Anda di halaman 1dari 17

Sustainable Development Goals

(SDGs)
Pengertian SDGs
Sidang umum Perserikatan Bangsa–Bangsa (PBB) pada 25 September 2015 lalu di
New York, Amerika Serikat, secara resmi telah mengesahkan Agenda Pembangunan
Berkelanjutan atau SDGs sebagai kesepakatan pembangunan global. Sekurangnya
193 kepala negara hadir, termasuk Wakil Presiden Jusuf Kalla, turut mengesahkan A
genda Pembangunan Berkelanjutan 2030 untuk Indonesia. Mulai tahun 2016, Tujua
n Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 2015–2030 secara resmi menggantikan Tuju
an Pembangunan Millennium (MDGs) 2000–2015. SDGs berisi seperangkat tujuan
transformatif yang disepakati dan berlaku bagi seluruh bangsa tanpa terkecuali.

Pengertian SDGs adalah singkatan atau kepanjangan dari sustainable development g


oals, yaitu sebuah dokumen yang akan menjadi sebuah acuan dalam kerangka pemb
angunan dan perundingan negara-negara di dunia.Konsep SDGs melanjutkan konse
p pembangunan Millenium Development Goals (MDGs) di mana konsep itu sudah b
erakhir pada tahun 2015.
Tujuan SDGs
Pada bulan Agustus 2015, 193 negara menyepakati 17 tujuan berikut ini :
Target Pembangunan Nasional
1. Keberlanjutan agenda pembangunan manusia seperti kemiskinan, kelaparan, kea
dilan gender, serta pemenuhan akses terhadap air dan sanitasi sebagai isu yang s
enantiasa strategis.
2. Peningkatan kesejahteraan dan pendidikan sesuai dengan agenda prioritas penin
gkatan kualitas hidup manusia melalui jaminan sosial, pendidikan, kesehatan ser
ta reformasi agraria.
3. Pembangunan ekonomi berkelanjutan merupakan isu baru yang akan difokuskan
pada pertumbuhan ekonomi inklusif, serta industrialisasi yang berkelanjutan dan
pembangunan hunian serta kota yang berkelanjutan disertai penerapan pola prod
uksi dan konsumsi berkelanjutan.
4. Akses energi yang terjangkau, sebagai fokus baru yang dikombinasikan dengan
pembangunan infrastruktur seperti pembangunan pembangkit listrik, penggunaa
n biofuel, bendungan, serta jalur transportasi.
5. Perubahan iklim, di mana Indonesia telah secara sukarela menyatakan komitmen
nya untuk menurunkan emisi gas rumah kaca.
Pembangunan Nasional di Bidang Kesehatan
1. Pemberantasan Kemiskinan
yaitu mengakhiri segala bentuk kemiskinan Akses semesta terhadap jaminan sosial
• Peningkatan persentase penduduk yang menjadi peserta jaminan kesehatan melal
ui SJSN bidang kesehatan
• Kepersertaan penerima bantuan iuran (PBI)melalui jaminan kesehatan nasional (
JKN/Kartu Indonesia Sehat)
2. Nol Kelaparan
Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan meningkatkan gizi, serta me
ndorong pertanian yang berkelanjutan
• Peningkatan akses pangan yang aman bergizi dan mencukupi
• Penurunan Stunting,wasting dan overweigh pada balita
• Pemenuhan kebutuhan gizi remaja perempuan, wanita hamil dan menyusui serta
lansia
Lanjutan..

3. Kesehatan Yang Baik


Menjamin Kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di
segala usia
• Penurunan AKI, AkBa, AKN
• HIV/ AIDS, TB, Malaria
• Akses kepada pelayanan Kesehatan reproduksi (termasuk KB dan pencegahan K
ehamilan pada remaja)
• Kematian akibat PTM dan pengendalian tembakau
• Penyalahgunaan NAPZA dan alkohol
• Kematian dan cidera kecelakaan lalu lintas
• Universal Health Coverage
• Kontaminasi dan Polusi Air, Udara, Tanah
• Penanganan Krisis dan kegawatdaruratan kesehatan
Lanjutan..

4. Kesetaraan Gender
Menjamin kesetaraan gender serta memberdayakan seluruh wanita dan anak peremp
uan
• Pemenuhan hak pelayanan kesehatan reproduksi, termasuk Kb
• Pendidikan dan informasi kesehatan seksual dan reproduksi untuk wanita dan re
maja
5. Air Bersih dan Sanitasi
Menjamin ketersediaan dan pengelolaan air serta sanitasi yang berkelanjutan bagi se
mua orang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat terkait :
• Akses kepada air bersih
• Akses sanitasi dasar layak
Analisis Kebijakan Pemerintah mengenai tujuan
SDGs bidang Kesehatan
1. Nol Kelaparan (Gizi Kesehatan Masyarakat)
a. Arah Kebijakan RPJMN 2015-2019
• pemantapan ketahanan pangan menuju kemandirian pangan dengan peningkatan
produksi pangan pokok;
• stabilisasi harga bahan pangan;
• perbaikan kualitas konsumsi pangan dan gizi masyarakat;
• mitigasi gangguan terhadap ketahanan pangan;
• peningkatan kesejahteraan pelaku usaha pangan terutama petani, nelayan, dan pe
mbudidaya ikan
• salah satu terobosan yang ditempuh sejak awal Repelita VI adalah pengembanga
n Pojok Gizi (POZI) di puskesmas yang merupakan upaya untuk mengoptimalka
n pelayanan gizi, baik kualitas maupun kuantitasnya
• Pelaksanaan POS GIZI
Lanjutan..

b. Pelaksanaan sampai saat ini


Perbaikan kualitas konsumsi pangan masyarakat masih rendah karena harga pangan
yang masih tinggi sehingga masyarakat yang tingkat ekonominya rendah tidak bisa
mengkonsumsi pangan yang berkualitas/ sempurna. Sehingga ditemukan anak-anak
balita yang kurang gizi. Sehingga pemerintah membuat kegiatan POS GiZI yang di
danai APBN. Bagi daerah yang memiliki anak yang terdapat penyimpangan positif a
kan dilaksanakan POS GIZI tersebut.dimana petugas gizi membuat menu sehat sela
ma 12 hari dan diberikan kepada anak tersebut.Kemudian berat anak ditimbang, sehi
ngga didapat ada peningkatan berat badan anak.
Dalam Penurunan Stunting,wasting dan overweigh pada balita pemerintah selalu m
enggalakkan kegiatan posyandu sehingga masyarakat dapat selalu memantau tumbu
h kembang anak balita.
c. Kendala
Kegiatan ini tidak rutin dilaksanakan dan belum merata di seluruh Indonesia karena
Dana Pemerintah yang masih terbatas
d. Solusi Kebijakan
Mengajak masyarakat memanfaatkan pekarangan dengan menanami dengan tanama
n pangan yang dibutuhkan untuk seharti-hari dalam rangka pemenuhan kebutuhan p
angan keluarga
Lanjutan..

2. Kesehatan yang baik ( SKN )


a. Kebijakan pemerintah
• Pelayanan kesehatan yang baik dimana masyarakatnya hidup dalam lingkungan
sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai kemampuan untu
k menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata dalam
wilayah kesatuan Negara RI
• Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan strategi pembangunan profesio
nalisme, desentralisasi dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
• Upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat dilaksanakan melalu
i program peningkatan perilaku hidup sehat, pemeliharaan lingkungan sehat, pela
yanan kesehatan dan didukung oleh sistem pengamatan, Informasi dan manajeme
n yang handal.
• Tenaga yang mempunyai sikap nasional, etis dan profesional, juga memiliki sem
angat pengabdian yang tinggi kepada bangsa dan negara, berdisiplin, kreatif, beri
lmu dan terampil, berbudi luhur dan dapat memegang teguh etika profesi.
Lanjutan..

b. Pelaksanaan sampai saat ini


Sampai saat ini unit fasilitas kesehatan tingkat pertama (puskesmas) pada umumnya
sudah tersedia di setiap kecamatan. Contohnya di kabupaten Pasaman, seluruh masy
arakat bisa menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan di setiap Puskesmas secara g
ratis karena ada kebijakan pemerintah yang disebut Total Convert.maksudnya walau
pun masyarakat tidak terdaftar sebagai anggota BPJS tetapi dapat berobat secara gra
tis di Puskesmas.
Akan tetapi kebijakan itu tidak berlaku untuk pelayanan kesehatan di tingkat Lanjut
an. Sehingga masyarakat yang tidak terdaftar BPJS harus membiayai secara pribadi.
FKTP pada umumnya untuk sarana dan prasarana termasuk obat masih banyak yang
tidak lengkap, sehingga masyarakat menjadi memilih pelayanan kesehatan swasta.
Bagi masyarakat mampu mungkin itu bukan masalah, tetapi bagi masyarakat miskin
mereka lebih memilih tidak berobat medis dan akhirnya pergi ke dukun sehingga m
asih ditemukan adanya kematian Ibu dan Bayi.
Lanjutan..
c. Kendala
• upaya kesehatan belum menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan, perhatian terhad
ap promotif dan preventif masih kurang. Meski telah dibangun puskesmas di tiap keca
matan, upaya kesehatan belum terjangkau secara merata.
• Pembiayaan kesehatan masih rendah. Alokasi dana dari pemerintah belum efektif, ma
sih banyak untuk kuratif. Belum terfokus bagi upaya kesehatan masyarakat dan bantu
an untuk keluarga miskin. Pembiayaan kesehatan masih bersifat out of pocket. Yang
memiliki jaminan kesehatan kurang dari 20 persen penduduk.
• Menurunnya kondisi dan penggunaan fasilitas kesehatan publik serta kecenderungan
penyedia utama fasilitas kesehatan beralih ke pihak swasta.
• Pembiayaan kesehatan yang rendah dan timpang. Pembiayaan kesehatan saat ini lebih
banyak dikeluarkan dari uang pribadi
d. Solusi Kebijakan
• Memusatkan penggunaan dana publik pada penyediaan kesehatan publik (seperti imu
nisasi dan perawatan/untuk mengontrol penyakit menular) dan tingkatkan kelayakan k
ondisi kesehatan prioritas
• Pemerintahan harus segera membentuk kelompok kerja yang bertugas untuk meranca
ng strategi pembiayaan kesehatan yang menyeluruh, dimana asuransi kesehatan sosial
termasuk didalamnya.
• Pengadaan dan peningkatan prasarana dan sarana kesehatan terus dilanjutkan
Lanjutan..

