Salman Al Farisi 11151020000035 Muthoharoh 111510200000 Genomics is the study of the function, structure and interactions of the genome.
Genome adalah keseluruhan informasi bahan
genetik atau material yang diwariskan dari tetuanya kepada keturunannya yang ada pada suatu organism • Awal genomika dimulai tahun 1977 dengan penelitian sekuensing DNA pertama kali oleh Fred Sanger, Walter Gilbert, dan Allan Maxam. • Tahun 1983, perbanyakan (amplifikasi) DNA dapat dilakukan dengan mudah setelah Kary Banks Mullis menemukan Reaksi Berantai Polymerase (PCR) • Tahun 1985, Alec Jeffreys menemukan teknik sidik jari genetik • Tahun 1989, sekuensing pertama kali terhadap gen manusia pengkode protein CFTR penyebab cystic fibrosis. • Tahun 1995, sekuensing genom Haemophilus influenzae, yang menjadi sekuensing genom pertama terhadap organisme yang hidup bebas • Tahun 1996, sekuensing pertama terhadap eukariota: khamir Saccharomyces cerevisiae • Tahun 1998, hasil sekuensing pertama terhadap eukariota multiselular, nematoda Caenorhabditis elegans, diumumkan • Tahun 2001, Draf awal urutan genom manusia dirilis bersamaan dengan mulainya Human Genome Project • Tahun 2003 Proyek Genom Manusia (Human Genome Project) menyelesaikan 99% pekerjaannya pada tanggal (14 April) dengan akurasi 99.99% HUMAN GENOME PROJECT Program penelitian internasional yang bertujuan untuk memetakan secara lengkap dan memahami semua gen manusia.
Some aims of the HGP were:
• Mapping and Sequencing the Human Genome • Mapping and Sequencing the Genomes of Model • Data collection and analysis and storage the direct product of the human genome • Ethical and Legal Considerations • Research Training • Technology Development • Technology Transfer (into the private sector) • The short definition of proteome analysis is identification, separation, and quantitation of proteins (Wasinger et al, 1995) • Wilkins (1995) define the concept of proteome analysis as the analysis of the entire PROTEin complement expressed by a genOME, or by a cell or tissue type. • Proteome also defined as the complete set of proteins that is expressed, and modified following expression by the genome at given time point and under given conditions in a cell. Protein to gene may be predicted. Once protein/gene is identified, function may be predicted. This can help in disease management/drug development. ELEKTROFORESIS 2D • Elektroforesis 2D memiliki kemampuan untuk memisahkan sejumlah besar protein termasuk modifikasi pasca-translasi yang sering menyebabkan perubahan pada muatan ataupun berat molekul serta bentuk-bentuk unik dari protein hasil proteolisis (Anderson & Anderson 1998; Cordwell et al. 2001). • Teknik ini menggunakan Immobilized pH Gradient (IPG) strip yang dibuat dari kopolimerisasi dari turunan asam dan basa akrilamid • dengan konsentrasi Elektroforesis yang digunakan 2D dapat berbeda dalam untuk matriks poliakrilamid pemisahan (Gianazza kompleks 2002). protein menjadi komponen tunggal polipeptida yang merupakan analisis utama dalam studi proteomik. ELEKTROFORESIS 2D • Sampai saat ini, teknik elektroforesis 2D merupakan satu- satunya metode pemisahan ribuan protein dalam satu tahapan pemisahan. Sampel yang digunakan dapat berupa biofluid, jaringan, sel, dan organel • Beberapa analisis yang dapat dilakukan adalah membandingkan ekspresi protein dari sampel yang berpasangan (Gravel 2002). ELEKTROFORESIS 2D ANALISIS SPEKTROMETRI MASSA MATRIX ASSISTED LASER DESORPTION IONIZATION TIME-OF-FLIGHT (MALDI-TOF) • Dapat menentukan massa dari ion untuk mencapai detektor kedua dengan presisi yang tinggi dan massa ini dapat mengetahui komposisi kimia yang tepat pada peptida. Sehingga urutan genom dapat diketahui. • Ketika genom telah diketahui, komputer dapat memberikan informasi dari spektrometer massa untuk mencocokkan setiap tempat di gel 2D dengan salah satu gen dalam genom, sehingga dapat memprediksi urutan seluruh protein. • Tidak selalu memberi informasi tentang aktivitas protein, sehingga penelitian lebih lanjut akan diperlukan untuk menentukan aktivitas pada protein HUMAN DNA SEQUENCE
• Menyediakan lengkap, urutan berkualitas tinggi genom manusia
DNA untuk komunitas riset sebagai sumber data yang tersedia untuk publik. • Perkembangan teknologi terbaru dan pengalaman dengan sequencing skala besar memberikan peningkatan kepercayaan bahwa akan mungkin untuk menyelesaikan akurat, urutan berkualitas tinggi genom manusia pada akhir tahun 2003. TEKNOLOGI SEKUENSING • Teknologi sekuensing DNA telah meningkat secara dramatis sejak proyek genom dimulai. Jumlah urutan yang diproduksi setiap tahun terus meningkat, kini pusat individu memproduksi puluhan juta pasangan urutan basa pertahun. • Teknologi sekuensing jauh lebih efisien akan dibutuhkan. Selain itu, penelitian harus didukung dengan teknologi baru yang akan membuat throughput DNA yang lebih tinggi, sekuensing yang efisien, akurat , dan hemat biaya ,sehingga memberikan dasar untuk alat analisis genom canggih lainnya. URUTAN VARIASI GENOM MANUSIA • Polimorfisme yang paling umum dalam genom manusia perbedaan pasangan basa tunggal, juga disebut polimorfisme nukleotida tunggal (SNP). • Informasi dasar tentang jenis, frekuensi, dan distribusi polimorfisme dalam genom manusia dan populasi manusia sangat penting untuk kemajuan dalam genetika manusia. • SNP yang melimpah, stabil, didistribusikan secara luas di seluruh genom, dan meminjamkan diri untuk analisis otomatis pada skala yang sangat besar, misalnya, dengan teknologi DNA array. Karena sifat ini, SNP akan menjadi keuntungan untuk pemetaan sifat kompleks seperti kanker, diabetes, dan penyakit mental. URUTAN VARIASI GENOM MANUSIA Ketersediaan awal rancangan kerja genom manusia harus memfasilitasi pada peta SNP.
• Mengembangkan teknologi yang cepat, identifikasi
berskala besar atau penilaian, atau keduanya, dari SNP dan varian urutan DNA lain. • Mengidentifikasi varian umum di daerah pengkodean mayoritas gen yang diidentifikasi selama periode 5 tahun. • Buat peta SNP minimal 100.000 penanda. • Mengembangkan landasan intelektual untuk studi variasi urutan. • Menciptakan sumber daya publik sampel DNA dan garis sel TEKNOLOGI GENOMIC FUNGSIONAL Metode saat ini untuk mempelajari fungsi DNA pada skala genom meliputi perbandingan dan analisis pola urutan langsung untuk menyimpulkan fungsi, analisis skala besar dari messenger RNA dan protein produk gen, dan berbagai pendekatan untuk gangguan gen.
• Karakterisasi skala besar dari transkrip gen
dan protein produk mendasari analisis fungsional mereka. • Oleh karena itu, mengidentifikasi dan sequencing serangkaian panjang cDNA lengkap yang mewakili semua gen manusia harus menjadi prioritas tinggi. Menurut Arli Aditya dalam jurnalnya, Informasi genom banyak digunakan untuk menegetahui interaksi protein-protein dalam rangka mempelajari basis molekuler dari sebuah penyakit , seperti mengidentifikasi duatu sifat patogenesis dari suatu protein.
Aplikasi genomic : • Human Genom Project • Toxicology research Proteomics has gained much attention as a drug development platform because disease processes and treatments are often manifest at the protein level.
• Support the understanding of disease
mechanisms • Design new ways for the discovery and validation of disease models • Find new diagnostic markers • Identify potential therapeutic targets • Optimise lead compounds for clinical development • Characterise drug effects • Study protein toxicology • Analisis paralel beberapa protein • Penemuan protein spesifik penyakit • Analisis jalur pensinyalan, kompleks multi- protein, dinamika ekspresi protein • Toksikologi molekuler
Aplikasi Proteomic juga digunakan dalam :
a. Diagnosa kanker b. Diagnosa penyakit diabetes Proteomik telah terbukti dapat mendiagnosis penyakit infeksi seperti tuberkulosis.
• Teknik ini digunakan untuk mengidentifikasi
protein yang disekresikan secara in vitro pada proses isolasi klinis. • Dua di antara protein yang ditemukan, yaitu rRv3369 and rRv3874, menunjukkan potensi tinggi sebagai antigen serodiagnosis dengan sensitifitas 60%-74% dan spesifisitas 96%-97%. • Kedua protein tersebut ternyata merupakan kandidat potensial untuk dasar tes skrining serum. Alat diagnostik kanker ovarium National Cancer Institute di Bethesda
• Melalui metode penelitian case-control
menggunakan serum dari 50 pasien kanker dan 50 subjek kontrol serta proses algoritma komputer, ditemukan adanya pola protein tertentu pada pasien kanker ovarium. • Teknik analisis perbandingan pola protein juga pernah digunakan untuk mendeteksi kanker prostat. Mengidentifikasi kasus kanker payudara
• Menggunakan Nipple Aspirate Fluid (NAF).
• Metode ini memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan teknik diagnosis lainnya karena non invasif serta relatif lebih murah dan mudah. • Penelitian dari Schwartz SA dkk pada tahun 2005 yang melibatkan 108 subjek menemukan hasil yang lebih rinci. • Bukan hanya menjadi penanda gejala keganasan, proteomik juga dapat menjadi indikator pertahanan ketahanan hidup pasien Memprediksi efikasi dan resistensi obat
• Pada beberapa kasus, permasalahan resistensi
obat kadang disertai mekanisme yang tidak jelas. • Akan tetapi, melalui proteomik kini data mengenai genetik dan protein dari berbagai mikroorganisme telah tersedia dan dapat digunakan sebagai alat untuk mengetahui mekanisme resistensi terhadap obat. • Selain itu, data mikroorganisme tersebut juga bisa dijadikan acuan dalam mengidentifikasi agen-agen baru yang mungkin bisa mengatasi resistensi. • Mccarthy, Jeanette. 2013. Genomic Medicine: A Decade of Successes, Challenges, and Opportunities. Article in Science Translational Medicine. • International Human Genome Sequencing Consortium: Initial sequencing and analysis of the human genome. Nature 2001;409:860-921. • International Human Genome Sequencing Consortium: Finishing the euchromatic sequence of the human genome Nature 431, 931 - 945 (21 October 2004). • Kellner, Roland. 2000. Proteomics. Concepts and perspectives. Review Fresenius J Anal Chem. • From genomics to proteomics : techniques and applications in cancer research oleh Daniel B. Martin, et al tahun 2001 • Applications of proteomic techniques in cancer Research oleh Preeti Roy, et al tahun 2008. • Application of Genomics of Toxicology Research • Proteomic Identification of Salivary Biomarkers of Type-2 Diabetes oleh Paturi V. et al tahun 2009.