Anda di halaman 1dari 65

LAPORAN KASUS

PLASENTA PREVIA
Oleh:
dr. Andi Wahyudi

Pendamping:
dr.Indrawan Yachya, Sp.OG
dr. Vonny, Sp.OG
dr. Maryko Awang Herdian
dr. Titien Fitria Sholihati

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


RUMAH SAKIT DAERAH DEMANG SEPULAU RAYA
LAMPUNG TENGAH
2015 - 2016
 Nama : Ny. V
 Jenis kelamin : Perempuan
 Umur : 27 th
 Agama : Islam
 Suku : Lampung
 Alamat : Yukum Jaya
 Pekerjaan : IRT
 Pendidikan Terakhir : SMA
 Status Perkawinan : Menikah
 Tanggal Masuk : 19 Desember 2015
 Jam : 21.00
 No RM :-

IDENTITAS PASIEN
Ny. V, 27 th, G2P1A0, Islam, datang ke IGD RS Demang Sepulau Raya
pada tanggal 19 Desember 2015 pukul 21.00 dengan :
Keluhan Utama : Perdarahan pada jalan lahir, mulas-mulas.
RPS:
 Perdarahan pada jalan lahir sejak 3 hari yll, perdarahan kurang lebih 100
cc, berwarna merah segar. Tidak ada riwayat terjatuh / trauma
 Mulas-mulas tidak teratur dirasakan setiap 1- 2 jam sekali, durasi kurang
lebih 5 menit.
 Keluar air-air (-)
Sebelumnya OS pernah dirawat di RS Swasta dengan keluhan yang sama
yaitu perdarahan pada jalan lahir, pada 2 minggu yll.

HPHT : 19 April 2015


TP : 26 Januari 2016

ANAMNESA
Riwayat Penyakit Dahulu
 R. Hipertensi : Disangkal
 R. DM : Disangkal
 R. Asma : Disangkal
 R. Operasi : Disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


 R. Hipertensi : Disangkal
 R. DM : Disangkal
 R. Asma : Disangkal
 Riwayat Haid
◦ Menarche : 14 tahun
◦ Pola haid : Teratur
◦ Siklus : 28-30 hari
◦ Jumlah : Biasa
◦ Nyeri : (+)
◦ HPHT : 19 April 2015
◦ Taksiran Partus : 26 Januari 2016
 Riwayat Kehamian / Persalinan
◦ Persalinan : 1 kali, perempuan, berat lahir
2700 g, lahir normal di bidan
◦ Anak hidup : 1 orang
◦ Anak mati :-
◦ Abortus :-
◦ Umur anak terkecil : 4 tahun
◦ Pernah Operasi :-
◦ ANC : Rutin di Bidan
STATUS GENERALIS
 Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang, Gizi Kesan Cukup
 Kesadaran : Compos Mentis Anemis +/+
 Tekanan darah : 110 / 70 mmHg
 Nadi : 80x / menit
 RR : 20x / menit
 Suhu : 36,7 o C

PEMERIKSAAN FISIK
Thoraks
- Paru : Simetris
SN vesicular Rh -/-, wh -/-
- Jantung : S1 S2 regular, m (-), g (-)
Abdomen : BU (+), NT (-)
Ekstremitas : Akral hangat (+), Edema (-)
STATUS OBSTETRI
Leopold I : TFU 26 cm, TBJ (2.170 gram)
Bulat, lunak (Bokong)
Leopold II : Punggung Kanan
Leopold III : Bulat, keras (Kepala)
Leopold IV : Belum masuk PAP
 DJJ : 152x/menit

 V/V : Darah (+), Lendir (-), air-air (-)

 VT : Tidak dilakukan

 Inspekulo : Tidak dilakukan


 Laboratorium
◦ HB : 8,6 g/dl
◦ Eritrosit : 3,1 x1012/mm3
◦ Leukosit : 11.100 x109/mm3
◦ Trombosit : 376 x 103/mm3
◦ Hematokrit : 27 %

