2 Sosial a. KSM yang ada tidak ada a. adanya KSM a. KSM Tidak Aktif a. Melakukan a. Pertemuan rurti
pertemuan b.adanya keinginan KSM b.KSMbelum pertemuanrutin KSM b.Fasilitasi Pembuatan
rutin untuk melakukan Pertemua memiliki AD/ART b. Mmbuat AD/ART AD/ART KSM
b. Lembaga yang ada tidak aktif rutin yang jelas c.Penambahan c.Pendampingan terhadap
c.Adanya keinginan c.KSMbelum Modal KSM KSM oleh Fasilitator
untuk menabung memiliki modal d. Kegiatan Dana Bergulir
d.Adanya keinginan
untuk mengembangkan
usaha
3 Infrastuktur a. Adanya lokasi pasar a. Dekat dengan lokasi Pasar a. Beberapa anggota a. Tempat usaha a. Pengadaan Alat produksi
b.Lokasi tempat mengambil b.Rata rata sudah belum memiliki b.Tamabahan b. Penambahan Modal
bahan baku terjangkau memiliki tmapat usaha tempat usaha Alat produksi
c.Tempat Usaha rata rata b.Masih kurangnya c. Penambahan modal
sudah memiliki alat produksi
d.Alat Produksi yang c. Masih kurang Modal
digunakan masih sederhana
4 Keuangan a. Keuntungan hasil usaha tidak a. Memiliki perputaran usaha a. Tidak ada penambahan a. Penambahan Modal a. Penambahan Modal Dana
menentu walauun sedikit modal sehingga b.Fasilitasi Bergulir
b. Perputaran ekonomi kurang b.Keinginan untuk putaran usaha sedikit pembukuan yang b. Pelatihan pembukuan
lancar membuat pembukuan b.Asset yang baik c.Pendampingan secara
c. Asset terbatas KSMyang baik dimiliki belum terus menerus
d.Belum mempunyai memadai
pembukuan yang baik c.Minimnya ilmu
tentang pembukuan
5 Sumber Daya Alam a. Usaha yang dijalankan tidak a. Usaha tidak tergantung a. Modal untuk beli bahan a. Penambahan Modal a. Penambahan modal dana
tergantung alam alam baku tidak ada untuk beli bahan baku bergulir
b. Menggunakan bahan baku lokal b. Bahan baku mudah didapat b.Harga bahan baku
tidak stabil
3.5. Analisi Safeguard dan Resiko Bencana
Undang – undang Peraturan Terkait : Prinsip Pengelolaan Lingkungan
dan Sosial
1. UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengamanan dan 1. Menghindari atau jika tidak bisa dihindari,
Pengelolaan Lingkungan meminimalkan pengadaan tanah dan permukiman
2. UU Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya kembali WTP (warga Terdampak Proyek) dan
3. UU Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah untuk dampak negatif terhadap lingkungan dan dampak
Kegiatan Proyek untuk Kepentingan Umum sosial.
4. PP No. 27 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan 2. Jika dampak negatif akibat kegiatan tidak
5. Permen PU Nomor 10/PRT/M/2008 tentang Jenis Usaha dapat dihindari, maka perlu dipastikan adanya
dan/atau Proyek/ Kegiatan yang membutuhkan dokumen upaya/ langkah mitigasi untuk meminimalkan
UKL dan UPL. atau memulihkan dari dampak negatif
6. Permen LH Nomor 16 Tahun 2012 tentang Pedoman
tersebut.
