Anda di halaman 1dari 23

SISTEM ENDOKRIN

PADA
INVERTEBRATA
Kelompok 9

DENIS PANCARANI 1602516


GITA ANDINA MARYANI 1600189
RIZKA UTAMI DEWI 1600762
SALMA NUR FAUZIYAH 1600746
SITI TAHANY RIFA FAIDAH 1601915
Sel ■ Sel neurosekretori adalah sel
yang berbentuk seperti sel saraf
Neurosekret tetapi berfungsi sebagai

ori penghasil hormon


■ Sejumlah invertebrata tidak
mempunyai organ khusus untuk
sekresi hormon sehingga
sekresinya dilaksanakan oleh sel
neurosekretori/Neurosecretory
Cell (NSC).
■ Sel neurosekretori dapat
ditemukan pada semua Metazoa
(hewan bersel banyak).
COLENTERATA
1
■ Pada colenterata, sel endokrin

Colenterata terdapat pada neuron yang


tersebar pada sel epitel epidermis
dan gastrodermis
■ Sel Neurosekretori terdiri dari
1. sel subepidermal - ganglion
2. sel sensorik
■ Apabila kepala Hydra dipotong,
sisa tubuhnya akan mengeluarkan
molekul peptida yang disebut
aktivator kepala. Zat tersebut
menyebabkan sisa tubuh Hydra
dapat membentuk mulut dan
tentakel, dan selanjutnya
membentuk daerah kepala.
PLATYHELMINT
HES 2
■ Hewan ini dapat menghasilkan
hormon yg berperan penting dlm
proses regenerasi. Diduga, hormon
yang dihasilkan tersebut juga terlibat
dalam regulasi osmotic dan ionic,
serta dlm proses reproduksi.

■ Hormon dihasilkan oleh sel –sel


neurosekresi (sel-sel yang berfungsi
menghasilkan hormon yang
diperlukan suatu organisme) terdapat
pada gaglion otak.
Mekanisme:

Pada saat musim kawin, organ betina


cacing hati akan menghasilkan sekret
dari kelenjar vitelin untuk menghasilkan
kuning telur dan bahan-bahan cangkang
telur. Selain itu, terdapat kelenjar
Mehlis dimana sekretnya akan
melumasi lintasan telur di dalam uterus
dan memperkeras cangkok telur. Sekresi
kelenjar Mehlis juga tampaknya
mengaktifkan spermatozoa
NEMATODA
3
Sejumlah nematoda dapat
ganti kulit (molting) hingga 4
kali dalam siklus hidupnya.
Hewan ini mempunyai
struktur khusus yg berfungsi
untuk sekresi neurohormon,
yang berkaitan erat dengan
sistem saraf.
MEKANISME

