Disusun:
Ribka Rosita Siregar
42170122
Identitas Pasien
Riwayat Alergi
Alergi (+) ibu : alergi dingin
Genogram
Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Status paritas : G4P4A0
Antenatal care : Kunjungan antenatal selama kehamilan
dilakukan secara rutin tiap bulan di dokter spesialis
kandungan.
Partum : lahir cukup bulan (aterm), persalinan secara normal
ditolong bidan di klinik. Berat badan saat lahir 3500 gram
dengan panjang badan 49 cm.
Post-partum : Setelah lahir keadaan bayi sehat, kulit
kemerahan, langsung menangis dengan kuat, gerak aktif.
Abdomen
Inspeksi : Dinding perut sejajar dinding dada, distensi (-)
Auskultasi : Bising usus (+)
Perkusi :Timpani
Palpasi : Abdomen teraba supel, nyeri tekan (-), turgor dan elastisitas
kulit baik
Abdomen (Hepar)
Tidak teraba, tidak ada pembesaran, nyeri (-)
Abdomen (Lien)
Tidak teraba, nyeri (-)
Ekstremitas
Gerakan aktif, akral teraba hangat, perabaan nadi cukup
kuat dan reguler, capillary refill <2 detik, edema(-).
Anogenital
Anal : massa (-), eritema (-), lesi (-)
Genital : phimosis (-), smegma (-), sisa urin (-), skrotum
normal, lubang penis normal
Kepala
Kepala : Normocephali
Mata : Hematoma (-), SI (-/-), CA (-/-), pupil isokor,
refleks cahaya (+/+), mata cekung (-)
Hidung : Nafas cuping hidung (-), dicharge hidung (-)
Mulut : sianosis (-), mukosa oral basah
Telinga : Edema (-), discharge telinga (-), kelainan anatomi
(-)
Kesimpulan Keadaan Pasien
Data Aktif
Pasien demam (+), pembesaran kelenjar submandibula
sinistra 3 – 4 cm, permukaan rata, konsistensi kenyal,
penurunan nafsu makan (+), nyeri tekan (-), nyeri telan (-)
Data Pasif
Riwayat ISK dan phimosis 8 bulan yang lalu, ketiga
kakaknya mengalami parotitis, riwayat asma dari ibu dan
kakek, riwayat alergi dingin ibu.
Diagnosa Banding
Tata Laksana
Terapi Cairan (Ringer Laktat)
Infus RL, BB: 11 kg (Menggunakan Rumus Holiday Segar)
Untuk 10 kg pertama : 100 ml/kgBB 100 x 10 = 1000 ml
Untuk 1 kg kedua : 50 ml/kgBB 50 x 1 = 50 ml
Kebutuhan total cairan infus RL adalah 1050 mml/hari
Tetes mikro =
1/3x Kebutuhan cairan perhari x factor tetes = 1/3 x 1050 ml x 60 = 14,58 tpm
Waktu (jam x menit) 24 x 60
Antibiotik
Injeksi cefotaksim 150mg/kgBB dibagi 3 dosis =
1650 mg dibagi 3 dosis = 550 mg
Antipiretik
Parasetamol 3 x (10 mg/kgBB) = 3 x 110 mg
Imunos sirup 1 x 1 cth
TINJAUAN PUSTAKA
ISK (Infeksi Saluran Kemih)
Definisi
Infeksi saluran kemih adalah keadaan bertumbuh dan berkembang
biaknya kuman atau mikroba di dalam saluran kemih dalam jumlah
bermakna.
Etiologi
- 60 – 80% pada ISK serangan pertama Escherichia coli (E. Coli).
- Penyebab lain Proteus mirabillis, Klebsiella pneumonia, Klebsiella
oksitoka, Proteus vulgaris, Pseudomonas aeroginosa, Enterobakter
aerogenes, Morganella morganii, Stafilokokus dan Enterokokus.
- Pada ISK kompleks sering ditemukan bakteri yang virulensinya rendah
seperti Pseudomonas, golongan Streptokokus grup B, Stafilokokus
aureus atau epidermidis.
Faktor Predisposisi
- Jenis kelamin perempuan
- anak laki-laki yang tidak sirkumsisi
- phimosis pada anak laki-laki
- sering menahan buang air kecil
- Konstipasi
- Pemakaian popok sekali pakai dalam jangka waktu lama
- anak dengan gizi buruk atau kekebalan tubuh yang rendah
- refluks ureterovesikal
- kelainan anatomi
Klasifikasi
Urinalisis
Leukosituria (>5/LPB), nitrit, leukosit esterase,
hematuria (>5/LPB)
Darah
Leukositosis, peningkatan neutrofil, peningkatan LED
Kultur Urin
Interpretasi hasil biakan urin
Cara Pengambilan urin Jumlah Koloni Kemungkinan Infeksi
Etiologi
Anggota kelompok paramyxovirus, termasuk virus parainfluenza,
measles dan virus necastle disease. Mumps merupakan virus RNA
rantai tunggal genus Rubulavirus subfamily Paramyxovirinae dan
family paramyxoviridae. Virus ini aktif dalam permukaan kering tapi
hanya dapat bertahan selama 4 hari pada suhu ruang. Paramyxovirus
dapat hancur pada suhu <4oC oleh formalin, eter serta pemaparan
cahaya ultraviolet selama 30 detik, virus masuk dalam tubuh melalui
hidung atau mulut.
Patogenesis
Virus mumps masuk melalui hidung atau mulut berasal dari percikan ludah,
muntahan dan urin Masa inkubasi 14 – 24 hari kemudian virus bereplikasi
di dalam traktus respiratorius atas Semakin banyak penumpukan virus di
dalam tubuh sehingga terjadi proliferasi di parotis/epitel traktus
respiratorius kemudian terjadi viremia virus berdiam di jaringan
kelenjar menginfeksi glandula parotis.
Reaksi inflamasi merangsang
- keluarnya bradikinin merangsang saraf sensorik dan mengakibatkan nyeri.
- pengeluaran histamin yang berakibat pada peningkatan permeabilitas
pembuluh darah sehingga terjadi edema pada pipi. Edema pada pipi dapat
menekan saraf aurikula temporal sehingga terjadi nyeri pada telinga.
- keluarnya IL – 1, kemudian IL – 1 menghasilkan pirogen endogen yang
diteruskan menuju hipotalamus sebagai pusat regulasi tubuh untuk
merangsang prostaglandin dan akan menimbulkan demam.
Manifestasi Klinis
Masa inkubasi 14 – 24 (puncak hari ke – 17&18)
(1 – 2 hari) nampak bersama dengan demam (suhu 38,5 –
40 oC), sakit kepala, nyeri otot, kehilangan nafsu makan,
nyeri rahang bagian belakang saat mengunyah, malaise,
dan sulit membuka mulut.
Pembengakakan terjadi cepat dalam beberapa jam
(puncak 1 – 3 hari)
Terapi
Simtomatik
- Analgetik
- Antipiretik
Daftar Pustaka
Rusdidjas, Ramayati R. Infeksi Saluran Kemih. Dalam: Atlatas H, Tambunan T, Trihono PP,
Pardede SO. Buku Ajar Nefrologi Anak. Edisi 2. IDAI 2002. 142 – 163.
Pardede SO, Tambunan T, Atlatas H, Trihono PP, Hidayati EL. 2011. Konsensus Infeksi Saluran
Kemig pada Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi:
Jakarta. 1 – 34.
Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandraputra EP, Harmoniati ED. 2009. Infeksi
Saluran Kemih. Dalam: Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. 136 – 140.
Gonzalez R. Infeksi Saluran Kemih. Dalam: Behrman RE, Kliegman R, Arvin AM. Wahad AS.
2000. Nelson, Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15, vol 3, EGC. 1863 – 1868.
Behrman, Richard E, Robert M, Kliegman, Ann M, Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson.
Jakarta: EGC
Ray, CG. 2008. Buku Ajara Ilmu Penyakit Dalam Harrison. Jakarta: EGC
Soedarmo, SSP, Garna Hm Hadinegoro SRS, Satari HI. 2008. Buku Ajar Infeksi dan Pediatrik
Tropis. Jakarta: IDAI
Satari, Hindra Irawan, et al. Studi Sero Epidemiologi pada Antibodi Mumps Anak Sekolah Dasar
di Jakarta. Sari pediatri, vol 6. No 3, Desember 2004. P-134 – 137.
Depkes RI. Mumps (parotitis epidemika). Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas. 2007.
Jakarta. P.158
TERIMA KASIH