3. Kesetaraan Gender (Akses Kespro , KB)


a. Kebijakan pemerintah
• Kegiatan Safari KB  Adalah pemasangan KB secara gratis yang dilaksanaka
n pada momen tertentu seperti KB Kes TNI, bagi grender yang tidak terdaftar BP
JS bisa mendapatkan pelayanan secara gratis
• Kegiatan program PKPR (Program Kesehatan Reproduksi Remaja
• Petugas Puskesmas telah melaksanakan kegiatan ini pada sekolah sekolah menge
nai pendidikan reproduksi dan pusksmas menyediakan layanan konsultasi denga
n petugas PKPR melalui sms center
b. Pelaksanaan sampai saat ini
• Kegiatan ini sampai saat ini tetap terlaksana setiap tahunnya
c. Kendala
• Pada saat kegiatan banyak masyarakat tidak tahu dengan pelaksanaan karena kur
angnya sosialisasi oleh petugas mengenai jadwal kegiatan, sehingga banyak mas
yarakat yang tahu setelah kegiatan selesai dilaksanakan sehingga pelayanan grati
s tersebut tidak bisa didapatkan
Lanjutan..

d. Solusi Kebijakan
• Agar pemerintah menetapkan Jadwal yang tetap untuk kegiatan ini,mensosialisas
ikan melalui media elektronik atau media promosi lainnya sehingga momen-mo
men seperti itu bisa dirasakan masyarakat dengan rata di seluruh Indonesia.
4. Air Bersih dan Sanitasi
a. Kebijakan Pemerintah
• Sampai 2019 Indonesia harus mencapai Universal akses yaitu 100% akses air ber
sih dan sanitasi (jamban,sampah,SPAL) 0% daerah kumuh
b. Pelaksanaan Sampai Saat ini
• Pemerintah kab/kota membuat kebijakan untuk sanitarian di Puskesmas yaitu har
us mengODF kan 1 Nagari/Kelurahan dalam 1 Tahun. Saat ini menggunakan dua
pendekatan yaitu berbasis masyarakat dan berbasis institusi. Pendekatan berbasis
masyarakat digunakan untuk skala lingkungan atau komunitas, sedangkan pende
katan berbasis institusi digunakan untuk skala daerah dengan lintas sektor.
Lanjutan..
c. Kendala
• Pembangunan sanitasi belum menjadi prioritas pemerintah daerah. Saat ini rata-r
ata anggaran sanitasi yang dialokasikan pemerintah daerah dalam APBD masih d
i bawah satu persen, padahal sanitasi merupakan salah satu kebutuhan dasar dari
masyarakat dan memiliki dampak yang luas ketika pembangunan sanitasi terabai
kan.
• Masih minimnya kesiapan daerah dalam implementasi pembangunan sanitasi. Ke
siapan implementasi antara lain ditunjukkan dengan ketersediaan dokumen peren
canaan, kesiapan lahan maupun institusi pengelola. Dalam hal ini, dikaitkan deng
an infrastruktur sanitasi yang dibutuhkan sesuai dengan identifikasi daerah terseb
ut.
• Terbatasnya pendanaan pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam pembang
unan sanitasi. Keterbatasan anggaran untuk pembangunan sanitasi memang meru
pakan kendala tersendiri dan berhubungan erat dengan bagaimana pemerintah m
elihat sanitasi sebagai suatu hal yang perlu mendapat perhatian serius.
• Kurangnya sinergi antara pemangku kepentingan, baik daerah maupun pusat, bah
kan antar lembaga terkait dalam perencanaan dan pelaksanaan di lapangan.
• Terbatasnya SDM pengembangan sanitasi baik di daerah, di pusat, maupun terbat
asnya penyedia layanan.
Lanjutan..

d. Solusi
• Untuk mengisi gap permasalahan dari kondisi eksisting dan target ideal dalam pe
ncapaian Universal Access ini perlu dibuat kebijakan terkait pengembangan perat
uran yang mendukung, pengembangan kelembagaan, peningkatan akses layanan
sanitasi, peningkatan dan pengembangan alternatif pembiayaan, serta peningkata
n peran serta masyarakat dan dunia usaha. Sinergi lintas sektor sangat penting un
tuk menutup gap pendanaan. Pelibatan setiap pemangku kepentingan secara aktif
dalam pembangunan air minum dan sanitasi harus berkontribusi secara optimal a
gar didapat akselerasi yang maksimal.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai