

Refleksi Kasus

ISK dan Parotitis


Pembimbing:
dr Dedy Afandi Cahyo Nugroho, M.Sc, Sp.A

Disusun:
Ribka Rosita Siregar
42170122
Identitas Pasien

 Nama : An. MITS


 No. RM : 09-xx-xx
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Tanggal Lahir : Bantul, 18 Februari 2015
 Usia : 2 tahun 8 bulan
 Alamat : Blok XI LANUD ADI Banguntapan Bantul
 HMRS : 23 Oktober 2017
 Ruang Perawatan : Ruang Parkit / 7
Keluhan Utama
Demam

Riwayat Penyakit Sekarang


1HSMRS (22 Oktober 2017) :
Pasien demam sejak pukul 04.30 WIB. Demam terus menerus, batuk (-), pilek (-),
mual (-), muntah (-), nyeri perut (-), nyeri telan (-), makan dan minum berkurang.
Pasien sudah diberi obat parasetamol yang dibeli di toko tetapi demam tidak turun.
HMRS (23 Oktober 2017):
Pasien datang ke IGD RSPAU dr. S. Hardjolukito pukul 21.22 WIB dengan demam
dan suhu 39,7oC, batuk (-), pilek (-), mual (-), muntah (-), nyeri perut (-), nyeri telan
(-), makan dan minum berkurang. Dokter di IGD memberikan parasetamol
suppositoria dan suhu tubuh pasien turun menjadi 37oC.
Riwayat Penyakit Dahulu
 ISK (+), 8 bulan yang lalu pernah dirawat di RSPAU dr. S. Hardjolukito
dengan ISK.
 Phimosis (+) 8 bulan yang lalu

Riwayat Penyakit Keluarga


 Asma (+)  ibu dan kakek

Riwayat Alergi
 Alergi (+) ibu : alergi dingin
Genogram
 Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Status paritas : G4P4A0
Antenatal care : Kunjungan antenatal selama kehamilan
dilakukan secara rutin tiap bulan di dokter spesialis
kandungan.
Partum : lahir cukup bulan (aterm), persalinan secara normal
ditolong bidan di klinik. Berat badan saat lahir 3500 gram
dengan panjang badan 49 cm.
Post-partum : Setelah lahir keadaan bayi sehat, kulit
kemerahan, langsung menangis dengan kuat, gerak aktif.

Kesan: kehamilan dan persalinan normal


Riwayat Menyusui dan MPASI
 0 – 6 bulan : ASI
 6 bulan – 2 tahun : ASI, MPASI (makanan lunak) 3
kali sehari 1 porsi (1 cangkir 250 ml), susu formula
1 kali sehari
 2 tahun – sekarang : susu formula 1 kali sehari,
makanan padat 3 kali sehari 1 piring

Kesan: ASI eksklusif 6 bulan


Riwayat Imunisasi
 Hepatitis B : 4 kali (usia 0,2, 4, 6 bulan)
 Hib : 3 kali (usia 2, 4, 6 bulan)
 BCG : 1 kali (usia 2 bulan)
 DPT : 3 kali (usia 2, 4, 6 bulan)
 Polio : 4 kali (usia 0, 2, 4, 6 bulan)
 Campak : 1 kali (usia 9 bulan)

Kesan: Imunisasi wajib dasar telah diberikan sesuai dengan usia.


Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Usia Motorik kasar Motorik halus Bahasa Sosial
3 bulan Mengangkat kepala Memegang mainan Tertawa / berteriak Bisa tersenyum

4 bulan Membalik badan Mengamati Menoleh ke arah suara Mengamati tangannya

6 bulan Duduk Menggaruk manic-manik, Menirukan kata-kata Memasukkan makanan


meraih ke mulut
10 bulan Bangkit untuk berdiri Mengambil kubus Berbicara satu kata Melambaikan tangan,
meminta
12 bulan Berjalan Menaruh kubus di cangkir Berbicara dua kata Menirukan kegiatan
berpegangan
14 bulan Berjalan sendiri Mencorat-coret Berbicara 3 kata Menggunakan sendok
garpu
20 bulan Berjalan naik tangga Menyusun menara dari Kombinasi kata Membuka pakaian
kubus
2 tahun Melempar bola Menyusun menara dari Bicara sebagian Gosok gigi dengan
kubus dimengerti bantuan

Kesan : Pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan usia


Pemeriksaan Fisik

Status Generalis Vital sign


 Keadaan umum : Sedang  Tekanan darah : 90/70 mmHg
 Kesadaran : Compos Mentis  Suhu : 36,6oC
 GCS : E4 M5 V6  Nadi : 110 x/menit
 Nafas : 26 x/menit
Status Gizi
 Berat badan : 11 kg
 Tinggi badan : 90 cm
Status Lokalis
Leher
 KGB : pembesaran kelenjar submandibula sinistra 3 – 4 cm, permukaan rata,
konsistensi kenyal, eritema (-), nyeri tekan (-), nyeri telan (-)
Thorax Cor
 Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat
 Palpasi : iktus cordis di SIC 5 linea midclavicula sinistra
 Perkusi : Kesan kontur jantung normal
 Auskultasi : BJ S1 S2 reguler cepat, bising (-)
Thorax Pulmo
 Inspeksi : Gerakan dada simetris, ketinggalan gerak (-), retraksi (-)
 Palpasi : Tidak teraba benjolan, nyeri tekan (-), ketinggalan gerak (-)
 Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
 Auskultasi : Vesikuler (+/+)
Punggung
 Nyeri tekan (-), nyeri ketok costovertebra (-)

Abdomen
 Inspeksi : Dinding perut sejajar dinding dada, distensi (-)
 Auskultasi : Bising usus (+)
 Perkusi :Timpani
 Palpasi : Abdomen teraba supel, nyeri tekan (-), turgor dan elastisitas
kulit baik
Abdomen (Hepar)
 Tidak teraba, tidak ada pembesaran, nyeri (-)
Abdomen (Lien)
 Tidak teraba, nyeri (-)
Ekstremitas
 Gerakan aktif, akral teraba hangat, perabaan nadi cukup
kuat dan reguler, capillary refill <2 detik, edema(-).

Anogenital
 Anal : massa (-), eritema (-), lesi (-)
 Genital : phimosis (-), smegma (-), sisa urin (-), skrotum
normal, lubang penis normal
Kepala
 Kepala : Normocephali
 Mata : Hematoma (-), SI (-/-), CA (-/-), pupil isokor,
refleks cahaya (+/+), mata cekung (-)
 Hidung : Nafas cuping hidung (-), dicharge hidung (-)
 Mulut : sianosis (-), mukosa oral basah
 Telinga : Edema (-), discharge telinga (-), kelainan anatomi
(-)
Kesimpulan Keadaan Pasien

Data Aktif
 Pasien demam (+), pembesaran kelenjar submandibula
sinistra 3 – 4 cm, permukaan rata, konsistensi kenyal,
penurunan nafsu makan (+), nyeri tekan (-), nyeri telan (-)

Data Pasif
 Riwayat ISK dan phimosis 8 bulan yang lalu, ketiga
kakaknya mengalami parotitis, riwayat asma dari ibu dan
kakek, riwayat alergi dingin ibu.
Diagnosa Banding

 Infeksi Saluran Kemih (ISK)


