EKONOMI ISLAM DI
INDONESIA
LEMBAGA-LEMBAGA EKONOMI ISLAM DI
INDONESIA
1. Bank
2. Asuransi
3. Pasar Modal
4. Zakat
5. Wakaf
6. Lembaga gadai
7. Koperasi/BMT
8. Perusahaan Pembiayaan
9. Dewan Syariah Nasional
10. Dewan Pengawas Syariah
OTORITAS JASA KEUANGAN
• UU 21 tahun 2011 ttg Otoritas Jasa Keuangan
• Otoritas Jasa Keuangan adalah lembaga yang
independen dan bebas dari campur tangan pihak lain,
yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang
pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan
di sektor jasa keuangan
• OJK melakukan tugas pengaturan dan pengawasan
secara terpadu, independen, dan akuntabel terhadap:
• Kegiatan jasa keuangan di bidang Perbankan
• Kegiatan jasa keuangan di bidang Pasar Modal
• Kegiatan jasa keuangan di bidang Industri Keuangan Non-Bank
Kegiatan Jasa Ruang Lingkup OJK
• Perbankan
• Segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan,
kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan
usahanya secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah
sebagaimana dimaksud dalam UU mengenai perbankan
• Pasar Modal (UU Pasar Modal)
• Kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan
Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya,
serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek.
• Industri Keuangan Non-Bank
• Kegiatan jasa keuangan yang disediakan oleh lembaga keuangan selain
bank yang mencakup Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, Lembaga
Penjaminan, Pergadaian, Perusahaan Perasuransian, dan lembaga yang
menyelenggarakan program jaminan sosial, pensiun, dan kesejahteraan
yang bersifat wajib, serta industri keuangan non bank lainnya
I. BANK
PERKEMBANGAN JUMLAH PERBANKAN
SYARIAH
PERBANKAN SYARIAH
PERBANKAN
SYARIAH
BANK
SYARIAH
BANK
BANK UMUM BANK UMUM
PEMBIAYAAN
SYARIAH KONVENSIONAL
RAKYAT SYARIAH
UNIT
SISTEM
USAHA
KONVENSIONAL
SYARIAH
PENDIRIAN BANK SYARIAH
• UU No 21/ 2008 ttg Perbankan Syariah
• PBI Nomor 11/15/PBI/2009 - Perubahan Kegiatan Usaha
Bank Konvensional Menjadi Bank Syariah,
• PBI 11/10/PBI/2009 ttg Unit Usaha Syariah
• Bank hanya dapat didirikan dan melakukan kegiatan
usaha setelah memperoleh izin BI
• Bentuk badan hukum Bank Islam adalah PERSEROAN
TERBATAS
• Pemberian izin dilakukan dalam 2 tahap:
1. Persetujuan prinsip, yaitu persetujuan untuk melakukan
persiapan pendirian Bank
2. Izin usaha, yaitu izin yang diberikan untuk melakukan kegiatan
usaha Bank setelah tahap persetujuan prinsip selesai dilakukan
1. PERSETUJUAN PRINSIP
* BI DITOLAK
melakukan:
a. Penelitian
dokumen * Berlaku 1
b. Analisis tahun sejak
PERMOHON c. Fit and tanggal
BI
AN proper test
persetujuan
prinsip
diterbitkan
* Presentasi
* Dilarang
• Dokumen
oleh pihak DISETU- melakukan
pendukung (SE yang JUI kegiatan
11/9/Dpbs) mengajukan usaha
• Setoran modal permohonan sebelum
paling kurang mendapat izin
30% dari usaha
modal disetor
minimum * Mengajukan
permohonan
izin usaha
2. IZIN USAHA
*Bank wajib
* BI DITOLAK melakukan
melakukan: kegiatan
a. Penelitian usaha paling
dokumen lambat 60
hari sejak
b. Fit and tanggal terbit
PERMOHON
BI proper test izin usaha
AN *Presiden
apabila
Direktur
terjadi Bank wajib
penggantia lapor
• Dokumen n pihak- DI pelaksanaan
pendukung (SE kegiatan
pihak SETUJUI
11/9/Dpbs) usaha paling
• Pelunasan lambat 10
minimum modal hari
disetor *Wajib
mencantumk
an kata
SYARIAH
pada nama
Bank
MODAL
• BUS
– Modal disetor paling kurang Rp1 triliun
• BPRS
– Modal disetor paling kurang Rp2 miliar untuk di wilayah
Jabodetabek
– Modal disetor paling kurang Rp1 miliar untuk wilayah ibukota
propinsi di luar wilayah Jabodetabek
– Modal disetor paling kurang Rp500 juta untuk di luar dua wilayah di
atas
KONVERSI PERBANKAN
• BUS tidak dapat dikonversi menjadi BUK
• BPRS tidak dapat dikonversi menjadi BPR
• BUK dapat dikonversi menjadi BUS
• BPR dapat dikonversi menjadi BPRS
• Konversi yang dilakukan BUK menjadi BUS dan BPR
menjadi BPRS harus mendapat izin perubahan kegiatan
usaha oleh BI
PEMBENTUKAN UNIT USAHA SYARIAH
RUPS
PERBANKAN
DEWAN
SYARIAH
KOMISARIS
DIREKSI
DEWAN PENGAWAS
SYARIAH
II. ASURANSI
Kajian terhadap Asuransi
• Pemahaman terhadap asuransi konvensional adalah haram,
yang terkandung dalam unsur gharar, maisir, dan riba
1. Unsur gharar terdapat pada bentuk akad (perikatan) yang melandasi
penutupan polis. Akad yang terdapat pada asuransi konvensional
dikategorikan sebagai aqd tabaduli atau akad pertukaran yaitu
pertukaran pembayaran premi dengan uang pertanggungan. Unsur
gharar ini juga terdapat pada sumber dana pembayaran klaim pada
asuransi konvensional adalah tidak jelas asalnya.
2. Unsur maisir terjadi apabila peserta asuransi (pemegang polis)
membatalkan kontraknya pada masa reversing period, ia tidak akan
menerima kembali uang yang telah dibayarkan kecuali sebagian
kecil saja (biasanya kurang dari 5%).
3. Unsur riba terkandung dalam melakukan usaha dan investasi yang
menggunakan sistem bunga, terutama oleh bank-bank konvensional
dan funds manager companies.
Perkembangan Asuransi Syariah
• Tahun 1994 didirikan PT Syarikat Takaful Indonesia yang
terdiri dari dua anak perusahaan:
• PT Asuransi Takaful Keluarga asuransi jiwa
• PT Asuransi Takaful Umum asuransi kerugian
• Perusahaan asuransi syariah berkembang menjadi:
• Asuransi Jiwa Syariah
• Asuransi Kerugian Syariah
• Unit Syariah Asuransi Jiwa Syariah
• Unit Syariah Asuransi Kerugian Syariah
• Re-Asuransi Syariah
Perizinan Usaha Asuransi Syariah
Pasal 3, 4, 32 dan 33 KMK No. 426/KMK.06/2003
Persyaratan Permodalan
JENIS PERUSAHAAN MODAL DISETOR MINIMUM
Perusahaan Asuransi Rp100 miliar
Perusahaan Reasuransi Rp200 miliar
Perusahaan Pialang Rp1 miliar
Asuransi/Reasuransi
Perusahaan Asuransi berdasarkan Rp50 miliar
prinsip syariah
Perusahaan Reasuransi berdasarkan Rp100 miliar
prinsip syariah
UNIT SYARIAH dari MODAL KERJA MINIMUM
*) Data Unaudited
PERKEMBANGAN USAHA ASURANSI & USAHA REASURANSI
DENGAN PRINSIP SYARIAH
3,000
2,379 708
dlm miliar rupiah
2,500
450
2,000 1,651
1,500
497 2,530
1,000 806 1,929
499 294
500 326 217 1,154
127
511
199 282
-
2005 2006 2007 2008 2009 2010
Asuransi Kerugian & Reasuransi Syariah Asuransi Jiwa Syariah Total Asuransi Syariah
Asuransi Kerugian & Reasuransi Syariah Asuransi Jiwa Syariah Total Asuransi Syariah
PERKEMBANGAN USAHA ASURANSI & USAHA REASURANSI
DENGAN PRINSIP SYARIAH
Perkembangan Aset Usaha Asuransi Dengan Prinsip Syariah Tahun 2005 - 2010
5,000 4,605
4,500
dlm miliar rupiah 4,000
3,500 3,023 1,313
3,000
2,500 903
1,853
2,000 1,512
1,500 3,293
950 492 702
1,000 685 2,120
194 336
500 1,020 1,151
491 614
-
2005 2006 2007 2008 2009 2010
Asuransi Kerugian & Reasuransi Syariah Asuransi Jiwa Syariah Total Asuransi Syariah
3,023
3,000
2,500 903
1,853
2,000 1,512
1,500 3,293
950 492 702
1,000 685 2,120
194 336
500 1,020 1,151
491 614
-
2005 2006 2007 2008 2009 2010
Asuransi Kerugian & Reasuransi Syariah Asuransi Jiwa Syariah Total Asuransi Syariah
III. PASAR MODAL
Pasar Modal Syariah di Indonesia
• Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan
Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan
Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya,
serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek
• Awal pelaksanaan pasar modal syariah di Indonesia
adalah
• Penerbitan pertama kali reksa dana syariah yaitu reksa dana
Danareksa Syariah pada tanggal 25 Juni 1997
• Penerbitan obligasi syariah pada akhir 2002,
• Diadakan Jakarta Islamic Index (JII) pada tanggal 3 Juli 2002 oleh
PT Bursa Efek Jakarta (BEJ).
Jakarta Islamic Index (JII)
• Tujuan pembentukan Jakarta Islamic Index (JII) adalah
“untuk meningkatkan kepercayaan investor untuk
melakukan investasi pada saham berbasis syariah dan
memberikan manfaat bagi pemodal dalam menjalankan
syariah Islam untuk melakukan investasi di Bursa”.
• Saham-saham yang tercatat pada Jakarta Islamic Index
(JII) merupakan benchmark bagi saham-saham yang
berisikan saham-saham likuid dan memenuhi prinsip
syariah.
OJK
Bapepam-LK
Manajer Investasi
Investor
Faktor-faktor Pengaruh Perkembangan Pasar
Modal Syariah
• Menurut hasil penelitian Badan Pengawas Pasar Modal
(Bapepam) antara lain adalah:
• Perkembangan macam instrumen pasar modal sesuai dengan
syariah yang dikuatkan dengan fatwa DSN-MUI.
• Perkembangan transaksi sesuai syariah atas instrumen pasar
modal syariah.
• Perkembangan kelembagaan yang memantau macam dan
transaksi pasar modal syariah.
Kriteria Emiten Syariah
• Jenis usaha, produk barang, jasa yg diberikan dan akad serta cara
pengelolaan perusahaan Emiten yang menerbitkan Efek Syariah tdk
boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah
• Jenis Usaha Yg Bertentangan adalah
– Perjudian, permainan yg tergolong judi atau perdagangan yang
dilarang
– Lembaga keuangan konvensional
– Produsen, distributor, serta pedagang makanan dan minuman yg
haram.
– Produsen, distributor, dan atau penyedia barang atau jasa yg
merusak moral dan bersifat mudarat
– Melakukan investasi pada Emiten yg pd saat transaksi tingkat hutang
perusahaan kpd lembaga keuangan ribawi lebih dominan dr
modalnya.
Lanjutan
• Emiten yang menerbitkan Efek Syariah wajib
menandatangani dan memenuhi akad yg sesuai dg
syariah
• Emiten yang menerbitkan Efek Syariah wajib menjamin
kegiatan usahanya memenuhi prinsip Syariah
• Apabila suatu saat Emiten tidak bisa memenuhi
persyaratan-2 tersebut, maka otomatis Efek yang
diterbitkan bukan sebagai Efek Syariah
Efek Syariah
• Efek Syariah adalah Efek sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Pasar Modal dan peraturan
pelaksanaannya yang akad, cara,dan kegiatan usaha
yang menjadi landasan penerbitannya tidak bertentangan
dengan Prinsip-prinsip Syariah di Pasar Modal
Kriteria Efek Syariah
• Tidak melakukan kegiatan usaha yang bertentangan
dengan prinsip syariah;
• Memenuhi rasio-rasio keuangan sebagai berikut:
– Total utang yang berbasis bunga dibandingkan dengan total
ekuitas tidak lebih dari 82% (delapan puluh dua per seratus);
– Total pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal lainnya
dibandingkan dengan total pendapatan usaha (revenue) dan
pendapatan lain-lain tidak lebih dari 10% (sepuluh per seratus)
Kegiatan Usaha Yg Tidak Sesuai Prinsip Syariah
(Keputusan Ketua Bapepam LK No : Kep-181/BL/2009 Tanggal : 30 Juni 2009)
Presiden
BAZNAS
BAZ LAZ
Dibentuk pemerintah Dibentuk masyarakat
Kelembagaan Zakat 2011
Presiden
Menteri
BAZNAS
Agama
UPZ LAZ
Badan Amil Zakat Nasional
• BAZNAS adalah lembaga yang melakukan pengelolaan
zakat secara nasional
• merupakan lembaga pemerintah nonstruktural yang
bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden
melalui Menteri
Tugas dan Fungsi BAZNAS
• Tugas BAZNAS
• Mengelola zakat secara nasional
• Fungsi BAZNAS
1. Perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat;
2. Pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat;
3. Pengendalian pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat; dan
4. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan
zakat.