Penyusunan Dokumen Lingkungan (AMDAL, UKL-UPL, dan
3. Pengelolaan lingkungan dan sosial harus berdasarkan
SPPL/SOP).
prinsip transparansi, partisipasi dan
7. Permen PU No. 05 Tahun 2014, tentang Sistem Manajemen K3
konsultasi melibatkan pemangku
8. Perka BPN No. 3 Tahun 2007 tentang Pengadaan Tanah
kepentingan terkait.
untuk Pembangunan
4. Proses konsultasi, hasil kesepakatan, perencanaan
9. Peraturan Gubernur/ Bupati/ Walikota terkait dengan
Pengelolaan Dampak Lingkungan dan Sosial. dan pelaksanaan pengelolaan lingkungan dan sosial
Pemahaman terhadap pembangunan menghasilkan ide kemajuan, berkonotasi ke depan atau dan
didokumentasikan ke tingkat
menjadilebih
bagiantinggi.
dari
Pembangunan harus dipahami sebagai suatu proses yang berdimensi jamak yang melibatkan
proposal perubahan
dan pelaporan -perubahan besar
kegiatan.
dalam struktur sosial, sikap masyarakat, dan kelembagaan nasional, seperti halnya percepatan pertumbuhan ekonomi,
pengurangan ketidakmerataan, dan pemberantasan kemiskinan absolut
Pengadaan tanah dan permukiman kembali harus diselesaikan sebelum kontrak konstruksi, termasuk relokasi (jika
diperlukan), pemberian kompensasi sesuai hasil kesepakatan.
Desain teknis dan pelaksanaan pekerjaan konstruksi harus sesuai dengan batas-batas tanah yang telah disepakati
dan direkomendasikan di dalam surat Hibah, Izin Pakai, Izin Dilewati, LARAP Komprehensif/ sederhana (Land
Acquisition and Resettlement Action Plan / Rencana Pengadaan Lahan dan Pemukiman Kembali) atau LC (Land
Consolidation/ Konsolidasi Tanah)
2. Pengelolaan Dampak Sosial MHA (Masyarakat Hukum Adat)
Masyarakat Hukum Adat harus menjadi bagian dari pengelolaan proyek/ kegiatan. Rekomendasi dari RK-MHA (Rencana Kerja-
Masyarakat Hukum Adat) harus dimasukkan dalam desain teknis kegiatan proyek.
Selama masa konstruksi, MHA perlu dilibatkan untuk memastikan bahwa kesepakatan dan rekomendasi dari MHA dilaksanakan secara
konsisten.
Tabel . 3.59 Pengadaan Tanah beserta Instrumen Pengadaan Tanah dan Permukiman Kembali WTP
Kegiatan Kebutuha Jumlah Warga Instru
Pengada n Terkena Proyek (WTP)/Pemilik Tanah men
an Lahan Penang
Tanah anan
> 200 orang (atau >40RT) atau menghilangkan
LARAP Komprehensif
>10% dari asset produktif
> 1 Ha = 200 orang (atau =40 KK) atau menghilangkan LARAP
1. Dengan
=10% dari asset produktif
penggantian/kompe > 200 orang (atau >40 KK) atau menghilangkan Sederhana
nsasi >10% dari asset produktif
= 1 Ha = 200 orang (atau =40 KK) atau menghilangkan LARAP
= 10% assetproduktif
Komprehensif
LARAP
Sederhana
2. Sumbangan / Peminjaman Tanah Secara Sukarela dari Pemilik Tanah
a. Hibah atas sebagian hak 1. Surat pernyataan Sumbangan Ta
tanah nah
2. Berita Acara Konsultasi dengan
WTP
1. Surat Pernyataan Izin Pakai Tanah
b. Izin PakaiTanah 2. Berita Acara Konsultasi dengan
WTP
1. Surat Pernyataan Izin Ta nah
c. Izin Dilewati Dilewati
2. Berita Acara Konsultasi dengan
WTP.
3. Relokasi tetap dan > 200 >40 KK) LARAP Komprehensif
sementara orang(atau =40 KK) LARAP Sederhana
= 200
Cek List Identifikasi Dampak Sosial
b. Konsolidasi tanah
Konsolidasi tanah berbasis masyarakat
Peserta Konsolidasi Tanah Berkomitmen untuk Mencapai Tujuan Bersama, dan dapat difasilitasi dalam proses pengorganisasiannya
Pengaturan kembali persil tanah, agar pemanfaatan lahan efisien, infrastruktur memadai, nilai tanah menguntungkan seluruh pem ilik
tanah
Tanpa harus menggusur
Mengikuti rencana tata ruang dan guna lahan kota/kawasan
Mendapat dukungan dari pemangku kepentingan
Seluruh peserta sepakat konsolidasi tanah
Ada Tim Teknis mendampingi warga
Status hak atas tanah jelas dan disertifikasi oleh BPN setempat untuk setiap persil dan nama pemiliknya.
1 Kegiatan proyek tidak akan menyebabkan peningkatan penggunaan sumber daya alam.
Kegiatan proyek tidak akan menyebabkan penurunan kuantitas sumber daya alam yang tidak dapat
2 diperbaharui
secara signifikan.
E. KESEHATAN MASYARAKAT
1. Kegiatan proyek tidak berpotensi membawa penyakit ke daerah sub proyek?
Kegitan proyek yang direncanakan tidak meningkatkan beban fasilitas kesehatan masyarakat setempat (jamban,
2. air
bersih dan sebagainya)
3. Kegiatan proyek tidak akan mengubah vektor-vektor penyakit dengan jalan :
a. Perubahan sistem hidrologi (kecepatan aliran air, kedalaman, suhu, genangan air dan sebagainya)
A. Kajian Ancaman
Ancaman didasarkan pada kemungkinan terjadi suatu ancaman dan catatan besaran dampak bencana yang pernah terjadi. Adapun
ancaman bencana pada Kelurahan Karang Anyar apabila diurutkan dari tingkat potensi masalah yang terjadi antara lain:
1. Banjir
Hal ini disebabkan oleh limpasan air hujan yang tinggi dan kapasitas drainase yang tidak sanggup menampung secara maksimal, serta
banyaknya sampah yang menyumbat saluran drainase. Disisi lain besarnya air kiriman yang kelurahan ini dapat dari Kelurahan Kepala
Siring yang besar.
2. Kebakaran
Ancaman bencana kebakaran dianggap berbahaya dikarenakan kawasan Kelurahan Karang Anyar memiliki lalu lintas yang cukup
padat, akan tetapi tidak diimbangi dengan luasan jalan yang mencukupi. Hal ini tentunya akan mempersulit dalam penanganan
bencana kebakaran.
3. Gempa Bumi
Gempa bumi memang sangat berbahaya, akan tetapi bencana ini tidak dapat terhindarkan. Akan tetapi dengan kondisi bangunan di
Kelurahan Karang Anyar yang didominasi oleh rumah panggung / terbuat dari kayu, maka dipandang masih aman.
B. Kajian Kerentanan
Kajian kerentanan dibagi dalam kerentanan sosial, ekonomi, fisik dan lingkungan. Indikator yang dipakai dalam analisis kerentanan
terutama adalah informasi keterpaparan, namun pada kajian kerentanan di Kelurahan Karang Anyar lebih dikaitkan dengan aspek
sosial (kultur masyarakat) dan fisik (kualitas drainase, kualitas dan lebar jalan, serta kepadatan bangunan).
C. Kajian Kapasitas
Kajian kapasitas terdiri dari 4 aspek antara lain:
• Sumber daya manusia (relawan terlatih, petugas kesehatan, pengetahuan kebencanaan)
• Sumber daya keuangan (misalnya dana siaga bencana)
• Sumber daya fisik (kendaraan, peralatan, tanggul banjir, pemecah gelombang, drainase yang baik, sistem peringatan dini, jalur dan tempat evakuasi)
• Sumber daya sosial (kelompok/ organisasi sosial dan pemerintah, lembaga ekonomi kelurahan, dll)
Tabel. 3.61 Tingkat Resiko Bencana
Skor/ Nilai Tingkatan Resiko Bencana Keterangan
7 s/d 9 Tinggi Semakin tinggi total skor/ nilai resiko
4 s/d 6 Sedang bencana maka semakin tinggi
Tingkat Indeks
No Tingkatan ResikoBencana Skor Tingkat ResikoBencana
Ancaman Kerentanan Kapasitas
2 Banjir 3 2 3 3 Rendah
3 Kebakaran 2 2 2 1 Rendah