 Demam Dengue
 Parotitis
 Kalkulus salivarius
Planning

 Pantau keadaan umum dan vital sign


 Pemeriksaan darah lengkap dan urinalisa untuk melihat
adanya infeksi
 Pemberian antipiretik dan antibiotik
Pemeriksaan Penunjang
(Darah Lengkap 23 Okt 2017)
Nama Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hemoglobin 12,3 g/dl 12,0 – 16,8
Leukosit 11.320 /mm3 4.600 – 10.000
Hematokrit 36,63 % 40 – 54
Eritrosit 4,73 jt/mm3 3,9 – 5,9
Trombosit 296.000 /mm3 150.000 – 400.000
MCV 77 fL 82 – 95
MCH 25,9 pg 27 – 31
MCHC 33,5 g/dl 32 – 36
LED 12 mm/jam <10
Hitung Jenis Leukosit
Basofil 0 % 0 -1
Eosinofil 1 % 2–4
Batang 0 % 3–5
Segmen 67 % 50 – 70
Limfosit 30 % 25 – 40
Monosit 2 % 2–6
Pemeriksaan Urin (24 Okt 2017)
Nama Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Makroskopis urin lengkap
Warna Kuning Kuning muda – tua
Kejernihan Jernih Jernih
Bau Khas Normal/khas
Protein Negatif Negatif
Reduksi Negatif Negatif
pH 8.0 4,6 – 8,6
Berat jenis 1.010 1.003 – 1.030
Bilirubin Negatif Negatif
Mikroskopis urin lengkap
Eritrosit 0–1 /LPB 0–1
Leukosit 0–1 /LPB 0–2
Epitel +1 /LPK +1
Silinder Negatif Negatif
Kristal Negatif Negatif
Bakteri Negatif Negatif
Lain-lain -
Diagnosis
 ISK
 Parotitis

Tata Laksana
 Terapi Cairan (Ringer Laktat)
 Infus RL, BB: 11 kg (Menggunakan Rumus Holiday Segar)
 Untuk 10 kg pertama : 100 ml/kgBB  100 x 10 = 1000 ml
 Untuk 1 kg kedua : 50 ml/kgBB  50 x 1 = 50 ml
 Kebutuhan total cairan infus RL adalah 1050 mml/hari
 Tetes mikro =
1/3x Kebutuhan cairan perhari x factor tetes = 1/3 x 1050 ml x 60 = 14,58 tpm
Waktu (jam x menit) 24 x 60
Antibiotik
 Injeksi cefotaksim 150mg/kgBB dibagi 3 dosis =
1650 mg dibagi 3 dosis = 550 mg
Antipiretik
 Parasetamol 3 x (10 mg/kgBB) = 3 x 110 mg
Imunos sirup 1 x 1 cth
TINJAUAN PUSTAKA
ISK (Infeksi Saluran Kemih)
 Definisi
Infeksi saluran kemih adalah keadaan bertumbuh dan berkembang
biaknya kuman atau mikroba di dalam saluran kemih dalam jumlah
bermakna.

 Etiologi
- 60 – 80% pada ISK serangan pertama  Escherichia coli (E. Coli).
- Penyebab lain  Proteus mirabillis, Klebsiella pneumonia, Klebsiella
oksitoka, Proteus vulgaris, Pseudomonas aeroginosa, Enterobakter
aerogenes, Morganella morganii, Stafilokokus dan Enterokokus.
- Pada ISK kompleks sering ditemukan bakteri yang virulensinya rendah
seperti Pseudomonas, golongan Streptokokus grup B, Stafilokokus
aureus atau epidermidis.
 Faktor Predisposisi
- Jenis kelamin perempuan
- anak laki-laki yang tidak sirkumsisi
- phimosis pada anak laki-laki
- sering menahan buang air kecil
- Konstipasi
- Pemakaian popok sekali pakai dalam jangka waktu lama
- anak dengan gizi buruk atau kekebalan tubuh yang rendah
- refluks ureterovesikal
- kelainan anatomi
Klasifikasi

 Berdasarkan gejala klinis:


ISK asimtomatik dan simtomatik.
 Berdasarkan lokasi infeksi:
ISK atas dan ISK bawah
 Berdasarkan kelainan saluran kemih :
ISK simpleks dan ISK kompleks.
Patogenesis
 Bakteri dari flora periuretra berada di distal uretra. Bakteri dalam urin
dapat berasal dari ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra. Mukosa kandung
kemih dilapisi oleh Glycoprotein Mucin LayerGlycoprotein Mucin Layer yang
berfungsi sebagai anti bakteri. Robeknya lapisan ini dapat menyebabkan
bakteri dapat melekat dan membentuk koloni pada permukaan mukosa,
menembus epitel dan terjadi peradangan.
 Bakteri akan mudah masuk jika terjadi refluks vesikoureter. Bakteri dapat
masuk ke dalam saluran kemih melalui 3 jalur, yaitu:
- Asenden
- Hematogen
- Perluasan langsung
Manifestasi Klinis
 Neonatus  tidak spesifik dapat berupa apatis, anoreksia, ikterus atau
kolestatis, muntah, diare, demam, tidak mau minum, oliguria, iritabel atau
distensi abdomen.
 Bayi sampai 1 tahun demam, penurunan berat badan, gagal tumbuh, nafsu
makan berkurang, cengeng, kolik, muntah, diare, ikterus dan distensi
abdomen, palpasi ginjal nyeri
 1 - 4 tahun gejala dapat berupa demam tinggi hingga kejang, muntah, diare
bahkan timbul dehidrasi.
 Pielonefritis  demam tinggi disertai menggigil, gejala saluran cerna seperti
mual, muntah, diare. Dapat ditemukan nyeri pinggang, iritabel dan kejang.
Nefritis bakterial fokal akut adalah salah satu bentuk pielonefritis yang
merupakan nefritis bakterial interstitial dan dulu dikenal sebagai nefropenia
lobal.
 Sistitis demam jarang melebihi 38 o C, biasanya ditandai dengan nyeri perut
bagian bawah, serta gangguan berkemih berupa frequensi, nyeri waktu
berkemih, rasa tidak nyaman di suprapubik, urgensi, kesulitan berkemih,
retensi urin dan enuresis.
Diagnosis
 Rekomendasi American Academy of Pediatrics (AAP)
 Bayi dibawah 2 bulan, setiap demam harus dipikirkan kemungkinan ISK dan
perlu dilakukan kultur urin.
 Pada anak usia 2 bulan sampai 2 tahun dengan demam yang tidak diketahui
penyebabnya, kemungkinan ISK harus dipikirkan dan perlu dilakukan kultur
urin dan anak dilakukan tata laksana sebagai pielonefritis.
 Untuk anak perempuan usia 2 bulan sampai 2 tahun, AAP membuat patokan
sederhana berdasarkan 5 gejala klinik,
- suhu tubuh 39oC atau lebih
- demam berlangsung 2 hari atau lebih
- ras putih
- umur dibawah satu tahun
- tidak ditemukan kemungkinan penyebab demam lainnya
Bila ditemukan 2 atau lebih maka sensitivitas untuk kemungkinan ISK mencapai
95% dengan spesifisitas 31%.
Pemeriksaan Laboratorium

 Urinalisis
 Leukosituria (>5/LPB), nitrit, leukosit esterase,
hematuria (>5/LPB)
 Darah
 Leukositosis, peningkatan neutrofil, peningkatan LED
 Kultur Urin
Interpretasi hasil biakan urin
Cara Pengambilan urin Jumlah Koloni Kemungkinan Infeksi

Pungsi suprapubik Bakteri Gram negatif : asal >99%


ada
Bakteri gram positif:
beberapa ribu
Kateterisasi >105 95%
104 – 105 Diperkirakan ISK
103 – 104 Diragukan, ulangi
Urin pancar tengah
Laki-laki >104 Diperkirakan ISK
Perempuan 3 x biakan >105 95%
2 x biakan >105 90%
1 x biakan >105 80%
5x104 – 105 Diragukan, ulangi
104 – 5x104 (klinis Diperkirakan ISK, ulangi
simtomatik) Tidak ada ISK
104 – 5x104 (klinis
asimtomatik) Tidak ada ISK
Terapi
 Simtomatik
 Antibiotik
PAROTITIS
 Definisi
Parotitis adalah penyakit virus akut yang biasanya menyerang
kelenjar ludah terutama kelenjar parotis (sekitar 60% kasus)

 Etiologi
Anggota kelompok paramyxovirus, termasuk virus parainfluenza,
measles dan virus necastle disease. Mumps merupakan virus RNA
rantai tunggal genus Rubulavirus subfamily Paramyxovirinae dan
family paramyxoviridae. Virus ini aktif dalam permukaan kering tapi
hanya dapat bertahan selama 4 hari pada suhu ruang. Paramyxovirus
dapat hancur pada suhu <4oC oleh formalin, eter serta pemaparan
cahaya ultraviolet selama 30 detik, virus masuk dalam tubuh melalui
hidung atau mulut.
Patogenesis
 Virus mumps masuk melalui hidung atau mulut berasal dari percikan ludah,
muntahan dan urin  Masa inkubasi 14 – 24 hari kemudian virus bereplikasi
di dalam traktus respiratorius atas  Semakin banyak penumpukan virus di
dalam tubuh sehingga terjadi proliferasi di parotis/epitel traktus
respiratorius kemudian terjadi viremia  virus berdiam di jaringan
kelenjar menginfeksi glandula parotis.
 Reaksi inflamasi merangsang
- keluarnya bradikinin merangsang saraf sensorik dan mengakibatkan nyeri.
- pengeluaran histamin yang berakibat pada peningkatan permeabilitas
pembuluh darah sehingga terjadi edema pada pipi. Edema pada pipi dapat
menekan saraf aurikula temporal sehingga terjadi nyeri pada telinga.
- keluarnya IL – 1, kemudian IL – 1 menghasilkan pirogen endogen yang
diteruskan menuju hipotalamus sebagai pusat regulasi tubuh untuk
merangsang prostaglandin dan akan menimbulkan demam.
Manifestasi Klinis
 Masa inkubasi 14 – 24 (puncak hari ke – 17&18)
 (1 – 2 hari) nampak bersama dengan demam (suhu 38,5 –
40 oC), sakit kepala, nyeri otot, kehilangan nafsu makan,
nyeri rahang bagian belakang saat mengunyah, malaise,
dan sulit membuka mulut.
 Pembengakakan terjadi cepat dalam beberapa jam
(puncak 1 – 3 hari)
Terapi

 Simtomatik
- Analgetik
- Antipiretik
Daftar Pustaka
 Rusdidjas, Ramayati R. Infeksi Saluran Kemih. Dalam: Atlatas H, Tambunan T, Trihono PP,
Pardede SO. Buku Ajar Nefrologi Anak. Edisi 2. IDAI 2002. 142 – 163.
 Pardede SO, Tambunan T, Atlatas H, Trihono PP, Hidayati EL. 2011. Konsensus Infeksi Saluran
Kemig pada Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi:
Jakarta. 1 – 34.
 Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandraputra EP, Harmoniati ED. 2009. Infeksi
Saluran Kemih. Dalam: Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. 136 – 140.
 Gonzalez R. Infeksi Saluran Kemih. Dalam: Behrman RE, Kliegman R, Arvin AM. Wahad AS.
2000. Nelson, Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15, vol 3, EGC. 1863 – 1868.
 Behrman, Richard E, Robert M, Kliegman, Ann M, Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson.
Jakarta: EGC
 Ray, CG. 2008. Buku Ajara Ilmu Penyakit Dalam Harrison. Jakarta: EGC
 Soedarmo, SSP, Garna Hm Hadinegoro SRS, Satari HI. 2008. Buku Ajar Infeksi dan Pediatrik
Tropis. Jakarta: IDAI
 Satari, Hindra Irawan, et al. Studi Sero Epidemiologi pada Antibodi Mumps Anak Sekolah Dasar
di Jakarta. Sari pediatri, vol 6. No 3, Desember 2004. P-134 – 137.
 Depkes RI. Mumps (parotitis epidemika). Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas. 2007.
Jakarta. P.158
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai