Anda di halaman 1dari 52

Appendisitis

Gangrenosa
Pembimbing :
dr. Diah, SpB
dr. Michael, SpB

Chaifung Carolline
112016147
Laporan Kasus
Identitas Pasien
• Nama : Tn.H
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Umur : 26 Tahun
• Bangsa : Indonesia
• Pekerjaan : Tukang Ojek
• Agama : Islam
• Alamat : Duri Kepa, Kebon Jeruk
I. Anamnesis
Diambil dari autoanamnesis pada tanggal 27 April
2018 pukul. 15.00

1. Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan nyeri perut kanan
bawah sejak 9 jam SMRS
2. Keluhan Tambahan
Pasien datang dirujuk dari Puskesmas Tomang Barat ke IGD RSUD
Tarakan dengan keluhan nyeri perut kanan bawah sejak 9 jam SMRS.
Nyeri dirasakan tiba-tiba pada pukul 02.00 dinihari saat pasien sedang
tidur. Nyeri dideskripsikan seperti diperas dan perih. Nyeri menjalar
sampai ke pinggang dan bagian tengah bawah perut. Perut pasien
menjadi kembung. Pasien mencoba menahan nyeri dengan balsam
dan meringkuk ditempat tidur, namun tidak bisa sehingga pasien
pergi ke Puskesmas Tomang Barat pukul 07.00. Setelah diperiksa,
pasien diduga mengalami usus buntu dan langsung dirujuk. Selain itu,
pasien mengeluh mual hebat dan muntah setiap kali makan sehabis
pulang dari puskesmas.
2. Keluhan Tambahan

Satu minggu SMRS, pasien mengatakan bahwa perutnya nyeri hilang


timbul di bagian kanan bawah. Nyeri masih bisa ditahan pasien
dengan balsam dan berjalan membungkuk. Nyeri tidak mengganggu
aktivitas pasien jadi ia tidak berobat. Pasien menyangkal adanya
gangguan BAK seperti nyeri saat berkemih, rasa tidak lampias setelah
berkemih, dan peningkatan frekuensi berkemih. Pasien minum air
putih kurang lebih 2 liter setiap hari hari dan makan teratur. Keluhan
seperti demam, pusing, tidak bisa BAB dan kentut disangkal pasien.
3. Riwayat Penyakit
• Sebelumnya pasien jarang sakit dan tidak pernah
dirawat dirumah sakit.
• Riwayat operasi (-), Riwayat alergi (-), Diabetes
Mellitus (-), Hipertensi (-)

4. Riwayat Keluarga
Riwayat alergi (-), Diabetes Mellitus (-), Hipertensi (-
)
5. Riwayat Masa Lampau :
• Penyakit Terdahulu : Tidak ada

• Trauma Terdahulu : Tidak ada

• Operasi : Tidak ada

• Sistem Saraf : Tidak ada


kelainan

• Sistem Kardiovaskular : Tidak


ada kelainan

• Sistem Gastrointestinal : Tidak


ada kelainan

• Sistem Urinarius : Tidak ada


kelainan

• Sistem Genitalis : Tidak ada


kelainan

• Sistem Muskuloskeletal : tidak


ada kelainan
II. Status Generalis
• Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
• Keadaan Gizi : Dalam batas normal
• Kesadaran : Compos Mentis
• Pernapasan : 20 x/menit
• Suhu : 36,8oC
• Tekanan Darah : 110/70 mmHg
• Nadi : 81 x/menit
Kulit Sawo matang, tidak ada kelainan

II. Status Generalis


Kelenjar Limfe Tidak ada pembesaran KGB
Muka Simetris
Kepala Normocephali
Mata CA -/-, Si -/-
Hidung Simetris
Mulut/Gigi Simetris
Leher Tidak ada kelainan

dbn
Bentuk dada simetris, nyeri dada (-), jejas (-),
Dada
retraksi (-)

II. Status Generalis


Jantung
Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi Ictus cordis teraba di sela iga 5 midclavicula
Perkusi Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi BJ 1/2 murni reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru
Inspeksi Pergerakan dada statis dan dinamis simetris
Vocal fremitus paru simetris dikedua
Palpasi
hemithoraks
Perkusi Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi Normovesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing-/-

dbn
II. Status Generalis
Abdomen

Inspeksi Buncit, benjolan (-)

Supel (+), Nyeri Tekan (+) pada titik Mc


Palpasi Burney’s, Rovsing sign (+), Blumberg Sign (+),
Psoas Sign (+), Obturator sign (+)

Perkusi Timpani pada seluruh lapang perut

Auskultasi Bising usus (+)


Hati Tidak teraba

II. Status Generalis


Limpa Tidak teraba
Ginjal Nyeri Ketuk CVA (-/-)
Kandung Empedu Tidak teraba, tidak ikterik, murphy sign (-)
Kandung Kencing Tidak ada kelainan
Genital Tidak ada kelainan
Rektum/Anus Tidak dilakukan
Punggung Tidak dilakukan
Ekstrimitas Akral hangat, CRT < 2 detik, udem (-)
Refleks Tidak ada kelainan
Sensibilitas Tidak ada kelainan

dbn
datar, tidak tampak jaringan parut bekas operasi, tidak
Inspeksi
ada benjolan.

III. Status Lokalis


Supel (+), Nyeri Tekan (+) pada titik Mc Burney’s,
Palpasi Rovsing sign (+), Blumberg Sign (+), Psoas Sign (+),
Obturator sign (+)

Perkusi Timpani pada seluruh lapang perut

Auskultasi Bising usus (+)


Laboratorium 26 April 2018
Hematologi Rutin

IV. Pemeriksaan Penunjang


Hemoglobin 14.3 g/dL 13.0 – 18.0
Hematokrit 45.1 % 40 – 50
Eritrosit 5.19 juta/mm3 4.11 – 5.95
Leukosit 18.040 /mm3* 4.000 – 10.000
Trombosit 205.400 /mm3 150.000 – 450.000
Kimia Klinik
Elektrolit
Natrium (Na) 143 mEq/L 135 – 150
Kalium (K) 4.5 mEq/L 3.6 – 5.5
Clorida (Cl) 101 mEq/L 94 – 111
Gula Darah
Gula Darah Sewaktu 93 mg/dL <140
Fungsi Liver
SGOT 18 U/L <40
SGPT 14 U/L <41
Fungsi Ginjal
Ureum 22 mg/dL 15 – 50
Kreatinin 0.90 mg/dL 0.6 – 1.3
V. Resume
Pasien laki-laki berusia 27 tahun datang ke IGD RSUD Tarakan dengan
keluhan nyeri perut kanan bawah sejak 9 jam SMRS. Nyeri dirasakan tiba-tiba
pada pukul 02.00 dinihari. Perut menjadi kembung. Pasien mencoba
menahan nyeri dengan balsam dan meringkuk ditempat tidur, namun tidak
bisa sehingga pergi ke Puskesmas pukul 07.00 dan diduga mengalami usus
buntu sehingga dirujuk. Selain itu, pasien mengeluh mual hebat dan muntah
setiap kali makan sehabis pulang dari puskesmas. Satu minggu SMRS, pasien
mengatakan bahwa perutnya nyeri hilang timbul di bagian kanan bawah.
Nyeri masih bisa ditahan pasien dengan balsam dan berjalan membungkuk.
V. Resume
Pada pemeriksaan fisik. Dbn.

Pemeriksaan status lokalis regio abdomen. Inspeksi: kembung, tidak


tampak jaringan parut bekas operasi, tidak ada benjolan. Pada palpasi,
abdomen supel, nyeri tekan (+) pada titik Mc Burney’s, rovsing sign (+),
blumberg sign (+), psoas sign (+), obturator sign (+) dan pada perkusi
timpani pada seluruh lapang perut. Pada auskultasi didengar bising usus (+)
normal.

Pada pemeriksaan laboratorium. Hb 14.3 g/dL, Ht 45.1 %, eritrosit 5.19


juta/uL, leukosit 18.040 /mm3, trombosit 205.400 /mm3.
Diagnosa Kerja
• Diagnosis pra bedah :
Appendisitis Akut

• Diagnosis pasca
Diagnosa Banding
bedah :
Appendisitis Akut
Gangrenosa • Divertikulosis Meckel

• Uretrolithiasis dextra

• Infeksi Saluran Kemih


(ISK)
VIII. TATALAKSANA

• IVFD NaCl 1000 cc/24 jam

• Cefotaxim 1 x 2 gr IV

• Tramadol 3 x 100 mg drip


IV

• Ranitidine 2 x 1 amp IV

• R/ Tindakan operasi =
Appendisektomi
Laporan Operasi
1. Pasien terlentang di atas meja operasi dalam
anestesi spinal, asepsis dan antisepsis luka operasi
dan sekitarnya.
2. Insisi tranversal sejajar garis Langer melalui titik
McBurney menembus kutis, subkutis, fascia otot
dipisahkan secara tumpul
3. Ketika peritoneum dibuka keluar cairan purulen >>
4. Appendiks arah pelvic, antesekal gangrenosa.
Mikroperforasi (+) Fibrin (+) Panjang 15 cm dan
diameter 2.5 cm, fecalith (-) -> potong, puntung
appendiks dibenamkan dalam sekum dengan jahitan
kantong tembakau
5. Ileum dilalui 60 cm UB, tidak tampak penonjolan di
dinding antemesenteric Gambar 1. Appendix Pasien
6. Rongga abdomen dibersihkan
7. Luka operasi dijahit lapis demi lapis
8. Operasi selesai
IX. Prognosis

Ad vitam:
dubia ad bonam
Ad fungsionam :
ad bonam
Ad sanationam :
ad bonam
Pendahuluan
Latar Belakang
• Apendisitis merupakan penyebab tersering nyeri abdomen
akut.

• Insidensi apendisitis di Indonesia menempati urutan tertinggi


di antar kasus kegawatan abdomen lainnya

• Dalam mendiagnosis, anamnesis dan pemeriksaan memegang


peranan utama dengan akurasi 76-80%

• Sering terjadi kesulitan mendiagnosis karena adanya pasien


yang menunjukkan gejala tidak khas, sehingga dapat
menyebabkan kesalahan diagnosis.
Tinjauan Pustaka
Anatomi Apendiks

• Apendiks merupakan organ


berbentuk tabung, panjangnya
kira-kira 10 cm, dan berpangkal
di sekum.
• Posisi apendiks terbanyak
adalah retrocaecal (65%),
pelvical (30%), patileal (5%),
paracaecal (2%), anteileal (2%)
dan preleal (1%)
• Persarafan parasimpatis berasal
dari cabang N.X
• Persarafan simpatis berasal dari
N. Th10
Fisiologi Apendiks
• Menghasilkan lendir 1-2 ml per hari dan dicurahkan ke dalam
lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum.

• Imunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh Gut Associated


Lymphoid Tissue (GALT) adalah IgA sebagai pelindung
terhadap infeksi.

• Pengangkatan apendiks tidak menimbulkan defek fungsi


sistem imun yang jelas.
Appendisitis
Peradangan pada apendiks vermiformis dan
penyebab paling umum inflamasi akut pada
kuadran kanan bawah rongga abdomen
Epidemiologi
• Menurut WHO, apendisitis diderita oleh 418 juta jiwa di
dunia dan 118 juta jiwa di kawasan Asia Tenggara

• Menurut Depkes RI tahun 2010, apendisitis merupakan


penyakit urutan keempat terbanyak di Indonesia

• Kejadian apendisitis 1,4 kali lebih tinggi pada pria


dibandingkan dengan wanita

• Faktor potensialnya adalah diet rendah serat dan


konsumsi gula yang tinggi, riwayat keluarga serta infeksi
Etiologi
• Infeksi bakteri

• Fecalith

• Hiperplasia jaringan limfoid

• Penyakit cacing dan parasit

• Tumor primer

• Kebiasaan makan makanan rendah serat


Klasifikasi Apendisitis

Akut Kronik

• Riwayat nyeri perut


kanan bawah lebih dari 2
minggu.
• Radang mendadak pada
apendiks • Apendisitis kronik dengan
eksaserbasi akut
Klasifikasi Apendisitis

Akut Sederhana Akut Purulenta

• Terbendungnya aliran
Proses peradangan baru
vena dan menimbulkan
terjadi di mukosa dan sub
trombosis
mukosa disebabkan
obstruksi dan terjadi
• Serosa menjadi suram
peningkatan tekanan
karena dilapisi eksudat
intralumen
dan fibrin.
Klasifikasi Apendisitis

Akut Gangrenosa Infiltrat

• Proses radang yang


• Aliran darah arteri
penyebarannya dapat
terganggu sehingga
dibatasi
terjadi infark dan gangren
• Membentuk gumpalan
• Mikroperforasi (+)
massa flegmon
Klasifikasi Apendisitis

Abses Perforasi

• Pecahnya apendiks yang


• Massa lokal yang
sudah gangren yang
terbentuk berisi nanah
menyebabkan pus masuk
(pus)
ke dalam rongga perut
• Pada appendiks retrocaecal atau pelvic, nyeri
somatic biasanya tertunda karena eksudat
inflamasi tidak mengenai peritoneum parietale
sampai saat terjadinya rupture dan penyebaran
infeksi.

• Nyeri pada appendiks retrocaecal dapat muncul di


punggung atau pinggang.
Pemeriksaan Fisik

Nyeri tekan (+) Mc Burney’s


Nyeri lepas (+)
Pemeriksaan Fisik
Rovsing Sign (+)
Psoas sign (+)
Obturator Sign (+)
Pemeriksaan Penunjang
• Laboratorium
• Leukositosis
• Pemeriksaan Urine

• Radiologi
• Apendikogram -> kontras BaSO4
• USG
Diagnosis Banding

• Gastroenteritis

• Divertikulosis Meckel

• Batu ureter

• Kehamilan ektopik

• Infeksi Panggul

• Gangguan alat reproduksi wanita


Penatalaksanaan

•Apendiktomi !!!
Pre Operasi : observasi dan pemberian antibiotik

Operasi : (Anestesi : spinal atau umum)


• Bedah terbuka
• Laparaskopi
Laparaskopi
apendiktomi

• Tindakan bedah invasive


minimal.
• Melibatkan 3 trokar
• Pasien akan mendapatkan
luka operasi yang minimal
dan waktu pemulihan serta
waktu perawatan di rumah
sakit akan lebih singkat.
Penatalaksanaan
Post Operasi
• Infus RL
• Antibiotik
• App tanpa perforasi : Antibiotika hanya 1 x 24 jam.
• App Perforasi : Antibiotika hingga gejala klinis infeksi
reda dan lab normal.
• Mobilisasi segera
• Makan dan Minum bila BU (+)
Komplikasi
• Perforasi >>

• Peritonitis

• Massa periependikuler
Prognosis
• Angka kematian dipengaruhi oleh usia pasien, keadekuatan
persiapan prabedah, serta stadium penyakit

• Apendisitis tak berkomplikasi membawa mortalitas <0,1%.

• Angka kematian pada apendisitis berkomplikasi 2 – 5%, namun


tetap tinggi (10-15%) pada anak kecil dan orang tua.

• Pengurangan mortalitas lebih lanjut harus dicapai dengan


intervensi bedah lebih dini.
Kesimpulan
Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada
apendiks vermiformis. Fungsi apendiks adalah sebagai organ
imunologik dan secara aktif berperan dalam sekresi
immunoglobulin. Apendisitis ada 2 macam, yaitu apendisitis akut
dan apendisitis kronis. Pemeriksaan apendisitis dapat dilakukan
melalui pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Bila dari
hasil diagnosis positif apendisitis akut, maka tindakan yang
paling tepat adalah segera dilakukan apendektomi.
1. Dorland, WAN. 2010. Kamus Kedokteran Dorland (31st ed). Albertus
Agung Mahode.et al.(Ed.), 137-138. Jakarta: EGC.
2. Sjamsuhidajat, R., De Jong, W., 2004. Buku-Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.
Jakarta:EGC, 639-645.

Daftar Pustaka
3. Craig, Sandy. Appendicitis [internet]. 2014. Tersedia di
http://emedicine.medscape.com/article/773895-overview#a0156 .
4. Agrawal, C.S. Role of Serum C Reactive Protein and Leukocyte Count in
the Diagnosis of Acute Appendicitis in Nepalese Population. 2008. Med
Coll J Nepal : Departemen of surgery
5. Depkes RI. Kasus Appendicitis di Indonesia. 2008. diakses dari:
http://www.artikelkedokteran.com/arsip/kasus-apendisitis-di-indonesia-
pada- tahun-2008.html
6. Brunicardi FC. Schwartz’s principles of surgery. 2010. USA: Mc-Graw Hill
Company.
7. Schwartz SI, Shires GT, Spencer FC, Daly JM, Fischer JE, Galloway AC.
Principles of Surgery. 2005. United States of America : McGraw-Hill
companies.
8. Snell, Richard S. Anatomi Klinik ed. 6. EGC : Jakarta. 2006
9. Moore, Keith. Clinically Oriented Anatomy. 5th ed. Toronto Canada:
Lippincott William and Wilkins.2006
10. Smeltzer, S. C., & Bare B. G. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Edisi 8 Volume 1. 2009. Jakarta: EGC.
11. Price Sylvia A, Wilson Lorraine M. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. Jakarta: EGC; 2012.
12. Departemen Bedah UGM. Apendik. 2010. Available from:
http://www.bedahugm.net/tag/appendix [Accessed 6 Mei 2018].
13. Mansjoer A. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4. 2010. Jakarta : Media
Aesculapius.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai