(SDGs)
Pengertian SDGs
Sidang umum Perserikatan Bangsa–Bangsa (PBB) pada 25 September 2015 lalu di
New York, Amerika Serikat, secara resmi telah mengesahkan Agenda Pembangunan
Berkelanjutan atau SDGs sebagai kesepakatan pembangunan global. Sekurangnya
193 kepala negara hadir, termasuk Wakil Presiden Jusuf Kalla, turut mengesahkan A
genda Pembangunan Berkelanjutan 2030 untuk Indonesia. Mulai tahun 2016, Tujua
n Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 2015–2030 secara resmi menggantikan Tuju
an Pembangunan Millennium (MDGs) 2000–2015. SDGs berisi seperangkat tujuan
transformatif yang disepakati dan berlaku bagi seluruh bangsa tanpa terkecuali.
4. Kesetaraan Gender
Menjamin kesetaraan gender serta memberdayakan seluruh wanita dan anak peremp
uan
• Pemenuhan hak pelayanan kesehatan reproduksi, termasuk Kb
• Pendidikan dan informasi kesehatan seksual dan reproduksi untuk wanita dan re
maja
5. Air Bersih dan Sanitasi
Menjamin ketersediaan dan pengelolaan air serta sanitasi yang berkelanjutan bagi se
mua orang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat terkait :
• Akses kepada air bersih
• Akses sanitasi dasar layak
Analisis Kebijakan Pemerintah mengenai tujuan
SDGs bidang Kesehatan
1. Nol Kelaparan (Gizi Kesehatan Masyarakat)
a. Arah Kebijakan RPJMN 2015-2019
• pemantapan ketahanan pangan menuju kemandirian pangan dengan peningkatan
produksi pangan pokok;
• stabilisasi harga bahan pangan;
• perbaikan kualitas konsumsi pangan dan gizi masyarakat;
• mitigasi gangguan terhadap ketahanan pangan;
• peningkatan kesejahteraan pelaku usaha pangan terutama petani, nelayan, dan pe
mbudidaya ikan
• salah satu terobosan yang ditempuh sejak awal Repelita VI adalah pengembanga
n Pojok Gizi (POZI) di puskesmas yang merupakan upaya untuk mengoptimalka
n pelayanan gizi, baik kualitas maupun kuantitasnya
• Pelaksanaan POS GIZI
Lanjutan..
d. Solusi Kebijakan
• Agar pemerintah menetapkan Jadwal yang tetap untuk kegiatan ini,mensosialisas
ikan melalui media elektronik atau media promosi lainnya sehingga momen-mo
men seperti itu bisa dirasakan masyarakat dengan rata di seluruh Indonesia.
4. Air Bersih dan Sanitasi
a. Kebijakan Pemerintah
• Sampai 2019 Indonesia harus mencapai Universal akses yaitu 100% akses air ber
sih dan sanitasi (jamban,sampah,SPAL) 0% daerah kumuh
b. Pelaksanaan Sampai Saat ini
• Pemerintah kab/kota membuat kebijakan untuk sanitarian di Puskesmas yaitu har
us mengODF kan 1 Nagari/Kelurahan dalam 1 Tahun. Saat ini menggunakan dua
pendekatan yaitu berbasis masyarakat dan berbasis institusi. Pendekatan berbasis
masyarakat digunakan untuk skala lingkungan atau komunitas, sedangkan pende
katan berbasis institusi digunakan untuk skala daerah dengan lintas sektor.
Lanjutan..
c. Kendala
• Pembangunan sanitasi belum menjadi prioritas pemerintah daerah. Saat ini rata-r
ata anggaran sanitasi yang dialokasikan pemerintah daerah dalam APBD masih d
i bawah satu persen, padahal sanitasi merupakan salah satu kebutuhan dasar dari
masyarakat dan memiliki dampak yang luas ketika pembangunan sanitasi terabai
kan.
• Masih minimnya kesiapan daerah dalam implementasi pembangunan sanitasi. Ke
siapan implementasi antara lain ditunjukkan dengan ketersediaan dokumen peren
canaan, kesiapan lahan maupun institusi pengelola. Dalam hal ini, dikaitkan deng
an infrastruktur sanitasi yang dibutuhkan sesuai dengan identifikasi daerah terseb
ut.
• Terbatasnya pendanaan pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam pembang
unan sanitasi. Keterbatasan anggaran untuk pembangunan sanitasi memang meru
pakan kendala tersendiri dan berhubungan erat dengan bagaimana pemerintah m
elihat sanitasi sebagai suatu hal yang perlu mendapat perhatian serius.
• Kurangnya sinergi antara pemangku kepentingan, baik daerah maupun pusat, bah
kan antar lembaga terkait dalam perencanaan dan pelaksanaan di lapangan.
• Terbatasnya SDM pengembangan sanitasi baik di daerah, di pusat, maupun terbat
asnya penyedia layanan.
Lanjutan..
d. Solusi
• Untuk mengisi gap permasalahan dari kondisi eksisting dan target ideal dalam pe
ncapaian Universal Access ini perlu dibuat kebijakan terkait pengembangan perat
uran yang mendukung, pengembangan kelembagaan, peningkatan akses layanan
sanitasi, peningkatan dan pengembangan alternatif pembiayaan, serta peningkata
n peran serta masyarakat dan dunia usaha. Sinergi lintas sektor sangat penting un
tuk menutup gap pendanaan. Pelibatan setiap pemangku kepentingan secara aktif
dalam pembangunan air minum dan sanitasi harus berkontribusi secara optimal a
gar didapat akselerasi yang maksimal.
Terima Kasih