Cont’d
• Untuk melaksanakan tugas dan fungsi BAZNAS pada
tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota dibentuk BAZNAS
Provinsi dan BAZNAS Kabupaten/Kota
• Pola kelembagaan zakat adalah meliputi pengumpulan
seluruh zakat, termasuk bentuk sedekah lainnya
Unit Pengelola Zakat
• UPZ adalah satuan organisasi yang dibentuk oleh
BAZNAS untuk membantu pengumpulan zakat
• UPZ dibentuk oleh BAZNAS, BAZNAS provinsi, dan
BAZNAS kabupaten/kota dalam rangka melaksanakan
tugas dan fungsinya
• UPZ dapat dibentuk pada instansi pemerintah, badan
usaha milik negara, badan usaha milik daerah,
perusahaan swasta, dan perwakilan Republik Indonesia di
luar negeri serta dapat membentuk UPZ pada tingkat
kecamatan, kelurahan atau nama lainnya, dan tempat
lainnya
Lembaga Amil Zakat
• LAZ adalah lembaga yang dibentuk masyarakat yang
memiliki tugas membantu pengumpulan, pendistribusian,
dan pendayagunaan zakat
• Pembentukan LAZ wajib mendapat izin Menteri atau
pejabat yang ditunjuk oleh Menteri.
Syarat LAZ
• Izin hanya diberikan apabila memenuhi persyaratan
paling sedikit:
1. Terdaftar sebagai organisasi kemasyarakatan Islam yang
mengelola bidang pendidikan, dakwah, dan sosial;
2. Berbentuk lembaga berbadan hukum;
3. Mendapat rekomendasi dari BAZNAS;
4. Memiliki pengawas syariat;
5. Memiliki kemampuan teknis, administratif, dan keuangan untuk
melaksanakan kegiatannya;
6. Bersifat nirlaba;
7. Memiliki program untuk mendayagunakan zakat bagi
kesejahteraan umat; dan
8. Bersedia diaudit syariat dan keuangan secara berkala.
Putusan MK ttg JR
UU Pengelolaan Zakat
• Mengabulkan sebagian permohonan para pemohon terkait pasal 18,
pasal 38 dan pasal 41 UU Pengelolaan zakat.
• Pasal 18: persyaratan perizinan dan pendirian,
• Pasal 38: pengelolaan zakat tanpa izin ditindak pidana kriminalisasi,
• Pasal 41: amil zakat perseorangan yang tidak memiliki izin.
• Persyaratan perizinan yang termaktub dalam Pasal 18 ayat 2 tidak
bersifat kumulatif. Seluruh persyaratan dan Lembaga Amil Zakat
(LAZ) tidak harus berlatar belakang organisasi kemasyarakatan
Islam.
• Pasal 38 dan 41 tentang tindak pidana, LAZ yang terdiri dari Amil
tidak harus memiliki izin dan tidak dapat dikriminalisasi. Cukup
melaporkan laporan pengelolaan zakat kepada pengawas syariah
eksternal atau pemegang kewenangan di wilayah yang
bersangkutan.
V. WAKAF
SEJARAH PERATURAN WAKAF DI INDONESIA
PERATURAN
PERATURAN DIRJEN
DIRJEN BIMAS
BIMAS
PMA
PMA NO.
NO. 11 TH
TH 1978
1978 TTG
TTG
HUKUM PERATURAN
PERATURAN
ISLAM
ISLAM NO.
NO. KEP/D/75/1978
KEP/D/75/1978 TTG
FORMULIR
FORMULIR PEDOMAN
PEDOMAN
TTG
PELAKSANA
PELAKSANA PP PP NO.
NO. 28 PELAKSANAAN
PELAKSANAAN PERATURAN-
ADAT TH
TH 1977
1977
28
PERATURAN
PERWAKAFAN
PERATURAN-
PERATURAN TTG
PERWAKAFAN TANAH
TTG
TANAH MILIK
MILIK
PMDN
PMDN NO.
NO. 66 TH
TH 1977
1977
UUD 1945 TTG
TTG TATA
TATA UU NO. 41
PASAL 29 PENDAFTARAN
PENDAFTARAN TANAH
MENGENAI
MENGENAI
TANAH
TH 2004 TTG
AYAT (2) PERWAKAFAN
PERWAKAFAN TANAH
MILIK
MILIK
TANAH WAKAF
UU NO. 5 TH PP NO. 28 TH
1960 TTG
1977 TTG
POKOK
AGRARIA PASAL PERWAKAFAN
49 AYAT (3) TANAH MILIK
KELEMBAGAAN WAKAF DI INDONESIA
NAZHIR:
PPAIW (KUA) Perseorangan, Organisasi,
Badan Hukum
Wakaf
BPN
Tanah
WAKIF:
Perseorangan, Wakaf Uang LKS
Organisasi,
Badan Hukum
Wakaf harta
lainnya
WAKIF
• Perseorangan persyaratan:
1. dewasa;
2. berakal sehat;
3. tidak terhalang melakukan perbuatan hukum; dan
4. pemilik sah harta benda wakaf.
• Organisasi
• Hanya dapat melakukan wakaf apabila memenuhi ketentuan
organisasi untuk mewakafkan harta benda wakaf milik organisasi
sesuai dengan anggaran dasar organisasi yang bersangkutan
• Badan hukum
• Hanya dapat melakukan wakaf apabila memenuhi ketentuan badan
hukum untuk mewakafkan harta benda wakaf milik badan hukum
sesuai dengan anggaran dasar badan hukum yang bersangkutan
NAZHIR
• Perseorangan memenuhi persyaratan:
1. warga negara Indonesia;
2. beragama Islam;
3. dewasa;
4. amanah;
5. mampu secara jasmani dan rohani; dan
6. tidak terhalang melakukan perbuatan hukum.
• Organisasi memenuhi persyaratan :
1. pengurus organisasi yang bersangkutan memenuhi persyaratan
nazhir perseorangan
2. organisasi yang bergerak di bidang sosial, pendidikan,
kemasyarakatan, dan/atau keagamaan Islam.
CONT’D
• Badan hukum memenuhi persyaratan:
1. pengurus badan hukum yang bersangkutan memenuhi
persyaratan nazhir perseorangan
2. badan hukum Indonesia yang dibentuk sesuai dengan
peraturan perundang.undangan yang berlaku;
3. badan hukum yang bersangkutan bergerak di bidang sosial,
pendidikan, kemasyarakatan, dan/atau keagamaan Islam.
TUGAS NAZHIR
1. rnelakukan pengadministrasian harta benda wakaf;
2. mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf
sesuai dengan tujuan, fungsi, dan peruntukannya;
3. mengawasi dan melindungi harta benda wakaf;
4. melaporkan pelaksanaan tugas kepada Badan Wakaf
Indonesia
Lembaga Keuangan Syariah
• Bank penerima Wakaf Uang
1. Bank Syariah Mandiri
2. BNI Syariah
3. Bank Muamalat
4. Bank DKI Syariah
5. Bank Mega Syariah Indonesia
6. Bank BTN Syariah
7. Bank Bukopin Syariah
8. Bank Pembangunan Daerah (BPD) Jogja Syariah
9. Bank Pembangunan Daerah (BPD) Kalimantan Barat Syariah
10. Bank Pembangunan Daerah (BPD) Jateng Syariah
11. Bank Pembangunan Daerah (BPD) Riau Syariah
12. Bank Pembangunan Daerah (BPD) Jatim Syariah
BADAN WAKAF INDONESIA
• Lembaga independen
• BWI berkedudukan di ibukota Negara dan dapat
membentuk perwakilan di Provinsi dan/atau
Kabupaten/Kota sesuai dengan kebutuhan
• Keanggotaan BWI diangkat dan diberhentikan oleh
Presiden.
• Keanggotaan Perwakilan BWI di daerah diangkat dan
diberhentikan oleh BWI.
TUGAS DAN WEWENANG BWI
1. melakukan pembinaan terhadap Nazhir dalam
mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf;
2. melakukan pengelolaan dan pengembangan harta
benda wakaf berskala nasional dan internasional;
3. memberikan persetujuan dan/atau izin atas
perubahan peruntukan dan status harta benda wakaf;
4. memberhentikan dan mengganti Nazhir;
5. memberikan persetujuan atas penukaran harta benda
wakaf;
6. memberikan saran dan pertimbangan kepada
Pemerintah dalam penyusunan kebijakan di bidang
perwakafan.
WASSALAM
TERIMA KASIH