Anda di halaman 1dari 23

Leukemia Granulositik

Kronik
Yunita Vearayanti Siokh (10-2012-056)
Helga Valentine Kappisa (10-2012-084)
Skenario

Tn. B 60 tahun datang ke poloklinik RS UKRIDA


dengan keluhan utama lemas sejak 2 bulan SMRS.
Pasien juga mengeluh sering demam dan keringat
dingin terutama saat malam hari. Tidak ada
keluhan batuk atau nyeri berkemih. Selain itu
pasien merasa cepat kenyang dan begah. Pasien
mengatakan hanya mengkomsumsi makanan
alami tanpa adanya pengawet dan tidak adanya
riwayat paparan radioaktif. Dikeluarga pasien tak
ada yang sakit seperti itu.
Anamnesis

Identitas Pasien
Keluhan utama
Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Penyakit keluarga
Riwayat keluarga dan Sosial
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Kesadaran Pemeriksaan fisik secara umum:
Tekanan darah Konjungtiva Anemis
Sklera non ikterik
Frekuensi nadi
Limpa teraba Schuftner 3
Temperatur
Frekuensi nafas
Pemeriksaan Penunjang

Hematologi rutin
 Leukosit >50.000/mm3
 Trombosit 500.000-600.000/mm3
 hematokrit antara 25-35%

Apus darah tepi


Apus sumsum tulang
Karyotipik
FISH
PCR
Pemeriksaan Sumsum Tulang
Pemeriksaan Apus Darah Tepi
Fase LGK Morfologi Sel
Fase awal Sangat kaya sel
Granulopoesis bergeser ke kiri secukupnya
Indeks GE (perbandingan kuantitatif antara granulopoesis dan eritopoesis) 5-6
Basofil dan eosinofil meningkat
Megakariosit dan mikrokariosit +
Fase kronik Sangat kaya sel, tidak ada sel lemak
Granulopoesis jelas bergeser ke kiri
Indeks GE >10
Basofil dan eosinofil ++
Blas –
Mikrokariosit +
Fase akselerasi Seperti fase kronik, namun terdapat pergeseran ke kiri yang meningkat
Peningkatan promielosit berlebihan
Blas ± 10%
Fase akhir (krisis blas) Blas sumsum sangat banyak, 25% dari fase akselerasi bereaksi positif dengan PAS
Basofil muda +
Eritrosit –
Trombopoesis direduksi
Diangnosa Kerja

 Leukimia granulositik kronik (LGK)


 Diagnosis LGK ditegakkan oleh adanya anemia,
splenomegali (biasanya massif), leukositosis
berat (terutama mielosit, metamielosit, dan
neutrofil), dan yang terpenting adalah
identifikasi ekspansi klonal stem cell
hematopoietik yang memproses translokasi
resiprokal antara kromosom 9 dan 22
Myelofibrosis Leukimia Mielomonositik Reaksi Leukemoid
Kronik (CMML)
Fibrosis reaktif yang monositosis persisten lebih sindrom klinis yang
berkembang progresif dan dari 1,0 monosit 109/L, tidak menyerupai leukemia di mana
merata di sumsum tulang adanya fusi gen BCR/ABL1, jumlah sel darah putih
sejalan dengan terjadinya kurang dari 20% sel blast dan meningkat lebih dari
hematopoesis di limpa dan promonosit dalam darah 25.000/mcL dalam
hati (dikenal dengan perifer dan sumsum tulang, menanggapi alergen, penyakit
metaplasia mieloid). keadaan dan displasia dalam satu atau inflamasi, infeksi, racun/toxin,
ini menyebabkan anemia dan lebih sel mieloid perdarahan, luka bakar, atau
splenomegali masif. stres fisik yang berat

Mutasi JAK2 terjadi pada anemia refrakter, seperti Reaksi leukemoid merujuk
sekitar 50% pasien, yang makrosit oval dan pada jumlah leukosit di atas
sekitar 15%-nya mengalami reticulositopenia 50 x 109/L dengan neutrofilia
mutasi TET-2 dan beberapa Menurut kriteria WHO, dan ditandai dengan
pasien membawa mutasi gen monositosis absolut (lebih dari pergeseran kiri. Pada reaksi
MPL (reseptor untuk 1 x 109 monosit/L) harus ada leukemoid peningkatan
trombopoietin). Gambaran untuk membuat diagnosis. neutrofil dan bentuk yang
khas eritrosit adalah Gambaran klinis termasuk belum matang; monosit
poikilositosis “tear drop”. splenomegali, gejala anemia, mungkin meningkat tetapi
Biopsi trefin memperlihatkan demam, perdarahan, dan eosinofil dan basofil yang
sumsum fibrotik hiperseluler.. infeksi. sering tidak ditemukan. nilai
alkali fosfatase meningkat
Etiologi

 Genetik
 faktor lingkungan (kontak dengan radiasi ionisasi )
 Zat – zat kimia (misalnya, benzen , arsen, agen antineoplastik)
Patofisiologi
Epidemologi

 Kejadian LGK mencapai 20% dari semua


leukemia pada dewasa, kedua terbanyak
setelah leukemia limfositik kronik (LLK)
 Pada umumnya menyerang usia 25-60 tahun
 Di Jepang, kejadiannya meningkat setelah
peristiwa bom atom di Nagasaki dan
Hiroshima, demikian juga di Rusia setelah
reactor Chernobil meledak.
 Insiden LGK adalah 1,5 per 100.000 orang per
tahun dan insiden pada pria lebih tinggi
daripada wanita.
Manifestasi Klinis

 fase kronik
 fase akselerasi
 fase krisis blas
Fase kronik
Fase akselerasi

 Blas 10-19% dari WBC pada darah tepi


dan/atau dari sumsum tulang berinti
 Basofil darah tepi atau sumsum tulang >20%
 Trombositopenia persisten (<100.000) yang
tidak dihubungkan dengan terapi, atau
trombositosis (>100.000) yang tidak responsif
terhadap terapi
 Peningkatan splenomegali atau jumlah
leukosit, tidak merespon pada terapi
 Perubahan sitogenik dengan abnormalitas
baru selain kromosom Philadelphia
Fase krisis blas

 Blas >20% dari darah putih pada


darah perifer atau sel sumsum
tulang berinti
 Proliferasi blas ekstramedular
 Focus besar atau cluster sel blas
dalam biopsy sumsum tulang
Tatalaksana

 Terapi LGK tergantung dari fase penyakit.


Beberapa terapi yang dipakai;
 Hydroxyurea
 Busulfan
 Imatinib mesylate
 Dasatinib dan Nilotinib
 Interferon α-2a atau Interferon α
 Cangkok sumsum tulang
Komplikasi

 Gagal sumsum tulang (Bone marrow


failure
 Infeksi.
 Hepatomegali (Pembesaran Hati)
 Splenomegali
 Limpadenopati
 Kematian
Prognosis
 Dahulu median kelangsungan hidup pasien berkisar antara 3-5 tahun
setelah diagnosis.

 Hasil klinis pasien LGK bervariasi. Pada era pra-imatinib, kematian


diperkirakan pada 10% pasien dalam 2 tahun dan sekitar 20% dalam
lebih dari 2 tahun, serta median kelangsungan hidup 4 tahun.
 Oleh karena itu, dikembangkan beberapa model prognostik. yang
mengidentifikasi kelompok risiko yang berbeda pada LGK. Prognostik
yang paling banyak digunakan adalah sistem staging yang berasal dari
analisa multivariasi faktor prognostik.
Kesimpulan
Leukemia granulositik kronik adalah suatu penyakit
mieloproliferatif yang bersifat kronik dengan peningkatan
sebagian besar myeloid sel di sumsum tulang oleh karena
terjadinya resiprokal translokasi pada kromosom 22 dan
kromosom 9 dengan ciri khas adanya kromosom Philadelphia.
Perjalanan penyakit LGK dibagi dalam 3 fase yang digunakan
dalam penentuan terapi, yaitu fase kronik, fase akselerasi,
dan fase krisis blas. Diagnosis pasti ditegakkan dengan
ditemukannya kromosom Ph pada pemeriksaan kromosom.
Pada fase akselerasi, bisa ditemukan adanya abnormalitas
kromosom lain selain Ph.

Anda mungkin juga menyukai