 Rencana USG

PEMERIKSAAN PENUNJANG
G2P1A0, UK 34-35 Minggu JPKTH dengan
Antepartum Haemorrhage ec Suspec Plasenta Previa +
Anemia

DIAGNOSIS
 O2 4-6 L/menit
 RL  Drip Brikasma 2 ampul 16 tpm
 Inj. Ceftazidine 1gr/12 jam
 Inj. Asam Traneksamat 1 ampul/8 jam
 Inj. Dexamethasone 2 ampul/24 jam (2 x 24 jam)
 Observasi TTV, DJJ, HIS, Perdarahan.
 Bedrest Total
 Pasang DC
 Transfusi PRC 1 kantong

(dr. Ali, Sp.OG)

PENATALAKSANAAN AWAL
 ( S ) Keluhan utama : Perdarahan berkurang, mulas-mulas berkurang
 ( O ) Vital Sign :
Kesadaran : Compos Mentis HB : 9,7 g/dl
Tensi : 110 / 70 mmHg Eritrosit : 3,7
Nadi : 80x / menit Leukosit : 12,8
RR : 20x / menit Trombosit : 302
Suhu : 36,5o C Hematokrit : 31

Status Obstetri:
TFU : 26 cm
p/v : darah (+) DJJ : 145 x/menit
VT : (-)
Inspekulo : (-)
• ( A ) G2P1A0, UK 34-35 minggu JPKTH dengan Antepartum Haemorrhage ec Suspec Plasenta Previa +
Anemia
• ( P ) Konsul dr. Ali Sp.OG
Th/-RL 20 tpm
- Inj. Ceftazidine 1g/12 jam
- Inj. Asam Traneksamat 1 ampul/ 8 jam
- Inj. Dexamethasone 2 ampul/24 jam (2x24 jam)
- Tab Brikasma 3x1
- Observasi TTV, DJJ, HIS, Perdarahan, Bedrest total

Follow Up 20 Desember 2015


Hasil USG
 Janin tunggal hidup,UK 34-35 minggu
 TBJ 2.250 gram
 DJJ 148x/menit
 Plasenta korpus belakang
 Plasenta tepinya berada pada pinggir ostium uteri
internum
 Cairan amnion cukup
 Tidak tampak kelainan kongenital mayor
20 Desember 2015 (16.00 WIB)
S : Mulas mulas sering
O: Status generalis dbn
Status Obstetri:
V/V : Perdarahan (+)
VT : (-)
Inspekulo : (-)

Konsul dr. Ali ,Sp.OG


• RL  Drip Brikasma 12 tpm
•Tab Nifedipin 10mg / 10-20 menit ( 4 kali)
 ( S ) Keluhan utama : Perdarahan (+) Mulas-mulas sering
 ( O ) Vital Sign :
Kesadaran : Compos Mentis
Tensi : 100 / 70 mmHg
Nadi : 80x / i
RR : 24x / i
Suhu : 36o C

Status Obstetri:
TFU : 26cm
p/v : Darah (+)
DJJ : 155x/i
 (A) : G2P1A0 , UK 34-35 minggu JPKTH dengan Antepartum Haemorrhage ec
Plasenta Previa Marginalis + Anemia
 (P) : Konsul dr. Vonny Sp.OG
- RL 20 tpm
- Inj. Ceftazidine 1g/12 jam
- Inj Asam Traneksamat / 8 jam

- Rencana Terminasi (SC) a/i Plasenta Previa Marginalis dengan perdarahan


berulang

Follow Up 21 Desember 2015


 ( S ) Keluhan utama: Nyeri (-), sesak (-),
 ( O ) Vital Sign :
Kesadaran : Compos Mentis
Tensi : 100 / 70 mmHg
Nadi : 80x / menit
RR : 18x / menit
Suhu : 36o C

Status Obstetri:
TFU : 2 jari bawah pusat, kontraksi baik
p/v : (-)
Flatus : (+)

• ( A ) P2A0 post SC a/i Plasenta Previa Marginalis dengan perdarahan berulang + Anemia
• ( P ) T/ :
- Cefadroxil 2x 500 mg
- Sulfas Ferosus 1x1
- Asam Mefenamat 3x1
- Metil Ergometrin 3x1
- Vit B complex 2x1
- BLPL

Follow Up 22 Desember 2015


 Ibu
◦ Ad Vitam : Bonam
◦ Ad Functionam : Bonam
◦ Ad Sanationam : Bonam
 Bayi
◦ Ad Vitam : Bonam
◦ Ad Functionam : Bonam
◦ Ad Sanationam : Bonam

PROGNOSIS
PLASENTA PREVIA
 Plasenta previa  plasenta yang berimplantasi
pada segmen bawah rahim demikian rupa sehingga
menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri
internum.
 Sejalan dengan bertambah membesarnya rahim dan
meluasnya segmen bawah rahim kearah proksimal
memungkinkan plasenta yang berimplantasi pada
segmen bawah rahim ikut berpindah mengikuti
perluasan segmen bawah rahim seolah plasenta
tersebut bermigrasi.

Definisi
1. Plasenta previa totalis atau komplit  menutupi seluruh
ostium uteri internum.
2. Plasenta previa parsialis  menutupi sebagian ostium
uteri internum.
3. Plasenta previa marginalis  tepinya berada pada
pinggir ostium uteri internum.
4. Plasenta letak rendah  berimplantasi pada SBU
demikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada
jarak lebih kurang 2cm dari ostium uteri internum. Jarak
yang lebih dari 2 cm dianggap plasenta letak normal.

Klasifikasi
 Pada kehamilan dengan paritas tinggi dan pada usia
diatas 30 tahun.
 Pada kehamilan ganda daripada kehamilan tunggal.
 Uterus bercacat (pasca operasi)
 Pada beberpa Rumah Sakit Umum Pemerintah dilaporkan
insidennya berkisar 1,7% sampai dengan 2,9% .
 Di negara maju insidennya lebih rendah yaitu kurang dari
1% mungkin disebabkan berkurangnya perempuan hamil
paritas tinggi.
 Dengan meluasnya penggunaan ultrasonografi dalam
obstetrik yang memungkinkan deteksi lebih dini, insiden
plasenta previa lebih tinggi

Epidemiologi
 Penyebab blastokista berimplantasi pada segmen
bawah rahim belumlah diketahui dengan pasti.
 Vaskularisasi disidua yang tidak memadai
peradangan atau atrofi.
 Paritas tinggi, usia lanjut, cacat proses peradangan
dan kejadian atrofi di endometrium
 Cacat bekas bedah sesar
 Merokok Hipoksemia akibat karbon monoksida
Hipertrofi plasenta
 Plasenta yang terlalu besarkehamilan ganda dan
eritoblastosis fetalis

Etiologi
Anatomi
ss
Kehamilan Terbentuk SBU 1. Tapak Plasenta laserasi Perdarahan maternal dari
Trimester 3* 2. Serviks mendatar & ruang intervillus plsenta Merah segar
membuka & tidak nyeri
Dibentuk secara Perdarahan lebih banyak
bertahap (ISTHMUS) & lama berhenti

Perdarahan dekat OUI


Penutupan perdarahan tidak Perdarahan pada sinus ( Mengalir keluar & Tidak ada
1. Elemen otot minimal sempurna besar hematoma retroplasenta)
(Tidak dapat berkontraksi)
2. Faktor Pembekuan yang
bekerja

Plasenta Akreta,
Dinding SBU tipis Di invasi vili trofoblas Inkreta dan Perkreta

Catatan:
* (dengan faktor resiko)
1. Plasenta Previa Totalis  Terjadi lebih awal
2. Plasenta Previa Parsial, Marginal, Letak Rendah  30-34 minggu keatas

Patofisiologi
 Perdarahan
◦ Tidak Nyeri
◦ Berwarna merah segar
◦ Pada trimester 2 akhir keatas
◦ Tanpa sebab yang jelas
◦ Berulang, awal sedikit kemudian perdarahan selanjutya lebih
banyak
◦ Pada PLR perdarahan baru terjadi pada waktu mulai persalinan
◦ Perdarahan bisa berlangsung sampai pasca persalinan.
◦ Bertambah disebabkan serviks dan segmen bawah rahim pada
plasenta previa lebih rapuh dan mudah mengalami robekan.
Robekan lebih mudah terjdi sebagai komplikasi plasenta akreta.
 Palpasi abdomen sering ditemui bagian terbawah janin
masih tinggi diatas simfisis dengan letak janin tidak
dalam letak memanjang.
 Palpasi abdomen tidak membuat ibu hamil merasa nyeri
dan perut tidak tegang.
Gejala Klinis
 Anamnesis
 Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan Penunjang
◦ Laboratorium, Inspekulo dan USG

Diagnosis
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
1. Perdarahan berulang  Syok Hipovolemia
2. Plasenta Akreta, Inkreta dan Perkreta
3. Robek pada serviks dan SBU
4. Retensio plasenta
5. Kelainan letak anak
6. Kelahiran prematur dan gawat janin

Komplikasi
 Prognosis ibu dan anak pada plasenta previa dewasa ini lebih baik
dibandingkan dengan masa lalu.
 Hal ini berkat diagnosis yang lebih dini dan tidak invasif dengan USG
disamping ketersediaan darah dan infus cairan telah ada di hampir rumah
sakit kabupaten.
 Rawat inap yang lebih radikal ikut berperan terutama bagi kasus yang
pernah melahirkan dengan seksio sesarea atau bertempat tinggal jauh dari
fasilitas yang diperlukan.
 Penurunan jumlah ibu hamil dengan paritas tinggi dan usia tinggi berkat
sosialisasi program keluarga berencana menambah penurunan insiden
plasenta previa.
 Dengan demikian, banyak komplikasi maternal dapat dihindarkan.
 Namun, nasib janin masih belum terlepas dari komplikasi kelahiran prematur
baik yang lahir spontan maupun intervensi seksio sesarea.
 Karenanya kelahiran prematur belum sepenuhnya bisa dihindari sekalipun
tindakan konservatif diberlakukan.
 Pada satu penelitian yang melibatkan 93.000 persalinan oleh Crane dan
kawan –kawan 1999 dilaporkan angka kelahiran prematur 47%.
Hubungan hambatan pertumbuhan janin dan kelainan bawaan bahwa
dengan plasenta previa belum terbukti.

Prognosis
VASA PREVIA
 Vasa Previa adalah keadaan dimana pembuluh
darah janin berada didalam selaput ketuban dan
melewati ostium uteri internum untuk kemudian sampai
ke dalam insersinya di tali pusat.
 Perdarahan terjadi bila selaput ketuban melewati
pembukaan serviks robek atau pecah dan vaskular
janin terputus. Perdarahan antepartum pada vasa
previa menyebabkan angka kematian janin yang
tinggi (33% sampai 100%)

Definisi
 Faktor resiko ntara lain pada plasenta bilobata,
plasenta suksenturiata, plasenta letak rendah,
kehamilan pada fertilisasi invitru, dan kehamilan
danda terutama triplet. Semua keadaan ini
berpeluang lebih besar bahwa vaskular janin dalam
selaput ketuban melewati ostium uteri.
 Secara teknis keadaan ini dimungkinkan pada dua
situasi yaitu pada insersio velamentosa dan plasenta
suksenturiata. Pembuluh darah janin yang melewati
pembukaan serviks tidak terlindung dari bahaya
terputus ketika ketuban pecah dalam persalinan dan
janin mengalami perdarahan akut yang banyak.
 Keadaan ini sangat jarang kira-kira 1 dalam 1000
sampai 5000 kehamilan. Untuk berjaga-jaga ada
baiknya bila dalam asuhan prenatal ketika pemeriksaan
USG dilakukan, perhatian diperluas kepada keadaan ini
dengan pemeriksaan transvaginal Color Doppler USG.
 Bila terduga terjadi perdarahan fetal, untuk konfirmasi
dibuat pemeriksaan yang bisa memastikan darah tersebut
berasal dari tubuh janin dengan pemeriksaan APT atau
Kleiauer-Betke. Pemeriksaan ini didasari darah janin yang
tahan terhadap suasana alkali. Pemeriksaan yang terbaik
adalah elektroforesis. Bila diagnosis dapat ditegakkan
sebelum persalinan, maka tindakan terpilih untuk
menyelamatkan janin adalah melalui bedah sesar
SOLUSIO PLASENTA
Solusio Plasenta adalah terlepasnya sebagian atau
seluruh permukaan maternal plasenta dari tempat
implantasinya yang normal pada lapisan desidua
endometrium sebelum waktunya yakni sebelum anak
lahir