Molting membutuhkan struktur khusus yang berfungsi untuk sekresi


neurohormon yang berkaitan dengan sistem saraf. Struktur khusus terdapat
pada ganglion di daerah kepala kelenjar esophageal mengeluarkan sekret
parasitis (secretome), jumlahnya ada 3 (1 dorsal dan 2 sub ventral). Sekret
dikeluarkan melalui stylet. Sekret yang dihasilkan dapat menginfeksi
tumbuhan inangnya.
ANNELIDA
4
■ Sejumlah Annelida seperti
Poliseta (misalnya Neris),
Oligoseta (misalnya
Lumbricus), dan Hirudinae
(misalnya lintah), dalam otak
hewan tersebut memiliki
sejumlah besar sel saraf yang
berfungsi sebagai sel
sekretori
■ Telah memiliki sistem sirkulasi
yang berkembang sangat
baik sehingga kebutuhan
untuk menyelenggarakan
sistem kendali endokrin dapat
terpenuhi
■ Sistem endokrin pada
Annelida berkaitan dengan
Contoh hal tersebut ialah perubahan bentuk cacing poliseta dewasa
yang dikenal dengan istilah epitoki. Epitoki ialah perubahan sejumlah
ruas tubuh menjadi struktur reproduktif. Epitoki di kendalikan oleh
system neuroendokrin. Hormon yang dilepaskan bersifat menghambat
epitoki sehingga epitoki hanya akan berlangsung pada saat kadar
hormon tersebut rendah. Cara kerja hormone ini tidak di ketahui secara
jelas, tetapi diduga sekresinya di atur oleh factor lingkugan.
MOLUSCA
5
■ Pada Molusca (terutama siput),
memiliki sel neuroendokrin
yang terletak pada ganglia
penyusun sistem saraf pusat.
■ Memiliki sistem endokrin klasik.
■ Sistem reprduksi sangat rumit
karena bersifat hemaprodit.
Beberapa spesies ada yang
bersifat protandri.
■ Ditemukan juga hormon yang
merangsang pelepasan telurr
dari gonad dan pengeluaran
telur dari tubuh.
CRUSTACEA
6
■ Sistem endokrinnya berupa sistem
neuroendokrin, meskipun organ endokrinnya
klasik, yaitu organ Y dan kelejar mandibula.
■ Organ Y merupakan sepasang kelenjar yang
terletak di daerah toraks. Hormon dari
kelenjar Y ini diduga yang memengaruhi
proses molting.
■ Kelenjar mandibula terletak di dekat organ Y.
Crustacea juga memiliki kelenjar androgenik
yang diyakini berperan dalam
perkembangan testis dan produksi sperma.
■ Fungsi tubuh yang dikendalikan oleh sistem
endokrin antara lain osmoregulasi, denyut
jantung, komposisi darah, pertumbuhan, dan
pergantian kulit.
■ Sistem endokrin yang berkembang paling
baik dapat ditemukan pada Malakostra
(ketam, lobster, dan udang).
Organ neuroendokrin Crustacea dibagi
menjadi tiga daerah utama, yaitu sebgai
berikut
1. Kompleks kelenjar sinus. Organ
ini kadang-kadang disebut kompleks
kelenjar sinus-organ X, yang
menerima akson sel neuroendokrin
dari ganglion kepala dan lobus optik
pada tangkai mata.
2. Organ post-komisural. Organ ini
yang menerima akson dari otak da
berakhir pada awal esofagus.
3. Organ perikardinal. Organ ini
terletak sangan dekat dengan
jantung dan menerima akson dari
ganglion toraks.
SISTEM ENDOKRIN PADA CRUSTACEA
Contoh dari proses sistem endokrin pada Crustacea adalah pengubahan warna
kulit yang bertujuan sebagai penyamaran agar terhindar dari perhatian musuhnya.
kemampuan untuk mengubah warna tubuhnya berbeda-beda setiap spesiesnya.
Beberapa hewan hanya dapat mengubah warna kulit dari terang ke gelap, ada juga
yang dapat menanggapi beraneka warna latar belakang sesuai dengan tempat
penyamarannya. Perubahan warna kulit ini dipengaruhi oleh penyebaran pigmen
yang terdapat dalam kromatofor (sel pembawa pigmen).
kromatofor terletak pada sel kulit luar tubuh, tetapi dapat juga terletak pada
organ yang lebih dalam. Fungsi kromatofor dapat diubah oleh sejumlah hormon,
misalnya hormon peptida yang dihasilkan oleh kompleks kelenjar sinus. Hormon ini
menyebabkan pigmen mengumpul atau menyebar. Hormon yang dilepaskan oleh
organ perikardinal juga dianggap dapat memengaruhi fungsi kromatofor.
Insecta

7
sel
neurosekret
ori lateralis.
sel
sel
neurosekret
neurosekret
ori
ori
subesofage
medialis.
al.
Pada sistem
saraf insekta
terdapat tiga
kelompok sel
neuroendokri
n yang
utama :
Beberapa kelenjar dan sel neurosekretori pada serangga telah
diketahui menghasilkan hormon. Fungsi utama dari hormon
tersebut adalah untuk mengendalikan proses reproduksi,
pergantian kulit, dan metamorfosis. Adapun beberapa diantara
hormon tersebut adalah:

a.       Hormon Otak atau Hormon Protoraksikotropik (PTTH):


berperan dalam pergantian kulit dan dalam pengendalian
diapause. Berperan juga dalam merangsang penghasilan hormon
ekdison.
b.      Hormon Ekdison: berperan dalam hal mengawali
pertumbuhan dan perkembangan serangga, dan juga yang
menyebabkan terjadinya apolisis (peristiwa terjadinya pemisahan
epidermis dari kutikula sebagai bagian dari proses molting).
c.       Hormon Juvenil: berperan dalam hal penghambatan
Pada pergantian eksoskeleton lama dengan eksoskeleton baru pada
setiap pergantian kulIt diatur secara hormonal oleh suatu jenis hormon
yang disebut Ekdison . Pada serangga ekdison disekresikan dari sepasang
kelenjar endokrin yang disebutkelenjar Protoraks yang terletak persisi di
belakang kepala

Sel neurosekresi diotak menghasilkan hormon otak namun hormon


tersebut disimpan dan dikeluarkan dari organ yang disebut korpus
kardiakum. Hormon otak memberi sinyal pada organ target utamanya yaitu
kelenjar protoraks untuk menghasilkan hormon ekdison. Sekresi hormon
ekdison terjadi secara bertahap dan setiap pembebasan hormon ini
merangsang pergantian kulit. Hormon juvenil yang disekresikan oleh kapsul
allatum akan menentukan hasil pergantian kulit tersebut.

Anda mungkin juga menyukai