Definisi
Ruptura sinus • Plasenta hanya dapat terlepas
marginalis hanya pada pinggirnya

Solusio
plasenta • Plasenta terlepas lebih luas
parsialis
Solusio • Plasenta terlepas seluruh
plasenta permukaan maternal
totalis

Klasifikasi
Ringan Sedang Berat
• Luas plasenta yang • Luas plasenta yang • Luas plasenta yang
terlepas tidak sampai terlepas telah melebihi terleas sudah melebihi
25% 25%, tetapi belum 50%
• Kurang dari 1/6 mencapai separuhnya • Mencapai 1000 ml
bagian. 50%. atau lebih.
• Kurang dari 250 ml. • Lebih banyak dari • Perdarah bisa terjadi
• Gejala-gejala 250 ml tetapi belum ke luar dan ke dalam
perdarahan sukar mencapai 1000 ml. bersama-sama.
dibedakan dari • Umumnya perdarah • Gejala-gejala dan
plasenta previa terjadi di luar dan ke tanda-tanda klinik
kecuali warna darah dalam bersama-sama. jelas, keadaan umum
yang kehitaman. • Gejala- gejala dan penderita buruk
• Komplikasi terhadap tanda-tanda sudah disertai syok, dan
ibu dan janin belum jelas seperti rasa nyari hampir semua janinnya
ada pada perut yang terus telah meninggal.
menerus • Kompliksi koagulopati
• Denyut jantung janin dan gagal ginjal yang
cepat, hipotensi dan di tandai pada
takikardi oligouri biasanya
telah ada

Klasifikasi
 Melihat latar belakang yang sering dianggap sebagai faktor resiko
diyakini bahwa insidensi solusio plasenta semakin menurun dengan
semakin baiknya perawatan antenatal sejalan dengan semakin
menurunnya jumlah ibu hamil usia dan paritas tinggi dan
membaiknya kesadaran kesadaran masyarakat berprilaku lebih
higienis.
 Transportasi yang lebih mudah memberi peluang pasien cepat
sampai ke tujuan sehingga keterlambatan dapat dihindari dari
solusio plasenta tidak sampai menjadi berat dan mematikan bagi
janin.
 Dalam kepustakaa dilaporkan insidensi solusio plasenta 1 dalam
155 sampai 1 dalam 225 persalinan ( yang berarti < 0,5%) di
negara-negara Eropa untuk solusio plasenta yang tidak sampai
mematikan janin.
 Untuk solusio yang lebih berat sampai mematikan janin insidensinya
lebih rendah 1 dalam 830 persalinan (1974-1989) dan turun
menjadi 1 dalam 1550 persalinan (1988-1999). Namun, insidensi
solusio plasenta diyakini mash lebih tinggi di tanah air dibanding
dengan negara maju.

Epidemiologi
Faktor Resiko Resiko Relatif

Pernah solusio plasenta 10-25

Ketuban pecah preterm/korioamnionitis 2,4-3,0

Sindroma pre-eklamsia 2,1-4,0

Hipertensi kronik 1,8-3,0

Merokok/nikotin 1,4-1,9

Merokok=hipertensi kronik atau pre-eklamsia 5-8

Pecandu kokain 13%

Mioma di belakang plasenta 8 dari 14

Gangguan sistem pembekuan darah berupa singgle-gene mutation/ Meningkat s/d 7x


tombofilia meningkat
Acquired antiphospholipid autoantibodies Jarang

Trauma abdomen dalam kehamilan jarang

Etiologi
Anatomi
Keluar melalui
Terlepasnya serviks dan vagina
Iskemia & A.Spiralis dan Hemoatom ( revealed
Hipoksia desidua Retroplasenta hemorraghe)
Darah
Merembes
Nutrisi & 02 (selaput ketuban
berkurang & miometrium) Terperangkap
diuterus
(Conealed
Hemorraghe)
Plasenta lepas >>

Penyebab Iskemia dan Hipoksia


1. Koriomanionitis
2. Kelainan Genetik
3. Trombofilia
4. Hiperhomosisteinemia
5. Nikotin dan Kokain

Patofisiologi
Sitokin,
Korioamnionitis Lipopolisakarida & Iskemia & hipoksia
eisikanoid,
(KPD) Endotoksin (Sel-sel mati)
oksidan

Terbentu NOS Trombosis A.


(Nitric Oxide Trombofilia Spirallis dan
Synthase) Desidua Basalis

NO Periksonitrit
(Nitric Oxide) Vasokontriksi
(antioksidan tahan lama)

Nikotin dan
Kelainan Defisiensi Protein C Kokain
Genetik dan S

Kerusakan Endotelium
vaskular

Hiperhomosisteinemia

Patofisiologi
Solusio Plasenta Ringan
 Kurang lebih 30% penderita solusio plasenta ringan tidak atau sedikit
melahirkan gejala
 Pada keadaan yang sangat ringan tidak ada gejala kecuali hematom
yang berukuran beberapa sentimeter terdapat pda permukan maternal
plasenta
 Rasa nyeri pada perut masih ringan dan darah yang keluar masih sedikit,
sehingga belum keluar melalui vagina.
 Tanda –tanda vital dan keadaan umum ibu maupun janin masih baik
 Pada inspeksi dan auskultasi tidak dijumpai kelainan kecuali pada palpasi
sedikit terasa nyeri lokal pada tempat terbentuk hematom dan perut
sedikit tegang tapi bagian-bagian janin masih dapat dikenal.
 Kadar fibrinogen darah dalam batas atas normal yaitu 350mg%.
 Walaupun belum memerlukan intervensi segera, keadaan yang ringan ini
perlu dimonitor terus menerus upaya mendeteksi kedaan bertambah berat.
 Pemeriksaan ultrasonografi berguna untuk menyingkirkan plasenta previa
dan mungkin bisa mendeteksi luasnya solusio terutama pada solusio sedang
atau berat

Gambaran Klinik
Solusio Plasenta Sedang
 Nyeri pada perut yang terus menerus
 Denyut jantung janin biasanya telah menunjukkan gawat janin, perdarahan
yang tampak keluar lebih banyak, takikardi, hipotensi, kulit dingin dan
keringatan, oligouria muali ada, kadar fibrinogen berkurang antara 150
sampai 250 mg/100 ml, dan mungkin kelainan pembekuan darah dan
gangguan fungsi ginjal sudah mulai ada
 Rasa nyeri dan tegang perut jelas sehingga palpasi bagian –bagian anak
sukar.
 Rasa nyeri datangnya akut kemudian menetap tidak bersifat hilang timbul
seperti pada his yang normal
 Perdarahan pervaginam jelas dan berwarna kehitaman, penderita pucat
karena mulai ada syok sehingga keringat dingin
 Pada stadium ini bisa jadi telah timbul his dan persalinan telah mulai
 Perlu dilakukan tes gangguan pembekuan darah
 Bila terminasi persalinan terlambat atau fasilitas perawatan intensif
neonatus tidak memadai, kematian perinatal dapat dipastikan terjadi

Gambaran Klinik
Solusio Plasenta Berat
 Perut sangat nyeri dan tegang serta keras seperti papan (defance
mussculaire) disertai perdarahan yang berwarna hitam
 Palpasi bagian-bagian janin tidak mungkin lagi dilakukan
 Fundus uteri lebih tinggi yang seharusnya oleh karena telah terjadi
penumpukan darah dalam rahim pada kategori concealed hemorrhage.
Jika dalam masa observasi tinggi fundus bertambah lagi berarti
perdarahan baru masih berlangsung.
 Pada inspeksi rahim kelihatan membulat dan kuit diatasnya kencang dan
berkilat.
 Pada auskultasi denyut jantung janin tidak terdengar lagi akibat gangguan
anatomik dan fungsi dari plasenta.
 Keadaan umum menjadi buruk disertai syok
 Ada kalanya kedaan umum ibu jauh lebih buruk dibandingkan perdarahan
yang tidak seberapa keluar dari vagina.
 Hipofibrinogemia dan oligouria boleh jadi telah ada sebagai akibat
komplikasi pembekuan darah intravaskular yang luas (DIC), dan gangguan
fungisi ginjal. Kadar fibrinogen darah rendah yaitu kurang dari 150 mg%
dan telah ada trombositopenia

Gambaran Klinik
 Anamnesis
 Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan Penunjang
◦ Laboratorium, Inspekulo dan USG

Diagnosis
 Anemia
 Syok hipovolemik
 Isufisiensi fungsi plasenta
 Gangguan pembekuan darah
 Gagal ginjal mendadak
 Kelahiran prematur dan kematian perinatal

Komplikasi
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
 Solusio plasenta mempunyai prognosis yang buruk baik bagi ibu
hamil dan lebih buruk lagi bagi janin jika dibandingkan dengan
plasenta previa.
 Solusio plasenta ringan masih mempunyai prognosis yang baik bagi
ibu dan janin karena tidak ada kematian dan morbiditasnya
rendah.
 Solusi plasenta sedang mempunya prognosis yang lebih buruk
terutama terhadap janinnya karena mortalitas dan morbiditas
perinatal yang tinggi disamping morbiditas ibu, yang lebih berat.
 Solusio plasenta berat mempunyai prognosis palin buruk baik
terhadap ibu lebih-lebih terhadap janinnya. Umumnya pada
keadaan yang demikian janin telah mati dan motalitas meningkat
akibat salah satu komplikasi.
 Pada solusio plasenta sedang dan berat prognosisnya juga
bergantung pada kecepatan dan ketaatan bantuan medis yang
diperoleh pasien. Transfusi darah yang banyak dengan segera dan
terminasi kehamilan tepat waktu sangat menurunkan morbiditas dan
mortalitas maternal dan perinatal

Prognosis
PEMBAHASAN / DISKUSI KASUS
Dalam laporan kasus ini penderita didiagnosa
dengan Antepartum Haemorrhage ec plasenta
previa marginalis

Diagnosa pada pasien ini berdasarkan:


 Perdarahan pervaginam berwarna merah segar pada
kehamilan minggu 34-35 (Trimester 3) tiba-tiba,tanpa
desertai trauma sebelumnya dan tidak nyeri dan berulang.
 Pada plasenta previa totalis biasanya dapat terjadi
perdarahan mulai pada kehamilan minggu ke 20,
dikarenakan pada saat itu segmen bawah rahim mulai
terbentuk dan melebar serta menipis, maka dapat terjadi
perdarahan.
 Mulas (timbul his) pada keadaan ini dapat memperberat
perdarahan apabila his timbul, dikarenakan kontraksi
memicu terjadinya perdarahan

Anamnesis
Status Generalis
Tanda tanda vital
 Pada pasien tanda-tanda vital dalam batas
normal, ini dapat menjadi indikator bahwa pasien
tidak atau belum mengalam syok hipovolemik
akibat perdarahan.
 Pada pemeriksaan konjungtiva pucat,
kemungkinan pasien mengalami anemia karena
perdarahan

Pemeriksaan Fisik
Status Obstetri
 Pada leopold I, TFU 26 cm berdasarkan rumus McDonalds usia
kehamilan 29-30 minggu, tidak sesuai dengan hasil USG.
Kemungkinan diakibatkan oleh janin yang kecil.
 Dari hasil leopold I,II,III dan IV posisi kepala di bawah dan
belum masuk pintu atas panggul.
 Tampak perdarahan merah segar sedikit-sedikit dan stol cell
pada daerah vulva dan vagina, menandakan darah yang
berasal tidak atau belum bercampur dengan cairan amnion,
dapat menyingkirkan kemungkinan solusio plasenta.
 Vaginal Touching tidak dilakukan karena merupakan kontra
indikasi, karena dapat menyebabkan perdarahan baru yang
lebih hebat. Kita dapat melakukan vaginal touching apabila
sudah dalam keadaan siap di meja operasi.
 Inspekulo tidak dilakukan.
Laboratorium
 Kadar hemoglobin 8,6 g/dl menandakan terjadi
anemia akibat perdarahan. Membutuhkan transfusi
darah, pilihan terbaik PRC dengan target hemoglobin
lebih dari 10 g/dl

Pemeriksaan Penunjang
USG
 Dari hasil USG menunjukkan bahwa plasenta previa
marginalis, taksiran berat janin kurang dari 2500 g,
kemungkiran besar akan terjadi BBLR dan kemungkinan
besar dapat terjadi Asfiksia pada janin.
 Denyut jantung janin normal menandakan belum terjadi
gawat janin, dan tidak ada kelainan kongenital
mayor,berarti tidak ada faktor yang memperberat janin
bila harus di terminasi dalam keadaan preterm
 Berdasarkan keadaan pasien di berikan secara
simptomatis
 Ringer Laktat untuk mengganti cairan yang hilang akibat
perdarahan.
 Antibiotik digunakan sebagai provilaksis karena adanya
hubungan luar dan dalam pada jalan lahir akibat
perdarahan.
 Tokolitik diberikan untuk menghilangkan his yang dapat
memperberat perdarahan.
 Hemostatis untuk membantu mengurang perdarahan.
 Transfusi PRC karena hemoglobin rendah
 Dialakukan tindakan SC karena terjadi perdarahan yang
sering dan berulang serta his yang menetap setelah
diberikan tokolitik.

Penatalaksanaan
 Prognosis ibu ad bonam karena tidak terdapat
perdarahan yang hebat dan setelah di terminasi
kehamilannya tidak ada perdarahan berulang.
 Prognosis bayi ad bonam meskipun dalam keadaan
BBLR 2200 g, namun saat diterminasi apgar 8/9 dan
setelah di observasi bayi dalam keadaan baik

Prognosis
1. Cunningham FG, Gant NF, Levino KJ, Gilstrap LC, Heuth JC,
Winstrom KD, editors. Obstetrical hemorrhage. William Obstetrics
23rd ed. Singapore: Mc Graw Hill; 2010. p 619-670
2. Greentop guideline No.27. Placenta praevia, placenta praevia
accrete, and vasa praevia : diagnosis and management. Royal
College of Obstetricians and Gynaecologist; January 2011.
3. Perry KG. Abruptio Placentae. In: Reulin ME, Martin RW, editors.
Manual of Clinical problems in Obstetrics and Gynecology. USA:
Williams & Wilkins; 2000. p 21-23
4. Laros RK. Bleeding during late pregnancy. In: Wilson JR,
Carrington ER, editors. Obstetri and Gynecelogy. USA: Mosby
Year Book; 1991. p 338-349
5. Arias F, Bhide AG, Daftary AN. Practical guide for high risk
pregnancy and delivery 3rd ed. USA : Elsevier; 2008. p 342-347
6. Saifudin, Hari, Abdul. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo 4th
ed. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2010. p 495-
513

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai